Pengalaman Hamil dengan Mioma Uteri

Pengalaman Hamil dengan Mioma Uteri

Mioma uteri atau yang lebih banyak dikenal dengan miom pada rahim, merupakan salah satu kondisi yang dianggap dapat menghambat seseorang cepat memiliki keturunan. Di banyak kasus, banyak wanita yang harus menjalankan serangkaian promil agar bisa mendapatkan dua garis yang ditunggu-tunggu.

Namun, apakah semua wanita yang memiliki mioma uteri tidak bisa hamil alami?

Beberapa bulan terakhir, saya jarang sekali menyentuh laptop. Jikalau sampai harus membuka laptop adalah karena masalah pekerjaan. Saya bahkan sudah lama sekali tidak update tulisan di blog, tidak join blogwalking dan sampai harus cabut dari beberapa tantangan blogging yang saya ikuti.


Di bulan Mei yang lalu, saya mendapatkan kabar yang cukup membuat saya shik-shak-shok karena dinyatakan positif hamil. Masya Allah tabarakallah. Cukup kaget karena rezeki ini datang secara tidak terduga, alias tidak direncanakan.

Setelahnya, saya mengalami morning sickness yang lumayan heboh sehingga nggak banget deh buat buka laptop apalagi menulis artikel. Sehari-hari saya hanya memikirkan bagaimana saya bisa melewati hari tersebut dengan selamat. Haha.

Satu hal lagi yang membuat saya overthinking adalah karena bersama janin di rahim saya, terdapat mioma uteri yang ukurannya cukup membuat saya istighfar. Di kehamilan pertama dulu, saya juga mengalami hal yang sama, kehamilan dengan miom. Akan tetapi, ukurannya kecil dan sudah diangkat saat melahirkan melalui metode sectio caesarea 5 tahun yang lalu.

Sekarang saya mengalami hal yang sama lagi, aigoo.. Dari tiga dokter obsgyn yang saya datangi, semuanya berkata, "hebat loh ini bisa hamil alami dengan kondisi seperti ini. Dipertahankan yaa.." kurang lebih seperti itu.

Lemme share my second pregnancy story, barangkali ada yang mengalami hal serupa dengan saya dan lagi overthinking sekarang.

Mioma Uteri dan Pengaruhnya Terhadap Kehamilan

Dari penjelasan dokter yang saya temui dan beberapa sumber yang saya baca, mioma uteri adalah pertumbuhan tumor non-kanker yang berasal dari otot rahim. Mirip seperti benjolan kecil, mioma ini bisa tumbuh di dalam atau di luar dinding rahim.

Ukurannya pun beragam, dari yang sangat kecil hingga seukuran dengan rahim. Meski umumnya tidak berbahaya, mioma uteri bisa menimbulkan berbagai gejala, seperti nyeri perut, perdarahan yang tidak normal, dan tekanan pada organ di sekitar rahim.

Beberapa bulan sebelum hamil, gejala yang saya alami adalah mengalami flek yang cukup panjang sebelum memasuki masa menstruasi. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter adalah karena flek terjadi hingga 2 mingguan, dan tidak ada tanda-tanda keluarnya darah menstruasi.

Setelah memeriksakan diri ke dokter, diketahui bahwa saya positif hamil dan ada miom yang diduga menyebabkan saya sering mengalami flek beberapa bulan terakhir.

Sementara itu, pengaruh mioma uteri terhadap kehamilan cukup bervariasi. Tidak semua wanita dengan mioma akan mengalami komplikasi saat hamil. Namun, ada pula kondisi miom yang dapat mempengaruhi kehamilan seperti:

pregnancy-with-miom

1. Keguguran

Mioma yang tumbuh di dalam rahim atau menghalangi jalan lahir dapat meningkatkan risiko keguguran. Di awal-awal hamil, dokter sempat mewanti-wanti saya bahwa ancaman keguguran dengan kehamilan seperti saya lebih tinggi dibandingkan kehamilan "normal".

Apalagi karena punya riwayat flek, saya diminta untuk benar-benar menjaga kondisi dan perbanyak bed rest hingga usia kehamilan mencapai 20 minggu.

2. Persalinan Prematur

Kontraksi rahim yang disebabkan oleh mioma bisa memicu persalinan prematur. Di akhir trimester pertama dan memasuki trimester kedua yang lalu, saya sempat merasakan nyeri perut yang tak tertahankan. Saya pun terpaksa opname karena hal ini.

Meskipun penyebabnya tidak diketahui secara pasti hingga saya keluar dari rumah sakit, dokter mencurigai miom lah yang menyebabkan nyeri perut tersebut sehingga diagnosa yang diberikan saat itu adalah ancaman keguguran karena kontraksi rahim terlalu dini.

3. Posisi Bayi Tidak Normal

Posisi mioma di dalam rahim bisa jadi menghalangi bayi untuk menempati posisi yang tepat saat persalinan. Sebab, posisinya bisa berada di mana saja. Untuk kasus saya, dokter menjelaskan bahwa posisinya cukup jauh dari janin saya, sehingga bayi saya tidak begitu terganggu dengan kehadiran miom tersebut. Alhamdulillah.

4. Pendarahan saat Hamil

Perjalanan kehamilan trimester pertama saya bisa dikatakan agak mengkhawatirkan dan sedikit lebih repot dibandingkan kakaknya 5 tahun lalu. Selain drama flek yang membuat was-was, saya juga sempat mengalami perdarahan sehari setelah hari raya Idul Adha.

Suami dan ibu saya sempat panik. Saya mencoba tetap tenang sembari back to bed rest. Saya merasa baik-baik saja saat itu, namun suami dan ibu saya memaksa agar hari itu juga memeriksakan diri ke dokter.

Alhamdulillahnya kondisi si bayi baik-baik saja. Namun, dokter kembali memberikan saya obat penguat kandungan yang efek sampingnya aduhai. Dokter berpesan agar saya terus mengkonsumsi obat yang berisi hormon progesteron tersebut hingga usia kandungan mencapai 16 minggu.

5. Persalinan Caesar

Jika mioma terlalu besar atau terletak di posisi yang menghalangi jalan lahir, persalinan caesar mungkin diperlukan. Akan tetapi, tidak semua kondisi kehamilan dengan mioma uteri akan berakhir di ruang operasi, kok.

Beberapa dokter ada yang tidak mempermasalahkan miom tersebut jika dianggap tidak mengganggu dan ibu hamil bisa saja melakukan persalinan pervaginam.

Dokter saya mengatakan bahwa kondisi kehamilan dengan mioma uteri unik dan bervariasi pada setiap ibu hamil. Ada yang sama sekali tidak mempengaruhi kehamilan dan aktivitas ibu, ada pula yang agak-agak ribet seperti kasus saya.

Pengaruh mioma terhadap kehamilan akan sangat tergantung pada ukuran, lokasi, dan jumlah mioma yang dimiliki, serta kondisi kesehatan ibu hamil secara keseluruhan.

Penyebab Mioma Uteri dan Cara Mengatasinya

Pertanyaan mengenai penyebab munculnya miom di rahim saya kembali pasca operasi 5 tahun lalu ini cukup membuat saya overthinking. Why oh why? Membaca artikel di mesin pencari malah membuat saya semakin overthinking.

Ada yang mengatakan bahwa itu terjadi karena pola makan dan pola hidup. Ini membuat saya benar-benar berefleksi. Setelah operasi, saya makan sayur lebih banyak, mengurangi gorengan, makan pedas dan jarang sekali minum minuman manis (kopi, coklat, boba dan sebagainya). Saya pun rutin berolahraga bahkan menjalankan program diet dan workout.

Semakin saya memikirkan penyebabnya semakin saya stress. Hingga akhirnya dokter memberikan penjelasan yang membuat saya legowo. Beliau berkata bisa jadi karena faktor keturunan atau hyper-estrogen (kelebihan hormon estrogen). "Barangkali ibu, nenek, tante ada juga yang punya miom. Jadi memang ada riwayat keturunan," demikian penjelasan bu dokter saya.

kehamilan-dengan-miom


Memang benar sih, tante saya juga ada yang punya riwayat miom seperti ini. Soal hyper-estrogen, dokter berpesan agar saya mengurangi konsumsi makanan yang berbahan dasar kacang-kacangan atau yang mengandung fitorestrogen. Saya pun disarankan untuk mengurangi atau sebisa mungkin menghindari makanan yang memicu inflamasi seperti pedas, gorengan, dan terlalu banyak tepung agar ukuran miom tidak semakin membesar.

Bagaimana cara mengatasinya? Sebenarnya dokter mengatakan bahwa kondisi ini bukan sesuatu yang langka karena banyak juga wanita yang mengalaminya. Di sebagian kasus bahkan dokter tidak memberikan treatment apa-apa karena dianggap tidak mengganggu, tidak menimbulkan masalah kesuburan (bisa hamil secara alami) dan miom tersebut bisa mengecil hingga hilang sendiri saat wanita memasuki usia menopause.

Namun, tentu dokter akan mengambil tindakan jika kondisi miom dalam rahim membuat seorang individu sakit, sulit memiliki keturunan atau terganggu aktivitasnya. Beberapa tindakan yang bisa dilakukan antara lain:

Pengobatan Medis

  • Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (NSAID): Dapat membantu mengurangi nyeri.
  • Kontrasepsi Hormonal: Pil KB, cincin vagina, atau IUD hormonal dapat membantu mengendalikan perdarahan menstruasi yang berat.
  • Agonis Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRH): Obat ini dapat mengecilkan miom dengan mengurangi kadar estrogen dan progesteron.

Prosedur Non-Invasif

  • MRI-Guided Focused Ultrasound Surgery (FUS): Menggunakan gelombang ultrasound untuk menghancurkan jaringan mioma.

Prosedur Minim Invasif

  • Embolisasi Arteri Uterus: Prosedur ini memotong suplai darah ke mioma, yang menyebabkan mioma mengecil.
  • Myolisis: Menggunakan energi laser atau arus listrik untuk menghancurkan mioma.
  • Laparoskopi atau Histeroskopi Myomektomi: Pengangkatan mioma melalui prosedur bedah minimal invasif.

Prosedur Bedah

  • Myomektomi: Pengangkatan mioma, tetapi rahim tetap utuh. Ini cocok untuk wanita yang masih ingin memiliki anak. Ini sudah pernah saya lakukan 5 tahun lagi dan insya Allah akan saya lakukan kembali bersama dengan proses kelahiran anak ke-2.
  • Histerektomi: Pengangkatan rahim secara total. Ini adalah solusi permanen dan paling efektif untuk mengatasi mioma, tetapi menghilangkan kemampuan wanita untuk hamil.

Penutup

Wah, jadi panjang ternyata cerita saya ya. Well, pada intinya wanita dengan mioma uteri bisa saja hamil secara alami, meskipun mungkin persentasenya tidak sebesar wanita dengan rahim yang bebas hambatan. Semua balik lagi ke kuasa Tuhan ya, frens. Pasalnya saya sendiri tidak menjalani promil dan benar-benar semua terjadi karena rezeki Allah SWT. Jadi, saya nggak bisa memberikan masukan how to atau what to do?


Jadi, buat teman-teman yang memiliki kondisi serupa dengan saya dan masih overthinking, saran saya agar lebih tenang adalah mencari dan berkonsultasi pada tenaga medis yang enakeun. Haha. Dalam artian tidak men-judge dan bisa memberikan masukan-masukan serta insight buat kalian.

Semoga juga cerita saya ini bisa membuat you don't feel so alone. Tetap jaga kesehatan, be happy dan insya Allah everything will be fine. Semangat!

Posting Komentar

5 Komentar

  1. I feel you. Jadi ingat masa hamil tahun 2012 lalu. Dua kali hamil dan yg pertama keguguran dan baru ketahuan ada myoma.....
    Hamil kedua penuh drama, pendarahan, bed rest, minum obat penguat. Tapi Alhamdulillah bisa bertahan dan lahiran normal dan si bayi (Saladin) sekarang udah kelas 6 SD wkwkwk.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waahh masya Allah. Saladin yang kisahnya bisa kita baca di blog Mba Avi 😁

      Hapus
  2. Bacanya aku terharu mbak. Semangat terus ya mbak dek bayi sehat selalu dan mbak juga.

    BalasHapus
  3. Menenangkan dengan pandangan mbak sebagai kesimpulan dari apa yang sudah mbak alami.
    Terutama karena terjadi juga di salah satu tetangga terdekat saya
    Jeda beberapa tahun setelah mioma uterus, diberikan rezeki untuk melahirkan anak-anak yang sehat. Alhamdulillah..

    BalasHapus
  4. Subhanallahu.. Syafakillahu, ka Imaa..
    Ternyata ada banyak hal yang aku gak tau setelah lama gak berkabar-kabari yaa.. Semoga Allah mudahkan selalu di kehamilan kali ini dengan sekian panjang ujian yang kudu dihadapi. Tabah selalu dan senantiasa diberi kesabaran.

    Semoga lancar hingga proses persalinan nanti.
    Dan buat para pejuang garis dua dengan kondisi-kondisi yang memiliki catatan kesehatan seperti miom, semoga menjadi semakin kuat setelah membaca artikel ka Ima.

    Ini pastinya menjadi dukungan terbesar bagi para bumils.
    Bismillah, hwaitiing... bestiee~

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan saya 😊 yang mau ngobrol-ngobrol terkait artikel di atas, yuk drop komentar positif kalian di kolom komentar.

Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya, Frens! 😉

Satu lagi, NO COPAS tanpa izin ya. Mari sama-sama menjaga adab dan saling menghargai 👍