Productivity Week

jurnal kepompong buncek

Hai, Bunda Cekatan!

Selamat membaca jurnal terakhir di tahap kepompong kelas Bunda Cekatan #3. Perjalanan di Institut Ibu Profesional ini semakin dekat ke tahap terakhir di kelas ini yakni tahap kupu-kupu. Masha Allah!

4 pekan melewati tahap kepompong ini membuat saya berefleksi banyak. Terutama memaknai lagi apa sebenarnya produktivitas dan apa yang mau saya kejar? Minggu ini saya berhasil menjalankan misi saya untuk kembali rutin menulis.

Sebelumnya, misi saya di tahap kepompong ini adalah merepurpose content ke bentuk lain, misalkan podcast. Namun, Allah sepertinya masih ingin saya untuk berfokus pada kegiatan menulis. Hamdallah, rezeki dari menulis mengalir di bulan ini terutama di minggu terakhir bulan April ini.

Pekan Ini Aku Berpuasa

Saya masih berusaha untuk mengelola emosi pada anak. Belajar positive discipline tidak serta merta membuat saya otomatis menjadi kind and firm parent. Butuh proses panjang dan konsistensi pada penerapan agar menuai hasilnya di kemudian hari.


Saya juga konsisten menjauhkan gadget selama mengerjakan kewajiban. Menjaga sebisa mungkin agar gadget tidak menjadi alasan saya untuk menunda-nunda pekerjaan dan membuat target pekerjaan harian saya menjadi molor.

Kunci Keberhasilan Puasa Pekan Ini

Kesehatan adalah kunci keberhasilan saya menjadikan ini sebagai minggu dengan penuh produktivitas. Saya menyelesaikan beberapa artikel, menulis untuk blog pribadi, mengikuti webinar dan masih memproduksi podcast serta menyelesaikan tugas di komunitas.


Saya sadar bahwa saya harus menjaga kesehatan saya agar bisa kembali aktif melakukan semua aktivitas harian termasuk menjalankan rencana-rencana yang tertunda akibat sakit kemarin. Alhamdulillah, Allah Maha Baik dengan mengembalikan kesehatan saya secara berangsur-angsur.

Mindset untuk menjadi orang tua yang lebih baik juga menjadi rem bagi saya ketika saya hampir kehabisan sabar dalam menghadapi tingkah polah anak saya. Hari ini pun, anak saya mencakar wajah temannya hingga berdarah.

Bagaimana saya bisa tinggal diam melihat itu semua? Ingin rasanya memarahi anak saya di depan semua temannya bahkan di depan orang tua anak tersebut, namun saya tahan karena saya tahu anak saya melakukan hal tersebut karena ego dan tindakan impulsifnya.

Ia masih harus banyak belajar mengenai regulasi emosi. Masih harus sangat belajar dan membutuhkan arahan apa yang harus dilakukan ketika marah, berbeda pendapat dan ketika ia merasa terancam oleh orang lain.

Saya tidak membenarkan apa yang anak saya lakukan, tapi saya juga tidak sepenuhnya menyalahkan anak saya. Saya dan ayahnya lah yang bertanggung jawab untuk membangun karakter anak dan menanamkan konsep bersosialisasi serta pertemanan yang sehat seperti apa.


Kami sebagai orang tua lah yang seharusnya lebih banyak belajar.

Alhamdulillah, anak saya mau meminta maaf tanpa harus dipaksa dan mau bermain kembali dengan temannya tersebut. Dalam hati teh malu pisaaan dan heran seribu heran mengapa anak saya sampai melakukan hal tersebut?

Surat untuk Buddy

jurnal bunda cekatan

Assalammualaikum, Mbak Widia!

Akhirnya kita mencapai garis finish yaitu jurnal ke-4 di tahap kepompong! Alhamdulillah, terima kasih Mbak Widia untuk semangatnya dan inspirasinya sehingga saya ikutan semangat juga untuk mencapai garis finish meski dengan susah payah.

Beruntung sekali punya buddy seperti Mbak Widia yang berhasil membuat saya gercep merapel jurnal-jurnal harian meski pun pada akhirnya tidak full 30 hari, tapi setidaknya saya berhasil menuliskan separuh jurnal harian. Huhu, terharu deh!

Mbak Widia pasti berhasil menyelesaikan misinya dengan paripurna ya? Hebat dan salut sekali dengan konsistensi dan semangat Mbak selama di tahap kepompong ini. Semoga apa yang sebulan ini dilatih bisa beneran menjadi sesuatu yang dikuasai dan cekatan di bidang tersebut.

Keep in touch yaa, biarpun di tahap kupu-kupu nanti mungkin kita nggak jadi buddy lagi. Hiks! Semangat dan sukses selalu untuk rencana-rencana ke depannya, Buddy!

Best Regards,
-ima

Posting Komentar

0 Komentar