Menyusuri Jejak Kenangan di Kepulauan Derawan


Siapa yang sudah nggak sabar menunggu akhir dari pandemi Covid-19? Huhu. Makin ke sini bukan makin menunjukkan tanda-tanda pulih, justru sebaliknya. Ada lagi varian baru virus yang sudah masuk ke Indonesia!

Aku pribadi sudah kangen banget nih sama jalan-jalan, terutama main ke pantai. Hiks. Rindu aroma angin laut, suara ombak dan tekstur dari pasir pantai.

Ah! Daripada amsyong mikirin kapan pandemi ini berakhir, mending mengais-ngais kenangan travelling yang belum sempat dituliskan di blog. Hehe.

Semasa masih bekerja dari tahun 2014 hingga 2017, tak dipungkiri salah satu cara untuk melepas stress dari hectic-nya pekerjaan di kantor adalah plesiran. Setiap tahun, aku pasti menabung untuk short escape ke destinasi yang sudah menjadi wishlist sejak lama.

Di tahun 2016, aku berhasil mencoret Kepulauan Derawan dari daftar tujuan wisata impian.

Nama Kepulauan Derawan pasti sudah tidak asing lagi di telinga para traveller, terutama mereka yang cinta jalan-jalan ke pantai. Keindahan pantai serta pemandangan bawah airnya begitu termashyur, membuatku ikut penasaran seperti apa surga tersembunyi di Kalimantan Timur tersebut.


Aku bersama beberapa sahabatku yaitu Evita, Erika dan Windi merencanakan perjalanan ini. Kemudian Mas Halim, teman sekantorku yang sekarang jadi suamiku, ikutan juga dengan mengajak Mbak Yuli, teman kuliahnya.

Kami berenam bergabung lagi dengan beberapa orang lain dalam satu open trip. Jadi, open trip itu adalah satu paket perjalanan yang dibuka untuk para traveller dengan kuota tertentu. Keuntungannya, tentu saja biaya open trip ini jauh lebih murah dibandingkan jika kita melakukan private trip. Selain itu, kita bisa kenal juga dengan banyak orang sesama traveller. Seru!

Perjalanan dari Tarakan menuju Pulau Derawan

Pulau derawan kepulauan derawan
Pulau Derawan (dokumentasi pribadi)

Aku bersama Erika, Windi, Mas Halim dan Mbak Yuli berangkat ke Tarakan, Kalimantan Utara dari Bandara Soekarno-Hatta. Setelah tiba di Tarakan, kami tidak langsung menuju ke Pulau Derawan melainkan menunggu Evita tiba, karena ia berangkat sendiri dari Surabaya.

Setelah anggota kami lengkap, driver dari agen travel open trip membawa kami ke Pelabuhan Tengkayu. Selain dari Tarakan, meeting point bisa juga dari Berau, Kalimantan Timur dengan menyebrang dari Pelabuhan Tanjung Batu.

Selepas dzuhur, setelah semua anggota open trip tiba di pelabuhan, kami pun memulai perjalanan kami menuju Kepulauan Derawan menggunakan speed boat. Saat itu, yang aku ingat kondisi ombak sedang cukup besar. Tingginya ombak bahkan mencapai jendela tempat kami duduk.


Untuk menghindari mabuk laut, aku dan teman-temanku mengkonsumsi obat anti mabuk. Hasilnya, hampir separuh perjalanan aku habiskan dengan tidur pulas. Hehe. Bangun-bangun, ternyata sudah hampir 4 jam kami menyebrangi lautan. Hari mulai sore dan Pulau Derawan tempat kami menginap pun sudah mulai terlihat.

Me with the beautiful sunset

Setelah kurang lebih 4 jam mengarungi lautan lepas, akhirnya kami tiba di Pulau Derawan dan sempat berjalan-jalan mencari makan di warung makan yang ada di sana. Kemudian, kami menikmati keindahan sunset di Pulau Derawan.

Keesokan harinya, baru kami memulai petualangan kami menjelajahi Kepulauan Derawan. Beberapa kegiatan yang kami lakukan di Derawan dan pulau-pulau sekitarnya antara lain :

Berenang Bersama Whale Shark

Esok subuhnya, aku bersama teman-teman traveller sudah digiring ke tengah laut menggunakan speed boat. Inget banget saat itu matahari pun belum menampakkan dirinya, langit masih gelap. Lepas sholat subuh langsung kami berangkat untuk melihat whale shark mencari makan di tambak ikan yang berada di tengah laut.

Whale shark kepulauan derawan
Otw renang bareng whale shark

Sejujurnya, waktu tau akan ada acara berenang bersama whale shark alias hiu paus, aku sudah jiper duluan. Liat hiu aja gue takut, cuy! Ini pake acara berenang bareng pula. Nggak ada nyali sama sekali. Saat yang lain sudah menggunakan life vest dan nyemplung ke air, aku masih bertahan di atas kapal dan nggak mau turun.

Tapi kok ya penasaran juga, mana belum tampak tuh si whale shark berenang di sekitar speed boat kami. Akhirnya, sok-sokan aku ikut nyemplung ke dalam air yang ya kebayang lah dinginnya kayak gimana pagi-pagi buta begitu.

Saat itu, matahari sudah mulai terbit tapi ketika aku menyelam ke dalam air untuk melihat lumba-lumba yang ada di sana, pemandangannya sangat gelap. Selain karena sinar matahari yang belum tinggi, juga karena saking dalamnya tempat aku berenang saat itu.

Tidak lama kemudian, yang dinanti pun tiba. Seekor hiu paus berenang mendekati kapal kami. Bukan main SHOCK-nya! Whale shark yang mencari makan ikan-ikan kecil itu mungkin sebesar speed boat yang kami tumpangi. Sampai saat ini, kalau membayangkan hal tersebut aku masih suka bergidik sendiri.

Melihat ikan sebesar itu di depan mata kepala sendiri, langsung teringat cerita Nabi Yunus As. yang dimakan dan hidup di dalam perut ikan paus. Nggak berlama-lama di dalam air, aku langsung naik lagi ke atas speed boat menemani Evita yang sama sekali nggak nyebur ke air. Sudahlah, yang penting nggak penasaran lagi.

Mohon maaf poin ini nggak pakai foto ya, karena aku sendiri takut melihatnya. Hehe.

Berenang Bersama Stingless Jellyfish di Danau Kakaban

Agenda kami yang juga seru dan menjadi pengalaman tak terlupakan adalah saat hopping island ke pulau-pulau yang ada di Kepulauan Derawan. Salah satunya adalah Pulau Kakaban (Samama Island). Di sana, kami mengunjungi danau yang menjadi tempat tinggal ribuan ubur-ubur jinak, Danau Kakaban.

danau kakaban, kepulauan derawan
Danau Kakaban, habitat stingless jellyfish (dokumentasi pribadi)

Sebelum tiba di Danau Kakaban, kami menyusuri Pulau Kakaban terlebih dahulu. Agak masuk ke dalam melewati hutan-hutan, barulah kita tiba di danau yang airnya tampak biru kehijauan tersebut. Berbeda dengan saat berenang dengan whale shark yang membuat kakiku gemetar, berenang bersama ubur-ubur di Danau Kakaban membuatku lebih menikmati.

Dua jenis ubur-ubur yang terdapat di Danau Kakaban adalah Golden Jellyfish dan Moon Jellyfish. Konon ubur-ubur yang hidup di Danau Kakaban merupakan ubur-ubur yang terperangkap dan berevolusi sehingga dapat berfotosintesis.

Setelah nyemplung di Danau Kakaban

Setelah puas berenang di danau, kami kembali ke daratan untuk menyantap makan siang.

Melompat dari Atas Tebing di Goa Ikan

Tidak jauh dari Pulau Kakaban, terdapat yang namanya Kehe Daeng (lubang ikan). Di sana terdapat goa yang sempit namun dapat kita susuri. Saat air laut sedang surut, kita dapat melihat banyak terumbu karang serta bintang laut.

Kemudian, aku juga mencoba kegiatan ekstrim yaitu melompat dari atas tebing ke laguna yang airnya tidak kalah bening dengan Labuan Cermin, Berau, Kalimantan Timur. Dengan menyebut nama Allah dan menyingkirkan rasa takut, aku melompat dari ketinggian entah berapa meter ke dalam air yang cukup dalam.

Saat melompat, rasanya itu lamaa sekali nggak sampai-sampai air. Ketika sudah mencapai air,  aku berenang dengan susah payah hingga mencapai permukaan. Dalam juga berarti airnya, ya. Life vest pun langsung dilemparkan oleh teman-teman ke arahku.

Aku bersama dengan teman-teman yang melompat ke laguna kemudian menyusuri goa untuk kembali ke daratan. Bahkan sampai sekarang, aku sendiri tidak habis pikir darimana aku dapat keberanian untuk melompat dari sisi tebing seperti itu?!

Menyambangi Penangkaran Penyu di Pulau Sangalaki

Satu hal yang aku ingat ketika tiba di pantai Pulau Sangalaki adalah airnya yang jerniiih luar biasa. Daya tarik yang ada di pulau ini adalah adanya tempat penangkaran penyu. Selain itu, terdapat beberapa spot diving yang juga tersohor bagi para penyelam seluruh dunia seperti Manta Point, Coral Gardens dan Turtle Town.

pantai pulau sangalaki, kepulauan derawan
Jernihnya air laut di pantai Pulau Sangalaki (dokumentasi pribadi)

Di sana yang kami lakukan hanya melihat-lihat penangkaran penyu dan berfoto-foto di pinggiran pantai Pulau Sangalaki yang berpasir putih dan berair jernih. Menurutku, pantai di pulau ini adalah salah satu pantai terbaik dan terindah yang pernah aku kunjungi.

Di hamparan pasir putih pantai Pulau Sangalaki

Menikmati Indahnya Pemandangan Laut di Pulau Maratua

Suatu ketika, teman sekantorku melihat wallpaper yang terpasang di PC milikku. Ia berkomentar, "Mbak, ini fotonya ngambil dari Google ya?". Haha. Tydack, Ferguso! Jauh-jauh aku pergi ke Pulau Maratua untuk mengambil picture perfect tersebut.

Picture perfect captured by me (dokumentasi pribadi)

Guys! Sebelum kalian memutuskan untuk pergi jauh-jauh ke Maldives, coba deh berkunjung ke Pulau Maratua dulu. Pulau ini digadang-gadang memiliki keindahan alam serta bawah laut yang luar biasa. Bahkan para penyelam yang pernah mengunjungi spot diving di Pulau Maratua menyebutnya sebagai Maldives-nya Indonesia.

Selain snorkeling melihat beraneka terumbu karang dan ikan warna warni, aku juga sempat mengunjungi salah satu resort terkenal di sana. Warna lautnya yang hijau toska, pasirnya yang putih dan pemandangan sekeliling pulau yang nggak kalah menakjubkan dijamin membuat semua yang pernah ke sana nggak mau move on. Mau nangis aja saking bagusnya, ya Allah!

See you when I see you (dokumentasi pribadi)

Kami juga sempat berjalan-jalan ke wilayah penduduk di Pulau Maratua. Di pulau yang berpenduduk asli suku Bajo ini, aku melihat sekolah, juga rumah-rumah penduduk yang tampaknya kebanyakan penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan.

Legenda Asal Muasal Kepulauan Derawan

Sebelum berangkat ke Kepulauan Derawan, tentu aku meminta izin pada kedua orang tuaku terlebih dulu.

Sebelum hari keberangkatan, Bapak sempat menelepon untuk menanyakan rencana selama aku pergi ke Derawan. Kemudian, beliau menceritakan legenda asal mula nama pulau-pulau di Kepulauan Derawan.

Alkisah terdapat dua buah keluarga yang akan melangsungkan pernikahan di Pulau Panjang. Calon mempelai wanita berangkat bersama ibu dan kakaknya, calon mempelai laki-laki berangkat bersama ibunya.

Di tengah perjalanan, badai menghantam kapal yang membawa calon mempelai beserta keluarganya. Kapal pun pecah dan seluruh penumpangnya tenggelam.

Calon mempelai wanita pun berubah menjadi Pulau Derawan, yang artinya perawan dalam bahasa setempat. Sementara ibunya berubah menjadi Pulau Semama (Mama) dan kakak laki-lakinya berubah menjadi Pulau Kakaban (Kakak).

Sementara itu, ibu dari calon mempelai laki-laki berubah menjadi Pulau Maratua (Mertua) dan sang calon mempelai laki-laki sendiri berubah menjadi Pulau Sangalaki (laki-laki).

Meskipun tau cerita tersebut hanyalah fiktif, seru saja mendengarkan ada legenda dari suatu tempat yang akan kita kunjungi.

Waktunya berpisah dari Kepulauan Derawan

Selain kegiatan-kegiatan yang sudah aku ceritakan, aku juga sempat menikmati berjemur di Pulau Gusung, berenang di Pulau Derawan di depan tempat kamu menginap, manyantap lobster dan aneka seafood, serta bermain banana boat bersama teman-teman open trip.

Sekian dulu ceritaku mengais jejak kenangan di Kepulauan Derawan tahun 2016 silam. Semoga akan ada kesempatan lagi untuk kembali ke sana, atau berkunjung ke pantai-pantai terbaik lainnya di Indonesia.

Sukabumi, 6 Mei 2021


Posting Komentar

25 Komentar

  1. Tahun 2016 berarti udah lama banget juga ya jalan-jalannya. Duh jadi kangen nih pengen traveling kemana gitu. Terus foto-foto juga di sana. Simpen deh di blog untuk kenang-kenangan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya udah lama, sebelum makin lawas dan lupa buru2 ditulis di blog. Hehe

      Hapus
  2. Derawan belum pernah terpijak nih mbak. wkwkwk, semoga kapan-kapan ada kesempatan main ke sana. Btw, aku pernah juga ngalamin mabok laut waktu pertama kali pulang kampung ke Sumatera naik kapal laut..pengalaman yg mengerikan buatku huhuhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga pernah mba mabok laut, beberapa x waktu kecil. Setelah agak gedean, tiap naik kapal selalu sedia obat anti mabuk. Tinggal lep tidur, bangun2 udah deket/udah nyampe..

      Hapus
  3. Wah, seru banget pengalaman di Kepualauan Derawan mba. Salah satu destinasi impianku itu. Ikutan deg-degan nih pas ada cerita berenang sama hiu. Trus aku pernah mabuk laut saat naik kapal dari Surabaya ke Balikpapan beberapa tahun yang silam lha ombaknya gede banget hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waa lumayan jauh ya dari sby ke bpn. Berapa lama itu naik kapal? Kebayang sih, kalo nggak minum obat anti mabuk pasti udah keliyengan juga saya..

      Hapus
  4. Ikut senang membaca pengalaman travel mbak ke Pulau Derawan. Jangan ditanya kapan terakhir aku ke Pantai, sepertinya ketemu paksu aja belum hihihi. selama itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wow lama sekali ya, Mbak. Semoga bisa segera main ke pantai lagi bareng keluarga..

      Hapus
  5. Aku menikmati banget cerita jalan-jalannya, seru dan keren juga berani terjun ke dari tebing ke dalam air. Sukses nih ceritanya bikin aku mupeng ke Kepulauan Derawan. Semoga pandemi lekas usai, harapan banyak orang ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya harapan semua warga dunia, pandemi segera usai dan kita bisa jalan2 bebas lagi deh ya

      Hapus
  6. Padahal aku juga di kalimantan tapi belum pernah kemanapun hehe... kayaknya nyaman banget ya mba di Derawan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nyaman untuk liburan mba indri, kalau untuk hidup aku milih di kota aja. Haha

      Hapus
  7. Cukup banyak juga kegiatan yang ditawarkan saat berkunjung ke derawan ini ya. Aku jadi ingin juga deh!

    Makasih lho untuk cerita perjalanannya

    BalasHapus
  8. Seru banget mbak perjalanannya ke Derawan. Suka iri sama teman-teman yang sebelum nikah sempet memuaskan diri traveling ke sana ke mari, hehe. Soalnya dulu punya "tugas negara" yang bikin aku nggak bisa jauh-jauh dari rumah. Sekarang tugasnya sudah selesai, pengen juga traveling with family, termasuk ke Derawan tentunya. Apalagi setelah baca artikel ini, pengen juga merasakan renang bersama Hiu laut. Btw, aku paling seneng belajar sejarah atau legenda suatu tempat, ada banyak hal yang bisa dipelajari dari cerita-cerita tersebut.

    BalasHapus
  9. Wah, beneran bisa ketemu paus ya di sana? Pulau Derawan masuk kedalam bucket list aku yang entah kapan bisa terchecklist. Seru banget, ya, meski ini perjalanan sudah lama sekali tapi kenangannya masih tetap ada. semoga pandemi segera berlalu supaya kita bisa jalan jalan seru lagi tanpa takut apa-apa, yang penting budget, fisik, dan pengetahuan siap. LOL

    BalasHapus
  10. Wiwin | pratiwanggini.net19 Mei 2021 pukul 03.59

    Cerita jalan-jalan memang selalu seru untuk dituliskan kembali. Setidaknya bisa buat mengobati kerinduan jalan-jalan di masa pandemi ini. Sejujurnya, saya juga kangen jalan-jalan jauh...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wiwin | pratiwanggini.net22 Mei 2021 pukul 06.54

      Huhuhu... sejak pandemi saya belum jalan-jalan ke pantai lagi, baca ini jadi terbersit ngajak anak-anak ke pantai dehhh..

      Hapus
  11. Baguuus banget panoramanya
    mupeng bisa ke sana juga
    kapan2 dah semoga ALLAH mudahkan

    BalasHapus
  12. Seru banget jalan-jalannya. Pengen juga deh ke sana, semoga kapan-kapan bisa ke sana pas ada rezeki 🤗

    BalasHapus
  13. Indahnyaa...
    Aku suka hasil foto-fotonya, kak Ima.
    Eksotis dan kisah serunya serasa ikutan travelling bareng kak Ima dan teman-teman ke Kepulauan Derawan.
    Uuhh~

    **Kak Ima bisa menghadirkan memori 2016 ke masa kini ini keren banget.

    BalasHapus
  14. pulau Derawan ini memang bagus banget yaa. aku pun penasaran banget pengen ke sana semoga aja nanti ada rezekinya

    BalasHapus
  15. Huaaa ... Pulaunya cantik banget. Foto-fotonya tuh loh, duh air laut ditambah birunya langit. Indonesia memang sungguh indah, ya. Tapi aku penasaran loh ketemu hiu pausnya, hihihi ... Beneran bisa berenang bareng? Mereka nggak gigit, gitu? Segede boat, ya ampun ... Kalau aku ada di sana pasti antara takjub, terpana, deg-degan, takut, jadi satu semuanya.

    Semoga aku juga bisa piknik nih ke Derawan. Dulu cuma sampai Tarakan aja soalnya.

    BalasHapus
  16. omg cantik banget mbak
    alam derawan ini sudah terkenal bagus ya mbak
    pasti seru bisa melihat sunset di derawan dan menyelam bersama whale shark

    BalasHapus
  17. Pengalaman yang seru banget nih, Mbak, bisa liat whale shark. Jadi pengen ajak keluarga ke Pulau Derawan juga. Anak-anak pasti seneng liat laut. Btw wisata ke Pulau Derawan child friendly nggak ya?

    BalasHapus