Melepaskan Amarah dan Dendam dengan Memaafkan

dendam dan memaafkan

Saya adalah seorang pendendam. Label ini saya sematkan pada diri saya sendiri, entah sejak berapa tahun yang lalu. Sebenarnya saya tidak mudah terusik dengan perkataan atau tindakan orang lain. Boleh dibilang cenderung cuek dan tidak peduli.

Namun, ketika ada sikap atau tindakan seseorang yang benar-benar melampaui batas toleransi saya, si pelaku akan saya tandai dan ingat dalam jangka waktu yang lama. Emosi negatif yang saya rasakan saat mengingat perbuatannya di masa lampau akan terus terbawa ketika saya bertemu dengan orang tersebut di kemudian hari.

Mungkin yang paham betul dengan sifat saya ini adalah teman-teman terdekat semasa kuliah dan bekerja. Mereka paham, ketika saya sudah begitu tidak menyukai seseorang, saya bisa mengambil jalan memutar agar tidak berpapasan dengan orang tersebut.

Pendendam yang saya maksud bukan artinya saya merencanakan pembalasan pada orang tersebut. Sama sekali tidak. Boro-boro mau balas dendam, dengar namanya saja sudah iyuh banget!

Sebenarnya saya sudah berusaha untuk menjadi orang yang lebih pemaaf. Namun, memaafkan ternyata tidak semudah itu. Maybe s/he forgiven, but not forgotten.

Meskipun terkadang, kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan tidak bersinggungan langsung dengan saya, namun dengan orang-orang terdekat seperti orang tua atau sahabat. Tetap saja ada feeling yang berbeda pada cara pandang saya terhadap orang tersebut.

Alasan Sulitnya Memaafkan Orang Lain

Jika ditelisik ke dalam diri sendiri, sepertinya hal-hal ini yang membuat saya, terlebih di masa lalu, sulit sulit untuk benar-benar bisa memaafkan orang lain:

Alasan Sulitnya Memaafkan Orang Lain

1. Merasa Dikhianati

Terdengar lebay tapi sepertinya alasan ini yang paling bikin saya geuleuh pisan sama seseorang. Mae frens pasti paham kan, bagaimana rasanya jika kita dibohongi atau dikhianati oleh seseorang yang kita percaya. Terutama jika itu orang terdekat kita sendiri.

Apalagi, jika orang tersebut melakukan kebohongan demi kebohongan meskipun sudah pernah kita maafkan sebelumnya. Asli ogah banget rasanya memaafkan orang macam gini.

2. Tidak Menunjukkan Penyesalan

Pernah liat orang-orang yang melakukan kesalahan, lalu meminta maaf tapi nggak mean it? Mereka yang tidak menunjukkan penyesalan dan empati pada orang yang disakitinya, saya rasa nggak pantas mendapatkan kata maaf. Ups!

3. Mengulangi Kesalahan yang Berulang

Sometimes, saya melihat orang-orang yang terus melakukan kesalahan yang berulang meskipun sudah dimaafkan, merasa dirinya superior terhadap orang yang "ditindasnya". Ah, nanti juga dimaafkan. Maaf ya, aku khilaf.

Jika bertemu orang seperti ini, run bestie! Blacklist dan jauh-jauh dari orang tersebut.

4. Pengaruh Lingkungan dan Sosial

Terkadang, kata maaf sulit diberikan juga karena pengaruh orang lain di sekitar saya. Misalkan saja, ada satu orang yang membuat kesalahan pada saya. Awalnya saya ingin memaafkannya begitu saja, namun saat teman-teman saya bercerita tentang perilakunya yang merugikan mereka, auto nggak jadi memaafkan. Haha.

Rasanya orang seperti itu nggak pantas aja mendapatkan maaf secara cuma-cuma.

5. Membiarkan Waktu yang Menyembuhkan Luka

Poin terakhir ini yang paling sering saya lakukan. Ketika saya merasa tidak suka dengan seseorang, saya tidak mudah memaafkannya. Namun, saya tidak mau ambil pusing dengan terus menerus berada di sekitar orang tersebut. Saya akan ambil jarak sejauh mungkin.

Seiring berjalannya waktu, rasa amarah dan dendam akan memudar. Meskipun mungkin tidak sepenuhnya, tapi di kemudian hari, ketika bertemu dengan orang itu lagi, saya akan bersikap biasa saja. Akan tetapi di dalam hati, ya tetap tidak bisa memandang orang tersebut dengan cara yang sama lagi.


Sebenarnya, bisa dibilang dalam hati saya sudah memaafkan orangnya, namun pikiran saya tidak bisa melupakan perbuatan buruknya di masa lalu. Saya tidak dendam pada orangnya, tapi pada kelakuannya.

Sehingga, ketika bertemu kembali dengan orang tersebut, masih ada emosi negatif yang membuat saya merasa bahwa saya belum memaafkannya. Capek ya, frens!

Belajar untuk Melepaskan Amarah dan Dendam dengan Memaafkan

Saya sadar, nggak ada manusia yang sempurna. Orang lain berbuat kesalahan, saya pun punya banyak salah. Orang lain bisa memaafkan kesalahan saya, kenapa saya sulit sekali memaafkan kesalahan orang lain?

Parahnya, sering kali saya masih menyimpan amarah, dendam dan terus mengingat keburukannya meski sudah lama berlalu. Terutama jika yang melakukannya adalah orang-orang yang benar-benar saya percaya.


Okelah, saya mengaku kalau itu adalah salah satu kekurangan saya. Ego saya begitu besar sehingga nggak rela rasanya memberikan maaf kepada orang yang sudah menganggap remeh saya, atau keluarga dan orang-orang kesayangan saya.

Meski demikian, bukannya saya tidak belajar mengelola amarah dan rasa dendam ini. Pada kasus-kasus tertentu, saya mencoba berdamai dengan keadaan dengan belajar memaafkan. Bagaimana caranya?

1. Menerima Perasaan yang Muncul

Ketika saya merasa tersakiti, dikhianati atau tertindas, saya akan menerima semua perasaan yang ada. Saya marah, saya terhina, saya merasa sedih, kecewa, dan lainnya. Dengan menerima bahwa saya merasakan semua rasa tersebut, akan lebih mudah mengelolanya dan mencari jalan keluarnya.

2. Bercerita pada Seseorang

Curhat adalah salah satu cara untuk mengeluarkan emosi negatif yang terpendam. Ya maaf aja untuk sahabat yang jadi tempat sampah saya, tapi cara ini cukup ampuh untuk at least membuat saya nggak kepikiran lagi sama kelakuan orang yang membuat saya marah.

Namun, jalan ini membawa dampak negatif juga. Orang yang saya curhatin bisa ikut terpengaruh untuk ikut berpikiran negatif terhadap orang yang saya ceritakan. Haha. Sisi positifnya, saya jadi merasa didukung dan membuat perasaan saya lebih plong ;)

3. Menulis dan Mengalirkan Rasa

Ketika saya merasakan emosi negatif yang cukup besar pada seseorang, bukan sekali dua kali mood saya berubah drastis. Daripada suami atau anak yang jadi pelampiasan, saya memilih untuk melarikan diri ke laptop dan menulis.

Saat sedang berapi-api dan mendidih terhadap perilaku seseorang, saya justru tidak memilih untuk menulis mengenai orang tersebut. Enak aja lu, gak bakal gue kasih panggung! Baik itu untuk dipublikasikan, maupun untuk konsumsi pribadi. Never!

Biasanya saya memilih untuk bekerja. Apa saja lah yang bisa saya kerjakan. Mengisi blog pribadi dengan tulisan-tulisan yang sesuai dengan niche, mengisi website-website lain yang saya pegang, pokoknya menulis yang tidak berhubungan dengan masalah saya.

Buat saya cara ini cukup ampuh untuk merelease rasa marah dan dendam terhadap seseorang. Lagi-lagi, rasanya saya sudah bisa memaafkan orang tersebut setelah perasaan saya tenang, namun tidak akan lupa dengan perilakunya.

4. Menjaga Jarak Aman

Sorry to say, daripada saya muak melihat orang yang pernah melakukan kesalahan atau menyakiti saya, lebih baik saya back off dan menjauh. Sebisa mungkin menjaga jarak aman sejauh mungkin. Bila perlu, saya tidak ragu untuk memutus kontak dan komunikasi dengannya.

Kembali lagi ke poin pertama, menerima perasaan yang muncul. Bisa jadi saat itu level kemarahan dan dendam saya masih sangat tinggi, jadi saya terima perasaan tersebut. Untuk menghindari konflik yang semakin panas, maka saya memilih menjauh sambil menenangkan perasaan.

5. Bersikap Profesional

Frens, memaafkan adalah sebuah proses di mana seseorang secara sadar menghentikan perasaan marah, sakit hati, atau dendam yang dirasakan terhadap orang lain yang telah melakukan kesalahan atau tindakan yang merugikan.

Proses ini saya lakukan dengan cara-cara yang ada di poin sebelumnya. Jalan terakhir yang bisa saya lakukan untuk memaafkan adalah berusaha untuk bersikap seprofesional mungkin, ketika bertemu kembali dengan orang tersebut.

Bisa jadi orang yang di maksud adalah rekan satu kantor, atau saudara yang pasti akan ada momen di mana kami bertemu kembali. Di momen tersebut, saya akan berusaha bersikap baik dan tidak mempertahankan perasaan permusuhan atau keinginan balas dendam.

Inhale.. Exhale..

Memaafkan Bukan Berarti Melupakan

Saya memaafkan bukan untuk melupakan, apalagi membenarkan kesalahan-kesalahan besar yang diperbuat seseorang. Justru, tindakan dan perilaku buruk yang pernah orang lain lakukan pada saya akan selalu saya ingat.

Untuk apa? Ya untuk belajar dan lebih mawas diri, agar kejadian yang pernah terjadi tidak terulang kembali. I forgive you, but still.. lo gue end.

Memaafkan Bukan Berarti Melupakan

Saya memaafkan untuk kebahagiaan diri saya sendiri. Memaafkan akan membuat saya merasa lebih lega, mengurangi beban pikiran saya dan nggak sibuk membenci orang lain. Dah lah, lepaskan saja tapi cukup tau aja kalau ada tipe-tipe orang yang perlu kita waspadai dan hindari.

Jadi, apakah memaafkan semudah itu bagi teman-teman?

tantangan-ngeblog-KEB


Posting Komentar

8 Komentar

  1. Banyak konten di sosmed yang bilang kalau memaafkan itu bukanlah untuk orang yang berbuat salah tapi lebih untuk kesehatan mental diri sendiri. Idealnya begitu, tapi buatku pribadi, ya ada sosok-sosok yang aku sulit untuk memaafkan sebab rasa sakit dan kecewanya masih kerasa. Terutama beliau masih melakukan 3 poin pertama itu. Yang ada sekarang jadi ya, berusaha minta waktu untuk menyembuhkan.

    BalasHapus
  2. Say rasa saya bukan pendendam, tapi ada kalanya tak.mudah melupakan kesalahan orang meskipun sudah memaafkan. Terima kasih sharing tips nya ya..jadi pelajaran baru juga nih buatku

    BalasHapus
  3. Sama mbak. Molly juga termasuk yg sulit utk memaafkan seseorang. Tapi lama-lama capek juga menyimpan dendam. Kalo kata drakor balas dendam terbaik adalah dengan melupakan dan melanjutkan hidup.

    BalasHapus
  4. memaafkan memang tidak pernah mudah, bahkan sampai sekarang mungkin rasa sakit itu akan selalu ada, tapi mungkin kadarnya yang berkurang. Namun, ketika kita berhasil memaafkan orang yang menyakiti kita seakan himpitan rasa sesak itu berkurang

    BalasHapus
  5. saya juga orangnya masih sering menyimpan dendam, Mbak.
    bahkan ke orang terdekat, apalagi kalau saya merasa gak salah tapi disalahkan, duuhh bakalan dendam kesumat dah itu dan gak mau memaafkan, hihihih.

    BalasHapus
  6. Menjaga jarak aman.
    Aku juga melakukan ini kalau sedang marah dengan seseorang. Lebih baik berkorban sedikit, daripada sering bertemu lalu jadi makin marah

    BalasHapus
  7. Jikalau memaafkan kerap kali dilakukan mbak, apalagi berhubungan dengan tingkah laku orang lain ke kita,
    Tapi kalau ketemu ya gitu, secara tidak langsung jadi flashback aja, sehingga dari pertemuan itu bisa ambil jarak, apalagi kalau ketemu tnpa ada janjian ehhehee

    BalasHapus
  8. Saya paling mudah untuk memaafkan tapi untuk lupa kesalahannya itu yang ga bisa, bakal keinget terus, dan mungkin kalau sama orang terdekat seperti pasnagan pasti hal ini akan diungkit hehehe

    BalasHapus