2 Gaya Menulis di Blog, Lebih Suka yang Mana?

jurnal ulat tahap 5

Selamat datang di jurnal ulat pekan ke-5, kelas Bunda Cekatan batch 3, Institut Ibu Profesional. Setengah jalan lagi menuju akhir petualan ulat sebelum masuk ke tahap berikutnya. Seperti biasa, setiap minggu ada hal baru yang akan dituliskan di dalam jurnal ini.

Di pekan ini, selain menyantap makanan seperti biasa, kami para ulat juga ditugaskan untuk berkenalan dengan teman-teman lain. Teman-teman yang berasal dari regional, regu serta keluarga yang berbeda. Seru sekali bisa mengumpulkan teman-teman di camping ground kemudian memetakan makanan favorit mereka.

Makananku Pekan Ini

gaya menulis di blog

Tidak perlu menjelajah ke mana-mana, karena pekan ini saya mendapatkan makanan dari GoLive yang disajikan oleh keluarga saya sendiri (Literasi Non-Fiksi) yaitu April Fatmasari, yang membawakan topik mengenai "Yuk, Kenali Gaya Menulis Konten di Blog".

Makanan pekan ini sekaligus menjadi makanan favorit saya sejauh ini, di mana sesuai sekali dengan peta belajar saya dan saya pun ingin lebih memiliki style yang khas pada saat menulis di blog.

Gaya Menulis Konten Blog

Sumber yang diambil dari ilmu yang didapatkan di pekan ini adalah dari buku "Ngeblog dari Nol" karya Widyanti Yuliandari, Alfa Kurnia, Nunu Amir serta webinar yang diisi oleh Deddy Huang, seorang blogger yang menulis dengan gaya story telling.

Konten blog masa kini semakin mengikuti perkembangan zaman. Banyak pembaca yang lebih tertarik dengan konten yang isinya detail, pembahasan mendalam dan dilengkapi dengan infografis serta gambar-gambar penunjang.

Ini berbeda dengan konten blog di awal tahun 2000an yang lebih banyak berisi tulisan hanya sepanjang tiga hingga empat paragraf saja.

Bagaimana Kriteria Konten Blog yang Baik

Sebelum masuk ke pembahasan mengenai gaya menulis konten di blog, sebaiknya kita memahami dulu bagaimana sih kriteria sebuah konten di blog itu dikatakan sebagai konten yang baik? Dari buku "Ngeblog dari Nol", disebutkan ada 3 kriteria sebuah konten di blog bisa dibilang baik :

Menikmati Proses Menulis

Suatu tulisan akan tercipta dengan baik, terasa mengalir dan enak dibaca ketika kita sudah bisa asyik dan menikmati proses menulisnya. Saat menulis, jangan terlalu memikirkan bagaimana hasil akhirnya nanti, justru yang penting adalah bagaimana kita bisa menjalani prosesnya.

Menulis dari Hal yang Mudah

Tulisan yang baik adalah tulisan yang isinya kita pahami. Jadi, menulislah dari hal-hal sederhana, tulis sesuatu berdasarkan pengalaman yang pernah kita alami, sudah pernah kita lakukan ataupun hal-hal yang dekat dengan keseharian kita.

Menulis Konten yang Positif

Konten yang baik tentunya merupakan konten yang positif. Usahakan pada saat menulis tidak mengandung ujaran kebencian, SARA, tidak provokatif dan tidak menyimpang dari norma dan agama. Sebagai penulis yang menulis di media digital, tentu kita harus memperhatikan etika digital dalam pembuatan konten.

Cara Membangun Konten di Blog

Langkah selanjutnya setelah kita memahami bagaimana sebuah tulisan dikategorikan sebagai konten yang baik adalah belajar bagaimana cara membangun konten di blog. Stepnya sederhana yaitu memilih tema tulisan, mencari bahan tulisan dan membuat kerangka atau outline tulisan.

Bagi saya pribadi, membuat kerangka tulisan ini penting agar pembahasan dari topik yang akan saya bahas tidak melebar ke mana-mana dan fokus pada inti yang ingin saya bahas. Setelah kita membuat outline, untuk membangun konten tentu kita perlu mengembangkan outline tersebut menjadi tulisan.

Ada tiga tahapan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kerangka menjadi sebuah tulisan hingga akhirnya disebut artikel yang dipublish di blog :

  • Tuliskan satu per satu bagian dari outline yang sudah dibuat.
  • Singkirkan ekspektasi berlebih dan jangan terbebani dengan hasil akhir tulisan.
  • Menulis dengan santai, tidak perlu terburu-buru dan ambil jeda jika sudah merasa kelelahan.

2 Gaya Menulis Konten di Blog

Secara umu, ada dua teknik atau gaya menulis konten di blog. Masing-masing memiliki kelebihannya masing-masing dan perlu latihan agar bisa menulis dengan gaya menulis yang enak dibaca :

1. Story Telling

Gaya menulis dengan story telling ini banyak digemari oleh pembaca karena ketika membaca, pembaca seolah ikut mengalami peristiwa serta merasakan apa yang dituliskan oleh penulis.

Menulis dengan gaya story telling adalah suatu seni menyampaikan peristiwa, pikiran dan ide pada orang lain menggunakan bahasa atau gambar dengan tujuan supaya gagasan yang dimiliki ole penulis tersampaikan pada orang lain.

Tips menulis dengan story telling dari Deddy Hwang dalam webinarnya :

Pahami Prinsip Story Telling

Teknik story telling bertujuan untuk membangun engagement dengan pembaca. Saat membaca tulisan story telling, pembaca juga akan merasakan emosi seperti yang ditulis oleh penulis. Sedikit banyak, ini akan membuat pembaca merasa relate dan terpengaruh dengan cerita si penulis.

Mengenali Pembaca

Agar tulisan tepat sasaran, tentu kita harus mengetahui dan menentukan kira-kira siapa saja yang akan membaca blog kita?

Interaktif

Tulislah dengan tulisan yang seolah-olah mengajak pembaca ngobrol dan terlibat dalam peristiwa yang ditulis. Tujuannya adalah untuk membangun emosi dan opini pembaca.

Bisa Memberikan Reaksi / Call to Action

Tulisan story telling yang berhasil adalah tulisan yang membuat pembaca dapat mengambil pelajaran dari sebuah tulisan atau bahkan membeli produk yang diulas dalam tulisan jika bertujuan sebagai strategi marketing.

Susunan / Alur Story Telling

Ada tiga alur dalam tulisan bergaya story telling yaitu pembukaan, berisi perkenalan akan tema yang dibahas dalam tulisan, isi tulisan dengan menghadirkan konflik serta usaha penulis untuk mengatasi masalah yang dihadapinya, terakhir adalah penutup.

2. Listing Featured / Listicle

Menulis dengan gaya listing featured itu adalah dengan menggunakan poin-poin untuk menjabarkan sub-topiknya. Metode ini dianggap lebih simpel dan dinilai lebih populer.

Dengan gaya menulis seperti ini, mata pembaca juga tidak cepat lelah karena poin-poin yang ada membuat tulisan listicle ini seperti memberi jeda untuk mata pembaca. Selain itu, lebih cepat untuk menemukan inti dari ulasan yang ditulis dalam artikel.

Camping Ground

Seperti yang sudah saya ceritakan di awal, saya berkenalan dengan beberapa teman di luar regional, regu dan keluarga saya. Berikut adalah teman-teman yang sudah ngobrol-ngobrol dengan saya :

tugas buncek pekan 5

buncek tahap ulat pekan 5
Berkenalan dengan teman-teman di Camping Ground

Menarik sekali karena hampir semua berasal dari regional, regu dan keluarga yang berbeda. Meskipun ternyata ada juga yang berasal dari satu keluarga yang sama.

Saya jadi semakin berbinar saat melihat semangat belajar dari teman-teman yang lain dengan minatnya masing-masing di keluarganya.

Apel Favorit

Dari hasil ngobrol-ngobrol dengan teman-teman lain, saya memetakan apel-apel apa saja yang menjadi favorit mereka. Hasil yang saya dapatkan adalah sebagai berikut :

apel favorit buncek

Sampai bertemu di jurnal pekan berikutnya!

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Jujur aku lebih suka yg gaya story telling. Krn aku sendiri pake cara itu. Tapi untuk tulisan berbau sedikit berat, atau serius, aku LBH suka listing mba. Jadi lebih mudah dipahami. Kalo dibikin story telling malah aneh, dan ga dapet poin yg penting 😅..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak Fanny. Terasa lebih mengalir ya kalau menulis dengan gaya story telling. Tapi kadang saya juga suka nulis listicle kalau pengen yang praktis dan to the point. Hihi..

      Hapus