3 'Jalan Ninjaku' Belajar Bahasa Indonesia

cover belajar bahasa indonesia

Bahasa Indonesia, sering anggap gancil dan dipandang sebelah mata oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Padahal, ulala~ kebanyakan dari mereka justru tidak paham bagaimana kaidah dan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Saya, termasuk salah satu dari masyarakat tersebut. *pengakuan dosa

Seingat saya, bahasa Indonesia merupakan pelajaran favorit selain PPKN. Sebab, setiap ujian nilainya bagus-bagus dan pilihan jawaban dalam soal ujian looks like benar semua. Ya nggak sih?

Memasuki SMP dan SMA, setelah belajar majas dan segala rupa, saya tersadar bahwa it's not that easy. Bahkan nilai bahasa Inggris saya semasa SMP dan SMA jauh di atas nilai bahasa Indonesia. Waduh! Apakah saya terlahir untuk hijrah ke negara asal Harry Potter? Haha, ngarep ya, Bun...


Upaya saya meningkatkan skill berbahasa Indonesia semasa sekolah dulu adalah dengan mengikuti lomba-lomba menulis. Mau nggak mau tuh, dibimbing langsung oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Saya jadi semakin senang menulis sejak saat itu.

Setelah lulus dan tidak lagi menekuni dunia menulis selama bertahun-tahun, keinginan saya untuk terus belajar bahasa Indonesia mandeg begitu saja. Saya lebih tertarik untuk belajar IELTS untuk mewujudkan cita-cita tinggal di negara Harry Potter, bermimpi untuk melanjutkan sekolah di Hogwarts. Nyahaha...

Ternyata, Tuhan lebih senang jika saya tetap tinggal di tanah Indonesia. Tuhan membukakan kembali jalan untuk saya menekuni hobi menulis dan terus belajar mempraktikan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.

Sejak (agak) serius nulis di blog, saya jadi hobi buka-buka KBBI untuk mencari mana kata yang baku. Praktek atau praktik, dirumah atau di rumah, kreatifitas atau kreativitas, dan lain sebagainya.


3 'Jalan Ninja' Belajar Bahasa Indonesia

Saya memang nggak yang belajar banget memperdalam bahasa Indonesia seperti saat sekolah dulu, tapi saya menemukan jalan ninja untuk terus belajar dan berusaha menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. 3 jalan ninja saya dalam belajar bahasa Indonesia adalah :

Menulis

cara pertama belajar bahasa indonesia

Sadar nggak sadar, setelah setahun lebih bergabung bersama KLIP (Kelas Literasi Ibu Profesional) dan menjadi rutin menulis di blog, ternyata kemampuan berbahasa Indonesia saya menunjukkan progress ke arah yang lebih baik.

Ketika membaca ulang tulisan lawas saya setahun yang lalu, asli pengen ketawa banget. Satu paragraf isinya entah berapa puluh kalimat dan membuat paragraf tersebut jadi panjaaang banget. Men, gue bacanya sekarang jadi males. Bisa-bisanya dulu merasa oke? Haha.

Belum lagi penggunakan kata depan dan kata sambung yang ngawur seperti dikamar, di temani, kesebelah, dan sebagainya. Allahuakbaar, kok jaman sekolah bisa menang lomba menulis ya? Jadi malu sendiri saya. lol.

Seenggaknya, dengan merutinkan kembali kegiatan menulis, saya jadi lebih aware dengan bahasa yang ingin saya gunakan dalam tulisan. Ya kan cita-citanya pejwan Google, malu atuh ya kalau bahasa Indonesianya asal-asalan.


Selain itu, saya juga belajar lagi tentang Bahasa Indonesia yang baik dan benar ketika menulis untuk sebuah antologi. Seenggaknya, bisalah memilih diksi-diksi yang renyah ketika dibaca orang lain. Kan mau dicetak nih bukunya, masa iya tulisan saya nggak banget? 

Jadi menulis adalah jalan ninja pertama saya agar terus belajar tentang Bahasa Indonesia dengan menyenangkan. 

Membaca

cara kedua belajar bahasa indonesia

Belajar bahasa yang menyenangkan versi saya adalah dengan membaca. Suka salut sendiri dengan penulis-penulis yang mampu merangkai kata menggunakan kosakata yang asing didengar. Ketika dipadupadankan, kok ya cakep banget bahasanya.

Dalam dunia blogging, saya sering melakukan kegiatan blogwalking alias berjalan-jalan untuk mampir membaca dan meninggalkan jejak di blog orang lain. Kegiatan ini menjadi jalan ninja saya untuk belajar bahasa Indonesia. Belajar dari tulisan teman-teman lain.

Saya melihat ternyata bukan hanya penulis fiksi yang memiliki ciri khas sendiri dalam menulis, blogger-blogger pun demikian. Selain belajar bahasa, saya juga belajar bagaimana caranya supaya saya juga memiliki karakteristik sendiri dalam tulisan saya.


Begitu pula saat membaca tulisan dari teman-teman yang sudah sukses melahirkan buku solo maupun teman-teman penulis antologi. Saya belajar bagaimana mereka menciptakan sebuah cerita yang logis, menggunakan bahasa yang estetik namun tetap mudah dimengerti.


Ngobrol dengan Anak

cara ketiga belajar bahasa indonesia

Ini adalah jalan ninja yang akan langsung terasa efeknya. Anak saya saat ini berusia 3 tahun, sedang dalam fase meniru semua apa yang ia lihat dan orang lain katakan. Sejak memiliki anak, saya jadi lebih berhati-hati dalam memilih kata untuk berbicara.

Salah ngomong sedikit saja, besoknya sudah ada beo yang berkicau, "Buseet dah!". Shock bukan kepalang mendengarnya!


Saya sadar, jika ingin memiliki anak yang memiliki tutur kata yang baik, sopan dan tidak berkata kasar, maka orang terdekatnya yakni ayah dan ibunya duluan yang harus mencontohkan bagaimana menggunakan bahasa yang baik dan benar.

Memasuki periode sensitifnya terhadap bahasa, anak saya sering sekali meminta saya dan ayahnya untuk bercerita. Tentang apa saja. Kadang tentang kancil, tentang motor trail, bahkan tentang kecoak. Momen ini saya manfaatkan untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Saya sendiri jadi bisa mempraktikan penggunaan kata 'lalu', 'kemudian', 'setelah itu', 'bagaimanapun' dan kata-kata lain yang jarang saya gunakan dalam percakapan sehari-hari. Hasilnya juga menyenangkan, ketika gantian anak saya yang bercerita, ia akan menggunakan kata-kata tersebut dalam ceritanya. Meskipun memang, kadang penggunaan katanya belum tepat.

Takjub deh saat mendengar anak saya bisa bercerita, "Pada suatu hari, ada sebuah pesawat yang terbang tinggi menembus awan...". Ya ampun, siapa sih, Dek, yang ngajarin kamu? Wqwq *proud mama

Belajar dengan Senang

Begitulah, 3 jalan ninja yang masih saya lakukan hingga hari ini sebagai wujud membudayakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Saya sendiri sadar, kok, sampai saat ini masih banyak sekali kekurangan di dalam diri ketika mengaplikasikan bahasa Indonesia. Baik itu secara verbal maupun melalui tulisan.

Nggak pernah berharap bisa sekeren Dee Lestari atau Tere Liye yang quote-nya berhamburan di mana-mana. Tapi, ya nggak ada salahnya juga untuk terus belajar tentang bahasa Indonesia sedikit demi sedikit. Toh, belajarnya bisa dilakukan dengan cara-cara yang menyenangkan dan tidak membebani kita.

Sekian.

Sukabumi, 29 Oktober 2021

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Huahahahhaa.. mbak Ima mirip banget sama aku! Aku juga jauh lebih ngerti pelajaran Bahasa Inggris dibanding Bahasa Indonesia di sekolah. Dan anakku juga tiba-tiba ngomong, "buset deh" atau "ya tolong". Trus aku tanya kok kamu tahu ngomong gitu, dan kata bapaknya ya itu kan gaya kamu ngomong hahhaha

    BalasHapus