Mae frens, jangan bosan ya membaca artikel seputar remote work di blog saya ini. Niatnya sih, tahun ini memang mau memperbanyak cerita-cerita seputar pekerjaan remote yang saya lakukan dari rumah. Semoga teman-teman yang tertarik untuk kerja remote juga, jadi punya teman sharing dan nggak ngerasa sendirian :D
Di artikel kali ini, saya mau sharing pengalaman saya menjadi seorang Lead Generation. Nggak pernah kepikiran sebelumnya sih untuk menjadi part of marketing team, namun belakangan saya sering banget liat banyak klien yang membutuhkan Lead Generation di Upwork.
Ngapain aja sih kerjaannya? Sepenting apakah posisi Lead Gen ini di sebuah perusahaan atau bisnis? Apalagi, denger-denger nih masih sedikit Virtual Assistant yang menangkap peluang ini, padahal demand-nya terus bertambah.
Awal Agustus ini, kesempatan untuk mencoba menjadi seorang VA bagian Lead Gen pun datang. Nggak pakai pikir panjang, saya ambil kesempatan tersebut. Apa yang saya lakukan dan saya pelajari inilah yang akan saya ceritakan dalam tulisan ini. So, lanjut yuk scroll-nya!
Apa Itu Lead Generation?
Sederhananya, Lead Generation adalah proses mencari dan menarik calon pelanggan potensial (leads) yang sesuai dengan target pasar bisnis. Contohnya, misalkan kalian punya usaha kue, Lead Generation ini akan mencari orang-orang yang suka kue, mengajak mereka mampir, dan memastikan mereka tertarik mencoba.
Lainnya, saya berikan perumpamaan yang dekat dengan kehidupan saya sebagai seorang blogger. Misalnya teman-teman adalah seorang Travel Blogger Medan yang sering membagikan cerita dan foto tentang wisata eksotis di Sumatera Utara. Kalian sering bercerita mengenai tempat wisata seperti Danau Toba, Air Terjun Sipiso-piso, atau Pulau Samosir.
Nah, Lead Generation di sini berarti mencari orang-orang yang punya minat berlibur ke Sumatera Utara, lalu mengajak mereka untuk mengikuti blog, akun Instagram, atau kanal YouTube teman-teman. Bisa lewat mengumpulkan email mereka untuk newsletter, atau mengarahkan mereka ke paket tur yang kalian rekomendasikan.
Tujuannya, mereka jadi tertarik dan akhirnya melakukan aksi yang Mae frens harapkan. Bisa booking tur, menggunakan jasa guide, atau membeli e-book panduan wisata (produk digital) yang kalian buat.
- Riset media sosial seperti LinkedIn atau Instagram
- Mengumpulkan alamat email prospek
- Mengirim pesan atau email perkenalan yang profesional
Intinya, jika teman-teman menawarkan jasa Virtual Assistant sebagai Lead Generation, kalian akan membantu bisnis mengisi “daftar prospek” sehingga tim penjualan (marketing) bisa fokus melakukan closing.
Tugas-tugas VA di Bidang Lead Generation
Sebagai seorang Virtual Assistant yang fokus di bidang Lead Generation, kalian ibarat “jembatan” antara sebuah bisnis dan calon pelanggannya. Tugas seorang Lead Gen nggak cuma nyari daftar kontak aja, tapi memastikan prospek yang kita temukan benar-benar relevan dan berpotensi untuk menjadi pelanggan.
Mulai dari riset, pengumpulan data, hingga komunikasi awal, semua harus dilakukan dengan strategi yang tepat. Tujuannya tentu supaya tim marketing atau sales klien bisa gerak lebih cepat dan efisien menuju closing.
Beberapa tugas -tugas umum yang dilakukan oleh seorang Lead Gen adalah sebagai berikut:
1. Riset Prospek
Pada tahap ini, seorang Lead Gen akan mencari orang atau perusahaan yang kemungkinan besar butuh produk/jasa dari klien kalian. Mulai dengan menentukan kriteria siapa targetnya (umur, profesi, lokasi, minat), di mana mereka berkumpul (LinkedIn, grup Facebook, marketplace, blog), dan kata kunci yang dipakai.
Cara mudah yang saya lakukan adalah mencari menggunakan kata kunci, kemudian cek profil satu-per-satu untuk memastikan bahwa leads ini relevan. Setelah itu, saya akan mencatat informasi penting (nama, lokasi, jabatan (jika leads adalah orang), email, nomor kontak, media sosial, dan sebagainya).
2. Mengelola CRM
CRM (Customer Relationship Management) adalah tempat menyimpan semua data prospek supaya nggak berantakan. Tugas seorang Lead Gen adalah memasukkan data yang sudah dikumpulkan tadi, memberi tag/status (mis. “baru”, “follow up”, “meeting scheduled”), dan menambahkan catatan yang relevan.
Pastikan data-data ini disusun dengan rapi. Saya dan tim menggunakan spreadsheet untuk menyimpan data prospek. Caranya dengan membuat format kolom yang terstruktur dan mudah digunakan. Jangan lupa cek duplikat, update status setelah ada respon, dan ekspor laporan singkat kalau klien minta progress.
Saat ini juga sudah ada berbagai tools yang bisa digunakan untuk mengelola CRM seperti Zoho dan HubSpot. Tinggal pilih aja mana yang lebih nyaman dipakai bersama anggota tim.
3. Mengirim Pesan Awal
Langkah berikutnya ini bikin saya yang masih beginner sering mules. Wkwk. Padahal, kirim DM atau pesan singkatnya juga pakai akun klien, tapi tetep aja nih ada perasaan khawatir akan gimana respon si leads ini nanti.
Pesan awal yang dikirimkan nggak langsung tembak jualan, frens. Jadi, kami sebagai Lead Gen melakukan pendekatan personal dulu selama kurang lebih seminggu. Setelah follow akun leads di media sosial, kasi engagement dulu ke akun mereka. Tujuannya supaya mereka notice dan akun klien saya juga jadi terbaca algoritma di akun mereka.
Selanjutnya, kirimkan komentar atau DM yang relevan dengan aktivitas mereka. Jika sudah saling berbalas pesan, barulah nih masuk ke bridging untuk menawarkan jasa atau produk klien kita. Pesan yang dikirimkan ini singkat aja, relevan, dan jelas tujuannya.
Supaya lebih mudah, pakai template supaya efisien, tapi selalu personalisasi sedikit (sebut nama, sebut hal spesifik dari profil mereka). Struktur sederhana yang bisa dipakai yakni salam singkat → alasan kenapa kalian menghubungi → manfaat atau tawaran singkat → CTA (ajakan tindakan, mis. “bolehkah saya kirim detail?”).
4. Menjadwalkan Meeting
Kalau prospek tertarik, tugas berikutnya adalah mengatur jadwal supaya proses berlanjut. Tawarkan 2–3 pilihan waktu, perhatikan zona waktu, dan kirim undangan kalender (dengan link meeting/nomor telepon dan agenda singkat).
Gunakan tool penjadwalan kalau diperbolehkan (biar nggak bolak-balik), dan konfirmasi 24 jam sebelum acara + kirim reminder 1 jam sebelum meeting. Poin 4 ini sebetulnya tergantung bagaimana pembagian tugas yang dibuat oleh klien kita. Saya sendiri tidak melakukan poin ini sebab sudah masuk ke ranahnya tim Email Marketing.
5. Follow Up
Kalau ada leads yang belum ngasih respon, tugas kita memfollow-up mereka. Klien saya sendiri meminta saya untuk melakukan follow up hingga 5 kali. Jika memang sama sekali tidak ada respon atau benar-benar nggak menunjukkan ketertarikan, yaudah skip aja nggak usah maksa.
Follow up ini juga harus dilakukan dengan seni, frens. Nggak bisa dengan cara ngespam DM atau chat mereka. Lakukan dengan sopan, tetap personalisasi dan menjaga hubungan baik dengan mereka.
Skill yang Dibutuhkan Seorang Lead Generation
Pada dasarnya, menurut saya pekerjaan ini bisa-bisa aja dilakukan oleh siapapun. Nggak perlu lulusan kampus terbaik atau gelar khusus untuk menjadi seorang VA yang menawarkan jasa Lead Generation. Namun, tetep sih harus ada skills yang dimiliki supaya bisa lebih cepat menemukan prospek, berkomunikasi dengan tepat, dan menjaga alur kerja tetap rapi.
Good news-nya, semua skill ini bisa dipelajari secara bertahap, bahkan sambil menjalankan proyek pertama kalian seperti yang saya lakukan sekarang. Beberapa skill yang di maksud adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi Efektif
Menurut saya, kemampuan untuk bisa membawa diri, memposisikan diri dan berkomunikasi secara efektif ini menjadi salah satu kunci suksesnya Lead Gen. Bayangin aja, kita akan mengirimkan pesan ke orang-orang yang belum pernah kenal sebelumnya.
Mereka juga bakalan baca beberapa detik aja nih pesan singkat kita, sebelum memutuskan untuk lanjut atau tidak. Meskipun setiap mengirim pesan harus dipersonalisasi, tapi utamakan profesionalitas.
2. Riset Online
Skill ini bukan sekadar mengetik kata kunci di Google. Lead Gen perlu tahu di mana target prospek berkumpul (LinkedIn, grup Facebook, forum industri) dan bagaimana memfilter informasi yang benar-benar relevan.
Misalnya, untuk target Travel Blogger Medan, kita bisa mencari akun Instagram dengan hashtag #wisataSumut atau #medantravel, lalu catat detail kontak yang mereka tampilkan. Skill riset yang baik membuat pekerjaan bisa lebih cepat dan hasilnya lebih berkualitas.
3. Manajemen Data
Semua informasi prospek yang sudah didapatkan harus disimpan rapi, biasanya dalam bentuk spreadsheet atau CRM. Rapi di sini bukan cuma soal kolom dan baris, tapi juga memberi label/status yang jelas (misal new lead, contacted, meeting scheduled).
Data yang berantakan bikin proses follow up jadi sulit dan rawan salah kirim pesan. Manajemen data yang baik juga memudahkan klien memantau perkembangan.
4. Penguasaan Tools
Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, saat ini sudah ada tools yang bisa digunakan oleh Lead Generation untuk mempermudah pekerjaannya seperti:- LinkedIn Sales Navigator → untuk mencari prospek bisnis sesuai kriteria spesifik.
- HubSpot → untuk mengatur CRM dan mengelola komunikasi.
- Google Sheets → untuk mencatat, mengupdate, dan membagikan data dengan klien.
Menguasai tools ini pastika akan lebih menghemat waktu dan membuat pekerjaan kita terlihat lebih profesional di mata klien.
5. Bahasa Asing
Kalau target market klien adalah global alias nggak hanya dalam negeri, pastinya punya kemampuan bahasa asing (terutama bahasa Inggris) sangat membantu. Bahasa ini diperlukan untuk menulis pesan, memahami instruksi, atau berbicara langsung dengan prospek dari luar negeri.
Nggak harus langsung mahir, sih. Tapi setidaknya bisa membuat komunikasi yang jelas dan tidak menimbulkan salah paham.
Peluang Kerja Global untuk Virtual Assistant Lead Generation
Di era kerja remote seperti sekarang, peluang untuk menjadi Virtual Assistant di bidang Lead Generation terbuka lebar, bahkan sampai ke pasar internasional. Banyak perusahaan, mulai dari startup kecil hingga korporasi besar, mencari tenaga yang bisa membantu mereka menemukan prospek berkualitas tanpa batasan lokasi.
Artinya, meskipun kita bekerja dari rumah di Indonesia, kita tetap bisa menangani klien di Amerika, Eropa, atau Australia, selama punya skill yang dibutuhkan dan koneksi internet yang stabil.
Gimana, frens, udah ada gambaran tentang pekerjaan Virtual Assistant di bidang Lead Generation? Sebenarnya saya juga masih pemula banget sih, masih sampai di tahap berkirim komentar dan pesan awal dengan leads. Jadi belum bisa bercerita lebih banyak tentang hal ini.
Melihat prospek ke depannya, Lead Generation ini masih menjadi lahan segar yang bisa digarap oleh teman-teman yang tertarik terjun ke dunia Virtual Assistant. Atau, teman-teman ada yang butuh Lead Generation untuk perkembangan bisnis dan usaha kalian? Yuk, kita ngobrol!
21 Komentar
Menarik sekali tulisannya Penjelasan tentang Virtual Assistant khususnya di bidang lead generation jadi lebih jelas dan mudah dipahami. Bisa jadi wawasan baru untuk yang ingin terjun di dunia kerja jarak jauh. Terima kasih sudah berbagi.
BalasHapusVirtual Asisstant tuh lagi trend di era-era digital kayak sekarang ya. Dulu saya nggak kenal sama istilah ini baru setelah tahun 2018-an, pas resign dari kantor. saya dikenalkan sama istilah VA dari salah seorang klien Jepang. Karena memang pekerjaannya mirip-mirip dengan seorang interpreter yang mana nggak cuma menerjemahkan tapi juga mengelola CRM.
BalasHapusDan sekarang tuh VA udah masuk ke berbagai bidang ya. Makin menjanjikan jika kita yang berada dalam industri ini mengembangkan potensinya.. :D
Ihhhh keren ini mbaaaa kerjaanya...aku juga memimpikan punya kerjaan yang bisa aku lakukan dari rumah hehe...
BalasHapusPertama kali tau ttg VA iitu dari temen tentang tugas2 nya dan baru tau tentang leaads generation dari tulisan ini..jadi tugasnya itu semacam mencari pasar atau konsumen gt ya mba..meskipun untuk langkah selanjutnya nanti sudah ada bagian marketing yang menangani nya...
di Surabaya ada mba Amma chemist yg udah menjalani peran sebagai VA😍🙏 kapan hari doi sharing dan ngobrol santai juga dgn beberapa blogger Surabaya
Hapuskalo rajin baca blog mba Ima, makin mudeng nihhh dalam ber-VA ria 😍✌️
Naaah aku lebih suka kalo seorang lead ini mengirim 'perkenalan' nya melalui DM atau email mba. Biasanya yg begini aku baca. Tapi kalau udah lewat telp, 100% dipastikan reject.
BalasHapusAda beberapa kali aku mendapat DM yg kira2 menawarkan sesuatu seperti yg mba jelasin. Tapi memang kalau tidak cocok, produk ga sesuai, ya pastinya aku ga balas DM atau email ya. Kecuali cocok, baru deh berlanjut replynya.
Jadi paham sekarang ttg garis besar pekerjaan ini 👍👍. Dan memang memudahkan Orang2 untuk bisa bekerja secara remote ya mba
Baca tulisan mba Ima, membuat saya makin tertarik buat jadi VA Lead Generation. Apalagi di jaman yang sudah serba canggih dengan bantuan berbagai tools tentu sangat membantu kita. Tapi kalau buat link daftar dimana ya mba? Boleh aku ijin japri kah mba hehehe.
BalasHapusKeren mbak pengalamannya menjadi VA. Bahkan sudah menjadi lead generation yaa.
BalasHapusJadi lebih susah mana nih bekerja ma klien luar atau yang lokal? hehe
Tentu gak mudah nih karena pekerjaan yang dilakukan gak sekadar membantu internal perusahaan klien tetapi lebih luas lagi bahkan mencari pelanggan/ klien buat mereka ya.
Kalau untuk ini biasanya ada sistem kontraknya atau gimana mbak perjanjiannya? Misal target tertentu gitu atau bebas aja gitu yang penting calon pelanggan/ kliennya si klien nambah?
Wah, ternyata bekerja di rumah tidak sesimple kayak webinar-webinar yah. Ada banyak persiapan dan prosesnya juga lumayan cukup lama dan panjang. Saya salut sama pekerja yang teliti dan terstruktur seperti Mbak Ima ini. Apalagi membangun komunikasi dengan klien dan calon klien tentu membutuhkan keahlian tertentu. Jangan bosan berbagi yah mbak, itu ilmu baru buat saya yg puluhan tahun hanya bergelut di sekolah saja.
BalasHapusBaru dengar tentang Lead Generation ini. Jadi dia bagian dari tim marketing gitu kan? Walaupun kelihatannya rumit, tapi kalau sudah dipelajari mungkin tidak serumit itu.
BalasHapusPeluang untuk menjadi VA saat ini memang semakin terbuka lebar ya. Macam-macam jobdesk yang ditawarkan.
Daku kerap nemuin di info loker posisinya virtual asisten. Tadinya mau nyoba daftar, cuma belum dapat gambarannya. Baru di artikelnya kak Ima ini jadi kebayang soal ini, dan plusnya tentang Lead Generation. Berarti sebenernya peluang kerja remote itu banyak juga ya, tinggal kitanya juga buat menyiapkan skillnya
BalasHapusMenarik sekali pekerjaan virtual asisten ini ya Mbak. Karena bisa dilakukan di mana saja. Bahkan pemberi pekerjaan dari luar negeri, tetap bisa kita ambil. terus membaca ulasan di atas, tidak perlu skill yang sangat khusus. Yang umum saja. Termasuk bagaimana menghubungi calon pelanggan yang berpotensi tertarik dengan apa yang kita tawarkan.
BalasHapusWoaah aku baru ngeuh ternyata Lead Generation segitu pentingnya buat bisnis. Dari luar keliatannya simple ya, cuma nyari data doang, tapi ternyata butuh strategi, komunikasi, sampai manajemen data rapi. Emang kalau konsisten ditekuni jadi peluang kerja global yang menjanjikan yaa..
BalasHapusPenasaran deh, kalau baru mau coba, enaknya belajar dari mana dulu ya mba biar nggak overwhelming? Soalnya aku lihat temenku yang kerjaannya VA kek capek banget sampai begadang terus, apa karena belum nemu aja ya ritme kerjanya?
Aku tuh salut banget sama mba, berkenan sharing terkait pekerjaan remote. Jujur setelah dulu pernah ngerjain kerjaan kebanyakan WFA, lalu sekarang full timer rasanya aku sangat merindukan momen WFA.
BalasHapusJadi aku menyimak artikel ini secara maksimal. Niatannya semoga ada peluang buat ku untuk kerja remote juga, hanya saja kendala saat ini aku belum beneran pede sama penguasaan bahasa Inggris ku. Artinya aku harus kursus buat mantepin.
Menarik juga ya mba job desk seorang Lead Generation dan pastinya ada banyak perusahaan asing yang membutuhkan staf remote buat isi posisi tersebut. Kegambar jelas rulesnya pun.
Nahh di medsos aku dah baca pengalaman orang-orang yang jadi VA. Kukira itu seperti sekretaris online. Ternyata tugasnya beragam ya seperti jadi lead gen. Ini lebih ke marketing yang profesional dan terarah sehingga penjualan meningkat?
BalasHapusKerjaan virtual assistant ini sekarang memang lagi ngetrend ya dan kerennya itu kadang kliennya itu dari luar negeri sehingga gajinya bisa dolar. Jujur aku penasaran mbak pengen menjajal bidang ini juga jadinya
BalasHapusLead Generation bisa buat semua usia gak? Ibu² rumah tangga sepertinya bisa nih mencoba profesi ini, waktunya fleksibel dan bisa dipelajari secara mandiri.
BalasHapusWah makasih lho mbak sudah nulis ini. Aku jadi mamin paham dunia virtual assistant. Pahami dulu terjun kapan-kapan, hahaha.
BalasHapusMemang jadi. Peluang yang cukup menjanjikan ya virtual assistant ini
Asik yaa.. jadi Lead Generation.
BalasHapusTapi pekerjaannya lumayan detail karena kudu menganalisis calon yang memiliki potensi bagus sebagai yang memiliki minat dengan sebuah produk atau jasa tersebut.
Jaman duluuu.. mungkin hal-hal kaya gini dilakukan oleh Digital Marketing Manager yaah..
Mau dong mbak belajar soal Lead ini
BalasHapusKayaknya aku VA masih sebatas terima desain media sosial
Sementara VA itu luas sekali
Waw ladang pundi yang menarik. Nanti japrian ya besti mau berguru kepada suhu, huahqhahah
BalasHapusBerarti ada rentang waktu tertentu ya mbak untuk jadi Lead Gen inii? Kayak kontrak 3 bulan gitu? Atau malah sebulan aja?
BalasHapusSoalnya kalau sebulan kok kayak sebentar banget gitu ya dan belum tentu keliatan hasilnya, eh bener gak ya? Ihihi
Tapi emang menarik banget sih, kerjaan kayak gini gak mesti ketemu klien langsung jadi bener bisa dilakukan di mana aja. Paling lama kayanya pas bagian riset yaa? Eh nunggu balasan atau waktu meeting juga menantang sih ya.
Terima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan saya 😊 yang mau ngobrol-ngobrol terkait artikel di atas, yuk drop komentar positif kalian di kolom komentar.
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya, Frens! 😉
Satu lagi, NO COPAS tanpa izin ya. Mari sama-sama menjaga adab dan saling menghargai 👍