Pentingnya Personal Branding di Dunia Remote Work

Pentingnya Personal Branding di Dunia Remote Work

Suatu ketika, salah seorang teman komunitas menghubungi saya dan meminta saya untuk menjadi salah satu narasumber di acara yang bertajuk Wonderfest 2.0. Event online ini digelar oleh Ipedia, komunitas perempuan yang fokusnya di bidang broadcasting dan media.

Merasa terkejut sebab tiga narasumber lainnya merupakan profesional digital yang sudah lama mendalami bidangnya masing-masing. Saya diminta untuk membawakan materi mengenai Strategi Pemasaran Profesi Digital.

strategi pemasaran profesi digital

Waduh! Sebenarnya saya belum secanggih itu juga di dunia remote work. Wkwk. Namun, berhubung materinya sejalan dengan branding saya sebagai seorang blogger dan remote worker, oke-in aja deh! Hihi.. Itung-itung berbagi pengalaman juga sama teman-teman yang berminat terjun ke dunia profesional digital.

Ada 3 materi yang saya sampaikan ke para peserta Wonderfest 2.0. Strategi Pemasaran Profesional Digital, Pembuatan Portofolio yang Menjual dan Menentukan Rate Card. Di artikel kali ini, saya mau sharing tentang topik pertama yang menurut saya penting banget untuk dilakukan oleh siapapun yang ingin menjadi seorang profesional di dunia digital.

Specifically, saya akan membahas seputar pentingnya personal branding di dunia remote work. Yuk yuk Mae frens, baca selengkapnya!

Fenomena Remote Work di 2025

Mae frens, pernah kebayang nggak sih, gimana rasanya kerja dari mana aja, boleh pakai outfit apapun, dan kerja sambil ngopi-ngopi di teras rumah atau kafe estetik? Gitu deh kira-kira gambaran remote work yang makin ke sini makin jadi tren bahkan gaya hidup banyak orang.

Di tahun 2022–2023, Microsoft membeberkan informasi bahwa mayoritas pekerja di beberapa industri dan lokasi tertentu menyatakan ingin bekerja secara remote setidaknya sebagian waktu. Perusahaan besar pun semakin banyak yang menerapkan model hybrid.

Meskipun informasi tersebut nggak nyebutin berapa angka pastinya, tren kenaikan pekerja remote dari belasan persen menuju puluhan persen digarisbawahi sebagai pola yang diprediksi akan terus meningkat hingga 2025 ini.

Namun, nggak semudah itu loh jadi remote worker. Nyatanya, ada salah satu tantangan besar yang harus bisa ditaklukan dulu nih sebelum akhirnya bisa dapat job remote.

Tantangan yang di maksud adalah gimana caranya supaya kita bisa stand out dan "keliatan" di lautan profesional digital yang tersebar di seluruh dunia? Yap! Saingannya kalau kerja remote ini nggak hanya rekan satu negara, tapi bisa dari berbagai belahan dunia.

Nah, di sinilah peran personal branding jadi sangat penting. Kalau dulu mungkin kita cuma perlu CV yang oke buat ngelamar kerja, sekarang ceritanya beda. Zipdo Education Report di tahun 2025 menyebutkan bahwa 70% pemberi kerja memeriksa profil media sosial sebelum merekrut kandidat dan 55% pencari kerja menyatakan bahwa mereka menggunakan personal branding online untuk menemukan pekerjaan

Ngapa deh kita mesti pake acara membangun personal branding segala? Read more alias scroll terus ya! Hihi..

Pentingnya Personal Branding di Dunia Remote Work

Kayaknya dari tadi saya belum bahas ya, sebenarnya apa sih yang di maksud dengan personal branding itu sendiri? Singkatnya, ini adalah cara kita memperkenalkan diri ke orang lain supaya mereka:
  • Tau kita jago di bidang apa
  • Inget kita saat butuh skill tersebut
  • Percaya bahwa kita bisa bantu mereka

Lalu, apa sebab personal branding ini menjadi persoalan yang penting bagi pekerja remote di era digital seperti sekarang ini? Hmm.. Kalau bisa saya rangkum, kira-kira ada 4 poin yang membuat branding diri menjadi salah satu kunci kesuksesan para pekerja remote:

personal branding

Membedakan Diri dari Kompetitor

Seperti yang saya ceritakan tadi, kalau saingannya pekerja remote itu nggak hanya local people tapi juga internasional. Misalnya, teman-teman apply pekerjaan melalui platform-platform freelancer. Bisa jadi orang-orang yang apply pekerjaan tersebut ada yang dari Asia, Eropa hingga Amerika.

Bisa jadi kita merasa sudah memiliki skill yang mumpuni dan portfolio yang oke, namun tak kunjung mendapat job yang diharapkan. Mungkin saja yang terjadi adalah kita kurang stand out di mata klien, dibandingkan dengan remote worker lain yang membranding keunikan dari diri mereka masing-masing.

Meningkatkan Kepercayaan Klien

Bekerja di dunia digital membuat kita tak langsung bertatap muka dengan klien. Mereka nggak bisa ketemu kita secara langsung, nggak bisa ngobrol tatap muka, apalagi lihat langsung cara kerja kita. Semua hubungan dibangun lewat layar,maka di sinilah personal branding punya peran besar.

Branding yang kuat bisa jadi “jembatan” antara kalian dan calon klien untuk nunjukin bahwa kita ini profesional, bisa diandalkan, dan punya track record yang jelas. Saya punya cerita yang berkaitan dengan hal ini.


Saat ini saya bekerja dengan seorang klien yang menceritakan bagaimana proses rekruitmen hingga akhirnya memilih saya bersama dua orang rekan lain di posisi yang sama. Beliau bercerita bahwa ada sekitar 70-80 kandidat awal yang mendaftar untuk posisi ini. Dari sekian puluh tersebut, beliau menyortir hingga mendapatkan 15 kandidat yang lolos ke tahapan interview.

Menariknya, calon klien saya ini tidak hanya melihat data diri yang diisikan di Gform dan portfolio saja. Setelah memastikan kalau portfolio kami meyakinkan, beliau membuka satu per satu media sosial para kandidat untuk menentukan siapa saja yang dipilih untuk diinterview lebih lanjut.

Hal ini menunjukkan bahwa online presence yang relevan dan kuat merupakan salah satu hal yang penting bagi para pekerja remote untuk meningkatkan kepercayaan klien.

Memperluas Jaringan dan Peluang

Salah satu manfaat yang nggak bikin rugi dari personal branding adalah kemampuannya untuk membuka pintu ke lebih banyak peluang. Mae frens, ketika kita punya identitas digital yang jelas dan menarik, orang-orang jadi lebih gampang kenal nih sama kita.

Mereka bisa tau skill kita apa, cara kerja kita seperti apa, dan value apa yang kalian bawa hanya dari jejak online yang dibangun. Nah, dari sinilah biasanya peluang kolaborasi, proyek, bahkan undangan jadi pembicara bisa datang tanpa diduga-duga. Persis seperti ketika PJ Wonderfest 2.0 menghubungi saya untuk menjadi narasumber di kelas ini.

Menjustifikasi Harga Lebih Tinggi

Satu hal yang sering bikin dilema banyak freelancer atau remote worker adalah gimana caranya naikin harga tanpa bikin klien kabur? Jawabannya ada di personal branding ini sebenarnya. Ketika kita punya citra profesional di media sosial, klien nggak hanya akan bayar untuk skill yang kita tawarkan. Mereka juga akan membayar value atau nilai yang kita bawa.

Personal branding membantu membentuk persepsi itu. Jadi, nggak hanya tentang kita bisa desain, nulis, atau coding, tapi gimana kita menyajikan keahlian tersebut sebagai solusi yang bernilai tinggi.


Sebagai contoh, coba bandingkan dua freelancer dengan skill yang sama. A punya profil seadanya, portofolio kurang rapi, dan gak aktif membangun personal branding sebagai seorang profesional digital. Sementara yang satu lagi punya personal website, testimoni dari klien besar, dan aktif berbagi insight di media sosial.

Meskipun skill keduanya sama, yang kedua akan lebih mudah dipercaya dan dianggap worth it untuk dibayar lebih mahal. Personal branding yang kuat dapat menciptakan kesan, “Wah! Ni orang serius, profesional, dan punya rekam jejak yang jelas.”

This is Your Moment to Shine and Stand Out

Personal branding bukan soal menjadi terkenal, tapi tentang diingat untuk keahlian yang kita tawarkan

5 tahun lalu, saat saya mulai kembali menulis di blog, jujur saya takut banget untuk mem-branding diri sebagai seorang blogger. Sebagai Apoteker yang tadinya bekerja di industri farmasi, lalu resign menjadi ibu rumah tangga, ada kekhawatiran akan di-judge oleh orang lain, dibilang gaya-gaya-an, dan lain sebagainya.

Namun, jika ketika itu saya tidak mempublikasikan artikel-artikel saya ke berbagai media sosial yang saya miliki (FB, IG dan Twitter -sekarang X-), mungkin saya nggak akan berjalan sejauh ini. Bisa jadi saya hanya bertahan satu atau dua bulan karena sedih merasa berjalan sendirian di bidang ini (padahal ada buanyaak teman blogger di luar sana).


Apalagi sekarang ya, di tengah dunia kerja remote yang makin kompetitif, personal branding rasanya bukan lagi opsi, tapi sebuah kewajiban. Dengan branding yang kuat, kita bisa tampil beda dari ribuan profesional digital lain.

Buat teman-teman yang masih shy-shy cat tapi penasaran banget gimana biar dapat klien dan kerja remote juga, yuk it's time for you to shine and stand out with your personal branding! Coba share di kolom komentar, hal apa yang membuat Mae frens masih maju mundur buat membranding diri di media sosial?

Posting Komentar

0 Komentar