Tips Work from Home untuk Ibu Rumah Tangga

tips-wfh-irt

Dalam beberapa postingan di blog ini, saya pernah menulis berbagai produktivitas lain yang bisa dilakukan oleh seorang ibu rumah tangga selain mengerjakan pekerjaan rutin yakni mengurus rumah, suami dan anak tentunya.

Saya memilih untuk menjadikan menulis sebagai sarana untuk menambah produktivitas sekaligus me time di sela-sela kegiatan sebagai ibu rumah tangga. Tahun 2020 lalu, kegiatan blogging yang saya tekuni ini ternyata membuka jalan untuk saya bisa bekerja dari rumah (work from home).

Bisa dibilang, tahun 2020 adalah tahun yang cukup berat untuk saya dan sepertinya menulis merupakan bentuk coping mechanism yang saya lakukan tanpa sadar kalau hal tersebut merupakan bagian dari coping mechanism saya. Meskipun, bekerja dari rumah sambil tetap menjaga kewarasan dalam mengasuh anak dan mengurus rumah ini bukan sesuatu hal yang mudah.


Lantas, bagaimana saya bisa melewati taun 2020 sampai 2023 ini sebagai seorang freelancer yang bekerja dari rumah, tanpa melepaskan tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga?

Tips Lancar Work from Home untuk Ibu Rumah Tangga

Sekarang ini, ada banyak sekali hobi yang bisa ditekuni oleh ibu rumah tangga dan berpeluang untuk menghasilkan cuan. Memang, nggak semua hobi harus dijadikan pekerjaan yang menghasilkan, akan tetapi semenyenangkan itu bisa bekerja sesuai dengan passion yang kita geluti.

Ibu rumah tangga pun bisa memanfaatkan media sosial dan berbagai platform belajar online untuk mengasah skill dan mencari support system yang baik. Saya sendiri benar-benar merasakan manfaat dari media sosial dan platform online tersebut untuk bisa mengembangkan skill menulis saya hingga akhirnya mendapatkan pekerjaan yang bisa dikerjakan dari rumah.


Agar work from home berjalan dengan lancar dan less drama, hal-hal di bawah inilah yang saya lakukan:

1. Membuat Daftar Prioritas

to-do-list
(Sumber: Canva)

Menurut saya, membuat daftar prioritas ini sangat penting untuk bisa memaksimalkan produktivitas di hari tersebut. Saya selalu meletakkan anak di prioritas utama, apalagi saat ini saya sedang menjalani LDM (Long Distance Marriage) sehingga ya waktu saya memang benar-benar untuk membersamai anak.

Anak memang prioritas, namun diri sendiri nggak boleh diabaikan. Sebelum saya menekuni hobi menulis ini, saya merasa hidup saya stuck karena seharian mengurus rumah dan anak. Ternyata, yang saya butuhkan adalah waktu untuk berperan menjadi diri sendiri, melepaskan sejenak peran ibu rumah tangga.


Rumah gimana? Saya sudah pernah menjadi ibu yang ambisius. Pekerjaan rumah harus beres, anak terstimulasi dengan baik, suami pun tidak luput dari prioritas utama. Hasilnya? Stress, Bun! lol. Sekarang, yang penting kebutuhan utama suami, anak dan saya terpenuhi, beres-beres rumah kalau sempat aja. Hehe.

Wes lah, yang penting perawatan diri, makan yang bergizi, istirahat cukup dan baju bersih selalu tersedia. Aman!

2. Membuat Jadwal Bekerja

Tips berikutnya yang menurut saya juga perlu untuk dilakukan adalah menyusun jadwal bekerja. Pekerjaan saya yang bersifat freelance memiliki flexible working hour, sehingga saya sendiri yang menentukan kapan saya bekerja dan kapan saya harus berhenti bekerja.

Sebelum anak saya sekolah, saya selalu memanfatkan waktu tidurnya untuk bekerja. Baik itu tidur siang, maupun di malam hari. Beberapa tahun yang lalu saya masih bisa tuh, bekerja hingga jam 10 atau 11 malam. Kalau sekarang, nggak sanggup lagi buka laptop malam-malam!

jadwal-pekerjaan
(Sumber: Canva)

Alhamdulillah-nya, saat ini anak saya sudah sekolah. Masih playgroup, sih, tapi lumayan banget waktu di pagi hari sampai sekitar pukul 10.30 WIB bisa saya manfaatkan sebaik-baiknya untuk bekerja. Saat anak saya pulang, saya pun tidak akan lagi berada di depan laptop sampai nanti waktunya ia tidur siang.

Kecuali, kalau terpaksa banget ada deadline atau anak saya menolak tidur siang, mau nggak-mau tu bocah ikutan main di ruang kerja saya.


3. Mendelegasikan Tugas

Setelah kita membuat daftar prioritas, kita bisa mengetahui pekerjaan mana saja yang bisa didelegasikan. Kalau saya, pekerjaan yang saya delegasikan adalah pekerjaan yang paling saya tidak enjoy, bersih-bersih rumah. Hehe!

Saya ingin rumah saya rapi, tapi nggak mau gue mulu yang beresin ;P Akhirnya, saya memutuskan untuk mendelegasikan tugas bersih-bersih rumah ke jasa ART. Alhamdulillah-nya, saya dapat Bibi yang less drama dan kerjanya sat-set.

Temen-temen lain mungkin tidak nyaman dengan kehadiran ART, it's okay. Kalian bisa mendelegasikan sebagian pekerjaan rumah ke pihak-pihak lain. Misalnya, makan nggak harus selalu masak, cuci dan setrika baju pakai jasa laundry, bagi tugas untuk bersih-bersih rumah dengan suami dan cara-cara lain yang paling pas bagi diri teman-teman.

mendelegasikan-tugas-rumah-tangga
(Sumber: canva)

Mendelegasikan tugas ini bisa mengurangi tingkat stress ibu rumah tangga sampai sekian puluh persen, sih, menurut saya. Selama kurang lebih 3 tahun saya merasa struggling banget jadi ibu rumah tangga tanpa helper.


Jungkir balik banget supaya rumah beres, anak dan suami keurus, kerjaan selesai tepat waktu, punya me time dan penghasilan sendiri. Dulu saya selalu berusaha masak setiap hari, cuci baju, setrika sendiri, cuci piring never ending story, dan tetap work from home sambil mengurus anak. Wkwk!

Meskipun suami sangat membantu, tetep aja deh, lama-lama frustasi sendiri. Setelah memutuskan menggunakan jasa ART, hati dan pikiran, jiwa dan raga rasanya lebih tenang. Haha. Saya bisa fokus bekerja dan rumah saya juga selalu terjaga kebersihannya.

4. Menciptakan Suasana Kerja yang Nyaman

meja-kerja
Inspirasi meja kerja di rumah, tentunya bukan di rumah saya :)
(pinterest)

Tips lainnya adalah memiliki ruang kerja pribadi dan menciptakannya sebagai tempat yang nyaman untuk bekerja. Berhubung rumah saya hanya terdiri dari 2 kamar, saya menggunakan kamar tamu sebagai ruang kerja.

Nggak banyak juga tamu yang datang dan menginap di rumah saya, paling banter Mama dan adik-adik yang berkunjung setahun sekali belum tentu. Kamar tersebut saya manfaatkan untuk tempat saya menaruh meja kerja dan segala perlengkapan saya untuk bekerja.


Meskipun di rumah, saya tetap memiliki office yang memang diperuntukkan untuk ngantor. Anak dan suami saya pun paham, kalau saya sedang bekerja biasanya nggak mau diganggu.

Adanya ruangan khusus yang nyaman untuk bekerja membuat saya bisa menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan target yang saya pasang karena lebih fokus.

meja-kerja-di-rumah
Meja kerja saya yang lagi "rapi" :D

Nggak perlu yang apik-apik kayak di media sosial gitu gak apa-apa lah, yang penting apa yang kita butuhkan untuk bekerja tersedia di ruangan tersebut.

Hari gini, memang bekerja bisa dilakukan dari rumah tanpa harus pergi ke kantor. Akan tetapi, work from home sekaligus jadi ibu rumah tangga itu nggak mudah, loh! Namun, dengan manajemen waktu yang baik, menjadi ibu rumah tangga yang working from home itu menyenangkan, kok :)

Kira-kira ada tips lain yang juga applicable nggak, nih?

Posting Komentar

5 Komentar

  1. Kalau yang kulihat dari ibuku, orangnya multitasking. Ya gak langsung bisa begitu sih ya, kudu ada jam terbang. Untungnya juga dia punya usaha yang digerakkan dari rumah (katering) jadi di satu sisi memang punya keleluasaan lebih dalam mengatur waktu karena gak ada kendala jarak dibandingkan ibu lain yang harus ngantor misalnya.

    BalasHapus
  2. Toos! Ibu bekerja dari rumah itu = mungkin!
    Impianku memang, remote worker - walau ternyata at the end of time, aku ke sininya nyaman dengan meja kerja - pakaian rapi semi formal (misal mau kerja, ya aku mengkondisikan diri sedang "kerja")

    dan atur waktu biar ga tabrakan dengan kesibukan rumah, its a must!

    BalasHapus
  3. Ada masanya stuck in the moment gitu ya.. (kek lagu, wkkww)
    Dan sekarang, aku uda tau banget kudu ngapain. Selain membutuhkan ruang menulis, ruang literasi dan ruang buat mencurahkan energi nge-fansgirling.

    Uda paling bahagia kalau urusan rumah, beres.
    Anak-anak mandiri.
    Suami terlayani dengan baik.

    MashAllah~
    Kerja dari rumah memang solusi terbaik seorang Ibu untuk tetap bahagia dengan cara terbaiknya.

    BalasHapus
  4. Kalo saya, sepertinya gak bisa working from home soalnya saya suka gak fokus. Kalo satu atau dua jam kayaknya masih mungkin tapi kalo udah lebih lama dari itu hasil kerja gak bakalan maksimal karena konsentrasi terpecah

    BalasHapus
  5. bekerja di rumah itu tetap harus ada jadwalnya ya, mbak kayak orang kerja kantoran juga. kalau kerja tanpa ada jadwalnya malah takutnya jadi nggak produktif gitu karena kita bingung mau ngapain

    BalasHapus