Atasi Stress Ibu Rumah Tangga dengan Sedona Method

sedona-method-untuk-ibu-rumah-tangga

Bagi saya menjadi ibu rumah tangga merupakan sebuah privilege, tidak perlu bekerja di ranah publik dan mendapat dukungan penuh dari suami untuk bisa berkarya dari dalam rumah. Akan tetapi, peran yang saya jalankan ini bukanlah peran mudah tanpa tantangan.

Padatnya rutinitas di rumah, mulai dari mengurus rumah, anak hingga mengelola keuangan keluarga, sometimes membuat saya kewalahan dan stress. Saya rasa tidak hanya saya, banyak ibu rumah tangga di luar sana yang juga merasakan beban mental ini. Bener nggak, frens?

Bahkan, dengan beban mental yang saya rasakan di rumah, ditambah dengan proses kehamilan yang sedang saya jalani saat ini, terkadang membuat saya burnout. Kalau sudah merasa seperti ini, yang biasa saya lakukan adalah mundur sejenak dan mengambil jeda.

Jadi ibu rumah tangga itu memang tidak ada liburnya, tapi alhamdulillah-nya saya masih bisa meliburkan diri dari rutinitas pekerjaan rumah. Hehe. Biasanya saya mengambil break dari ngerjain kerjaan rumah barang satu atau dua hari. Ngomong ke suami kalau lagi merasa kewalahan dan butuh waktu buat healing, meskipun nggak ngapa-ngapain atau ke mana-mana juga, sih.


Sebenarnya, ada cara lain yang juga cukup ampuh untuk untuk mengatasi stress ibu rumah tangga, yakni dengan mengaplikasikan Sedona Method. Metode ini merupakan pendekatan sederhana untuk membantu seseorang dalam mengelola emosi dan membantu melepaskan perasaan negatif yang menjadi ganjalan ketenangan bathin dalam diri seorang individu.

Alasan Ibu Rumah Tangga Mudah Stress

Faktanya sebuah studi yang diterbitkan oleh American Psychological Association (APA) mengungkapkan bahwa lebih dari 50% ibu rumah tangga melaporkan mengalami stress setiap hari.  Penelitian ini menunjukkan bahwa tuntutan pekerjaan rumah tangga yang tak ada habisnya, isolasi sosial, dan kurangnya apresiasi menjadi beberapa faktor utama penyebab stress pada ibu rumah tangga.

Sementara itu, National Institute of Mental Health menyebutkan beberapa alasan yang paling sering membuat ibu rumah tangga merasa stress, yakni:

stress-mom

1. Rutinitas Berulang

Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, yang dilakukan ibu rumah tangga adalah mengurus rumah seharian. Merapikan kamar, membersihkan rumah, menyiapkan sarapan, makan siang, makan malam, mengurus cucian piring dan pakaian, sampai membersamai anak-anak sewaktu suami bekerja di luar rumah, sangat bisa membuat ibu merasa terjebak dalam siklus pekerjaan yang tidak ada habisnya.

2. Tidak Banyak Mendapatkan Dukungan Sosial

Terkadang saya prihatin, kasihan dan miris melihat banyaknya konten-konten di media sosial yang dibuat oleh ibu rumah tangga dan menunjukkan bahwa ibu yang bekerja di ranah domestik merupakan sosok "si paling menderita" atau "si paling capek".

Bukan bermaksud men-judge atau tidak mom support mom, ya. Akan tetapi, saya melihat adanya belief behind behavior dari konten-konten tersebut. Bisa jadi mereka memang nggak punya teman curhat dan bercerita, kurang mendapatkan apresiasi, atau tidak mendapatkan support dari lingkungan keluarganya, sehingga mereka seolah-olah mencari validasi dari netizen di media sosial.


Ini memang didukung dengan stigma yang masih melekat pada diri ibu rumah tangga. Tidak berpenghasilan, tidak produktif dan tidak bekerja, cuma di rumah aja. Believe it or not, sudah 2024 tapi saya masih menemukan banyak sekali threads di media sosial seputaran ibu rumah tangga yang menyatakan demikian.


Gimana nggak kena mental, tuh? Udah pekerjaannya tiada akhir, yang dikerjakan dianggap tidak bekerja, dan statusnya pun termarginalkan?

3. Kurang Punya Waktu untuk Diri Sendiri

Banyak ibu rumah tangga yang merasa bersalah jika ia meluangkan waktu untuk dirinya sendiri. Tak hanya itu, banyak pula yang tidak didukung ketika seorang ibu ingin menekuni hobi atau aktivitas yang mereka sukai. Sad banget!

Padahal, buat saya meluangkan waktu untuk menjadi diri sendiri, melepaskan peran sebagai ibunya anak saya atau istrinya suami saya, merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Harus! Kalau nggak terpenuhi, saya bisa bad mood saat menjalankan peran-peran yang lain.

4. Faktor Ekonomi

Satu lagi nih yang paling sering membuat ibu rumah tangga rentan stress, masalah ketidakstabilan finansial. Nggak semua suami ekonominya mapan seperti sultan Andara, dan nggak semua suami juga terbuka masalah keuangan. Ada pula yang memberikan yang bulanan untuk dikelola istrinya, cukup nggak cukup ya dicukup-cukupin. Pusing nggak tuh, frens?

Dari keempat faktor pencetus stress ibu rumah tangga di atas, yang paling sering memicu saya stress adalah nomor satu. Oleh karenanya, hari Sabtu dan Minggu saya jadikan hari kerja bakti atau hari libur sekalian. Haha. Kalau kalian yang mana nih, Buebuuu?

Apa yang di Maksud dengan Sedona Method?

Kita kembali membahas soal Sedona Method. Metode ini pertama kali dikenalkan oleh Lester Levenson di tahun 1950-an. Sudah cukup lama juga ya, frens? Berbeda dari teknik pengelolaan stress pada umumnya, metode ini tidak berfokus pada pengalihan atau pengendalian emosi, melainkan pelepasan secara alami.

Prinsip dasarnya adalah mengajarkan kita sebagai individu untuk “melepaskan” emosi yang membebani, alih-alih menahannya atau berusaha menghindarinya. Pendekatan ini berfokus pada penerimaan dan pelepasan, yang pada akhirnya membuat individu merasa lebih ringan dan tenang.

Mengatasi Stress pada Ibu Rumah Tangga dengan Sedona Method

Metode ini bisa diterapkan oleh siapa saja, termasuk ibu rumah tangga yang sedang banyak merasakan berbagai emosi negatif. Lalu, bagaimana caranya agar ibu rumah tangga bisa mengatasi stress-nya dengan Sedona Method ini?

1. Sadari dan Akui Emosi yang Dirasakan

Setelah menjadi ibu, saya baru sadar betapa pentingnya mengajarkan anak soal emosi yang mereka rasakan. Ini akan sangat berdampak hingga mereka dewasa nanti. Kita pun, sebagai orang dewasa perlu belajar banyak tentang menyadari dan mengakui emosi yang sedang dirasakan.

Langkah pertama untuk menerapkan metode Sedona ini adalah dengan mengenali dan menerima dulu emosi yang sedang kita rasakan tanpa menghakimi perasaan tersebut. Nggak usah denial, kalau memang lagi stress, lelah atau frustasi, akui dan terima saja. Luangkan sejenak waktu untuk merasakan emosi tersebut.


2. Tanyakan pada Diri Sendiri, "Bisakah Saya Menerima atau Melepaskan Emosi Ini?"

Baik jawabannya iya maupun tidak, menurut sumber yang saya dapatkan, tetap lanjutkan ke tahapan selanjutnya tanpa memaksakan keberhasilan hasilnya.

3. Tanyakan pada Diri Sendiri, "Maukah Saya Melepaskan Emosi Ini?"

Setelah menyadari kita bisa menerima emosi tersebut, langkah selanjutnya adalah bertanya kembali pada diri sendiri mengenai kesiapan kita untuk melepaskan emosi tersebut. Pertanyaan ini penting karena menegaskan bahwa kita punya pilihan untuk membiarkan emosi negatif tersebut berlalu. Respon aja secara jujur, dan tanpa tekanan. Apa pun jawaban yang teman-teman pilih adalah bagian dari proses.

Jika belum mau untuk melepaskan emosi tersebut, kembali sadari dan akui emosi-emosi yang sedang dirasakan.

4. Menentukan Waktu untuk Melepaskan Emosi

Langkah selanjutnya adalah bertanya lagi nih pada diri sendiri, “Kapan saya akan melepaskan emosi ini?” Jawaban “sekarang” pastinya merupakan pilihan jawaban yang ideal. Akan tetapi, nggak harus memaksakan harus melepaskan emosi tersebut saat itu juga jika memang dirasa belum siap.

5. Rasakan Proses Saat Melepaskan Emosi

Langkah terakhirnya ketika kita sudah ready untuk me-let go emosi-emosi negatif yang kita rasakan, bayangkan betapa leganya perasaan kita dan ringannya beban pikiran kita setelah semuanya dikeluarkan. Kombinasikan juga dengan teknik pernapasan sampai diri kita benar-benar merasa lebih tenang.

Langkah-langkah di atas bisa saja dilakukan hingga beberapa kali, sampai kita benar-benar merasakan jika stress dan semua beban pikiran negatif yang dirasakan berkurang atau habis. Proses ini melibatkan keyakinan bahwa kita bisa bebas dari emosi negatif kapan pun kita memilihnya. Artinya, kitalah yang mengambil kendali atas pikiran dan perasaan diri sendiri.

sedona-method-quote

Dengan belajar teknik pelepasan yang diterapkan pada Sedona Method, ibu rumah tangga dapat mengurangi beban emosionalnya. Hal ini akan menciptakan kondisi mental yang lebih positif. Hasil akhirnya tentu saja diharapkan dapat membantu para ibu rumah tangga untuk lebih mudah berfokus pada hal-hal yang membuat mereka bahagia, selaras dengan prinsip Law of Attraction.

Mengatasi stress ibu rumah tangga dengan mengaplikasikan Sedona Method tentunya akan jauh lebih baik ketimbang kita terus memendam berbagai perasaan negatif seorang diri, apalagi sampai melampiaskannya pada anak maupun orang-orang tersayang di sekitar kita. Ayo sama-sama belajar untuk bisa mengelola stress dengan lebih bijaksana (reminder untuk diri sendiri juga, nih :'))





Posting Komentar

0 Komentar