Mengenang Laussane, Kota Pelajar Nan Cantik di Switzerland


Rasanya rindu sekali dengan kegiatan travelling, kegiatan lain selain menulis yang membuat perasaan lega dan otak menjadi lebih terasa fresh. Terakhir travelling adalah ke Bali bulan Februari lalu, sebelum Covid-19 dinyatakan masuk ke Indonesia. Belum ada pembatasan sosial meski suasana di Bali sudah lebih sepi dari biasanya. Itu pun dalam rangka menghadiri pernikahan sahabatku, bukan murni pergi plesiran.
Dalam tulisan ini, aku ingin mengenang salah satu momen paling unforgettable sepanjang hidup. Saat aku berkesempatan mengunjungi secuil surga di muka bumi, tempatnya ada di Swiss sana. Jauhan dikit lah ya ceritanya kali ini. Hehe.

Berkesempatan mewakili kampus untuk pergi ke Swiss tahun 2013 menghadiri acara untuk mahasiswa/i fakultas kesehatan dari seluruh dunia, aku jadi memiliki pengalaman menjejakkan kaki di daratan Eropa for the first time of my life. Allahuakbar, alhamdulillah!

Saat disana, aku menemukan banyaak sekali perbedaan dengan di Indonesia. Begitu jelasnya perbedaan antara negara maju dengan negara berkembang. Shortly, aku senang tinggal disana deh! Seandainya makanan di Swiss seperti di Indonesia, mungkin aku berpikir untuk mengganti kewarganegaraan. Haha. Kota dimana aku singgah adalah Laussane, sebuah kota kecil yang ternyata mendapat julukan kota pelajar layaknya Yogyakarta di Indonesia.

Menunggu Bus di Halte Dèlices
Aku tidak akan bercerita tentang kegiatan yang aku lakukan selama disana, hanya ingin mengenang tempat-tempat indah yang sempat aku kunjungi. Bermodal kartu transportasi dari kampus CHUV, aku bisa naik semua moda transportasi yang ada di Laussane tanpa harus membayar selama periode tinggal disana. Yes, cukup tunjukkan kartu semacam kartu identitas begitu kepada petugas yang ada di kereta atau bus.

Pernah suatu ketika aku lupa membawa kartu identitasku saat menghadiri acara di kampus. Baru sadar saat sudah ditengah perjalanan menuju stasiun kereta, mau pulang ke asrama pun tidak mungkin karena waktunya tidak akan sempat. Nekat lah sudah, modal bismillah dan beberapa koin Swiss Franc di dompet untuk berjaga-jaga jika ditagih.

Ternyata, di dalam kereta tidak ada petugas yang mengecek kartu identitas dong! Begitu juga saat pulang. Hehe. Aman sejahtera hidupku, suatu keberuntungan yang mungkin berasal dari do'a ayah dan ibuku di Indonesia.

Laussane

Laussane tercatat sebagai kota terkecil di dunia dari yang aku baca di internet, merupakan bagian dari negara Swiss dimana orang-orang menggunakan bahasa Perancis sebagai bahasa sehari-hari disini.

Bahasa yang di gunakan di Swiss terbagi menjadi tiga yaitu Perancis, Jerman dan Italia. Bahasa-bahasa tersebut digunakan oleh orang-orang swiss yang bermukim di kota yang berbatasan dengan ketiga negara tersebut.

Aku sempat mengunjungi Bassel, kota yang berbatasan dengan negara Jerman. Disana, semua tulisan menggunakan bahasa Jerman bahkan arsitektur bangunannya pun mirip sekali dengan yang ada di Jerman. Jadi berasa mengunjungi negara lain padahal masih di Swiss.

Kota Laussane memiliki pemandangan yang menakjubkan karena dikelilingi oleh Lac Lèman atau Danau Geneva. Asrama tempat aku tinggal lokasinya tidak jauh dari Lac Lèman, mungkin hanya 5 menit berjalan kaki. Dekat juga dengan sebuah museum bernama Musee Romain, sayang aku tidak sempat berkunjung ke dalam museum tersebut.

Di depan Musee Romain
Ingat sekali ketika baru sampai di asrama, aku merasa tidak kenal apa itu jetlag saking excited-nya melihat pemandangan disana. Aku dan temanku yang juga orang Indonesia serta seorang teman asal Spanyol langsung berlarian menuju taman di tepi Lac Lèman.


Pemandangan Menuju Lac Lèman
Masih ingat bagaimana rasanya menghirup udara segar disana, dengan suhu sekitar 14-15 derajat Celcius. Melihat taman yang begitu rapih, bersih dan cantik membuatku banyak mengucap syukur karena hal itu merupakan sesuatu yang jarang aku temukan di tempat wisata di Indonesia. Melihat angsa-angsa yang berenang di danau dan mereka yang duduk-duduk di pinggirnya. So peacefull and refreshing!

Tak ingin berlama-lama, inilah beberapa tempat wisata yang wajib kalian kunjungi saat berkesempatan ke Laussane, Switzerland :

1. Lac Lèman

Seperti penjelasan sebelumnya, Laussane merupakan kota yang dikelilingi oleh sebuah danau yang begitu besar bernama Danau Geneva atau disana disebut Lac Lèman.

Setelah membaca-baca artikel ternyata Danau Geneva ini terbentuk dari lelehan glasier yang terletak di perbatasan antara Swiss dan Perancis.

Danau Geneva atau Lac Lèman
Dari arah mana pun, kita dapat melihat dengan jelas Danau Geneva saat berada di Laussane. Contohnya saja asrama tempat aku tinggal yang letaknya dekat sekali dari bibir danau. Di pinggir danau biasanya disediakan taman dan banyak aktivitas yang bisa dilakukan disana seperti jalan-jalan, bermain sepeda atau sekedar duduk-duduk cantik menikmati indahnya pemandangan Danau Geneva.

Perpaduan antara udara yang sejuk saat aku disana (musim gugur) dan view yang begitu cantik membuat betah sekali berlama-lama menikmati suasana dari pinggir Lac Lèman.

2. Laussane City Center

Source : wikipedia.com
Selama disana, tentunya aku berkunjung ke pusat kota Laussane. Jangan bayangkan seperti Jakarta atau Surabaya yang ramainya bukan main ya, pusat kota disana jauh dari keramaian seperti di Indonesia. Ya ramai tapi biasa saja malah masih terlihat lengang.

Disana kalian bisa melihat bangunan-bangunan megah ala Eropa seperti gereja St-François, Rue De Bourg yang merupakan area shopping tempat berjualan barang-barang branded, Note Dame Cathedral, dan sebuah kampus tua yang tersohor bernama the l'Ancien Régime.

Tak ketinggalan pula aku berkunjung ke Palais de Rumine, sebuah bangunan tua bergaya Florentine Renaissance dari abad ke-19. Saat ini Palais de Rumine digunakan sebagai museum.

At Laussane City
Bersama beberapa teman asal Swiss, aku juga sempat mengunjungi Oucy untuk menikmati es krim di pinggir Lac Lèman. Menurutku saat itu begitu dingin hingga aku menggunakan beberapa lapis pakaian ditambah coat, terheran-heran aku ketika diajak untuk makan es krim dalam cuaca seperti itu. Lucunya, teman-temanku yang kebanyakan berasal dari Eropa juga heran melihat pakaianku yang menurut mereka sangat tebal, sementara mereka hanya menggunakan kaos tipis dan celana pendek.

"Hey, this is still the end of summer! We don't even enter the real fall," begitu kata salah seorang teman. 

Aku dan teman asal Indonesia hanya bisa tertawa sembari menahan agar bibir kami tidak gemetar saking kedinginannya. Haha.

Ada kejadian unik juga saat hari terakhir aku berada di Laussane. Ketika itu kalau tidak salah hari Minggu, aku dan temanku hendak mencari oleh-oleh sebelum kami melanjutkan untuk extend dan pindah ke Geneva. Kami berangkat dari asrama pukul 09.00 pagi dan mendapati semua pertokoan masih tutup, okelah kami berjalan-jalan sambil mengambil beberapa foto untuk kenang-kenangan.

Hingga pukul 12.00 siang, semua pertokoan masih tutup! Suatu keanehan karena di Indonesia, weekend adalah hari dimana semua orang keluar rumah untuk berbelanja sementara di Laussane hari Minggu seperti kota mati dimana semua tempat begitu sepi. Saking sepinya kami sampai bingung sendiri.

Weekend di Laussane
Belakangan aku baru mengetahui jika semua pertokoan disana tutup pukul 06.00 sore dan tidak buka sama sekali selama akhir pekan dengan alasan weekend adalah waktu untuk bersama keluarga. Haha. Gigit jari aja deh karena nggak jadi belanja oleh-oleh, beruntung sebelumnya sempat singgah membeli beberapa pernak pernik saat toko-toko itu buka.

3. Olympic Museum Park


Kalau ke Laussane, jangan lupa berkunjung ke Olympic Museum serta taman yang ada disana. Letaknya di daerah bernama Oucy, bagian selatan Laussane. Pemandangan di taman Museum Olympic sangat cantik, terletak di antara bangunan museum dan Lac Lèman.

Disana, banyak wisatawan yang datang untuk berolahraga ringan seperti jalan kaki dan jogging. Ada pula yang duduk-duduk di atas rerumputan di bawah sinar matahari layaknya orang piknik.

Source : laussane-tourisme.ch
Masih di sekitar taman Museum Olympic terdapat dermaga yang letaknya berseberangan dengan taman. Pemandangannya pun begitu memukau, aku bersama teman-temanku menyempatkan diri berjalan-jalan disana. Rasanya jalan kaki sejauh apapun tidak terasa karena ditemani pemandangan yang indah, udara yang sejuk dan bebas polusi.

4. Fondation de l'Hermitage

Source : notrehistoire.ch
Tempat yang sering disebut dengan Hermitage ini merupakan museum seni yang terdapat di Laussane, dimana di dalamnya banyak terpampang karya seni semisal lukisan-lukisan hasil coretan tangan seniman-seniman lokal maupun internasional.

Bangunan museum ini menyerupai mansion yang tampak megah dan mewah dari luar, dikelilingi oleh taman bunga yang berwarna-warni. Tidak heran kalau bangunan ini merupakan museum seni, karena arsitekturnya memang nyeni abis.

Belum lagi pemandangan disekeliling Hermitage yang letaknya di atas bukit, sehingga kita bisa melihat Laussane's Old City, Danau Geneva dan Pegunungan Alpen. Sangat cantik sampai bisa membuat kita ternganga bila tidak sadar. Haha.

5. Sauvabelin Tower and Sauvabelin Forest

Sauvabeline Tower merupakan sebuah menara yang dirangkai sedemikian rupa dari kayu-kayu lokal dengan ketinggian mencapai 35 meter. Bentuknya seperti mercusuar, memiliki tangga melingkar hingga mencapai lantai tertinggi dimana terdapat gardu pandang melingkar hingga 360 derajat.

Source : wikipedia.com
Pemandangan yang ditawarkan jika kita berhasil naik sampai atas tentu saja menakjubkan. Dari atas sana kita bisa melihat kota Laussane, Danau Geneva dan tiga wilayah geografis sekeliling Swiss yaitu pegunungan Alpen, Jura dan Plateau.

Menapaki Anak Tangga Menara Sauvabelin
Setelah turun dari menara Sauvabelin, jangan lupa berjalan-jalan di Sauvabelin Forest yang terletak di sisi menara. Aku tidak berani masuk terlalu jauh ke dalam hutan karena takut tersasar. Hehe. Setelah menyempatkan diri untuk berfoto, aku segera kembali ke Sauvabelin Park.

Salah Satu Spot di Sauvabelin Forest
Itu tadi lima tempat wisata yang memorinya masih bisa aku korek-korek setelah 7 tahun berlalu. Huhu. Semoga saja masih ada umur dan kesempatan untuk balik lagi ke kota kenangan ini. Ingin sekali membawa keluargaku melihat indahnya Laussane.

Oiya, dalam tulisan berikutnya aku akan kembali membahas petualangan selama di Swiss. Jangan lupa untuk berkunjung kembali ke blog ini. Sampai jumpa!

Sukabumi, 08 Mei 2020

Posting Komentar

33 Komentar

  1. Kotanya bersih asri..terlihat dari langit nya yg biru..

    Bersyukur yg pernah mampir kesana apalagi bisa sekolah disana..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah sempat merasakan suasana belajar disana. Kalau disana suasana kelas selalu ramai sama mahasiswa2 yg bertanya/jawab. Terasa hidup gitu..

      Hapus
  2. MasyaAllah indah sekali, beruntung banget bisa menikmati di sana ya mbak. Dan Dewi salut di Lausanne dimana hari minggu semua toko kompak tutup, dn ternyata karena adalah Family time:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba nama'y negara maju rakyat'y orientasi'y udh bukan uang melulu. Jd woles aja weekend tutup lapak, hari biasa pun jam 6 sore toko2 udh pda tutup..

      Hapus
  3. Kalau tempatnya berkesan, mau udah 7 tahun pun juga pasti selalu terkenang yaaa.. 😍😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya begitulah mba, nama'y gagal move on. Tp gagal move on yg menyenangkan. Haha..

      Hapus
  4. Alhamdulillah ya mbk masih ingat dan tersimpan foto2 7 tahun lalu. Luar biasa. Brp lama mbak ima di sana,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi, ini juga mengais2 harta karun yg sudah terpendam lama mba. Hampir 3 minggu disana mba..

      Hapus
  5. Wah seru ya mbak. Unik sekali hari Minggu malah pada di dalam rumah. Berarti orang rumahan semua ya hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi bisa jd mba, pertokoan hari biasa juga tutup jam 6 sore pdhal disana jam segitu masih terang

      Hapus
  6. Selalu senang membaca pengalaman orang lain tentang negara lain. Menceritakan setiap tempat yang bisa dikunjungi (karena saya memang belum pernah merasakannya��). Bukankah dengan membaca kita juga bisa mengatakan kita ikut kedalamnya kan ya, mbak?��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju banget mba, itu maka'y sering d bilang juga dgn membaca kita bisa melihat dunia kan?

      Hapus
  7. Amat bersih dan terawat. Mengunjungi tempat baru, dengan aroma yang baru memang sesuatu yang menarik. Aku pernah ke Kuala lumpur. Meski banyak kemiripan dengan Indonesia, tapi perbedaannya jauh lebih menarik untuk dieksplore bahkan dikenang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama mba saya pernah k KL juga waktu adik masih kuliah dsana, sama2 negara berkembang tapi keliatan beda jauh ya 🤭

      Hapus
  8. Indah sekali Mbak kotanya. Ah jadi punya ide untuk bikin cerita latarnya di sana. Uhuyyy. Pengeenn

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cuss bikin mbaa 😍 bakal romantis tuh kayaknya. Hehe.. Waktu saya disana aja udh berangan2 asyik bgt klo ada dsana sama pasangan. Pdhal belum terlihat hilal'y siapa yg bakal jd pasangan saya. Wkwk..

      Hapus
  9. Masya Allah lihat rumput-rumput nan hijau bikin mata segar. Swiss memang indah banget ya Mba. Kemarin sempat lihat juga di salah satu drakor yang aku tonton, betul-betul menakjubkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Drakor apa mba? CLOY bukan? Kalo iya, saya jd terkenang2 Swiss lagi sampe jd tulisan ini gara2 nonton CLOY. Hihi..

      Hapus
  10. Wah Mbak, ini pengalaman dari 7 tahun lalu ya? tapi membacanya tetap menarik dan mengalir. Swiss merupakan negara impian yang ingin saya kunjungi. Memori masa kecil saat dibawa travelling oleh orang tua dulu hanya ketika ingin membeli sunglasses di Titlis. Sunglassesnya masih ada sampai sekarang lo, sudah 35 tahun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waw, 35 tahun dan masih tersimpan rapih itu gimana ceritanya? Hebat banget. Iya mba kalau ada rejeki berkunjung kesana, rasanya nggak pengen kedip liat pemandangannya. Haha.

      Hapus
  11. Alhamdulillah.. senang skali ya bs berkunjung dan belajar di swiss. Suasana asri, sejuk dan tenang menndukung bgt tuh belsjar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah. Yang agak bikin shock selama belajar disana mahasiswa'y aktif2 banget bertanya dan diskusi sama dosen. Jd terpacu buat aktif juga. Beda banget saat saya kuliah di Indo, yang nanya paling itu2 aja orang'y. Hehe.

      Hapus
  12. Bagus banget ya, Mbak, kotanya. Duh, pasti menyenangkan sekali tinggal di tempat yang adem, tenang dan cantik seperti itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mba, kalau aja makanan favorit saya kayak nasi padang, sate ayam/kambing dan makanan berempah khas Indonesia ada disana semua mungkin gak inget pulang. Haha.

      Hapus
  13. Wah, beruntung sekali dapat kesempatan ke Swiss. Tinggal di kota kecil di luar negeri salah satu impian aku hehehe. Sama lihat pemandangan yang hijau-hijau jadi kepingin jogging deh

    BalasHapus
  14. Masya Allah cantiknya Lausanne.. Semoga suatu hari nanti bisa ke sana juga...Makasi ceritanya mba, jadi kebayang dinginnya.. hihi

    Salam kenal ya mba Ima

    BalasHapus
  15. Semogaaa suatu hari nanti, aku bisa main ke sini sama anakku juga, aamiiinn!
    Selama ini cuma tau Laussane ini salah satu kota andalan Philip Morris.
    aku dulu sempat kerja di anak perusahaannya

    BalasHapus
  16. Sangat berkesan ya Mbak pengalaman pergi ke Laussane meskipun hanya sebentar, bikin saya jadi mupeng juga neh. By the way, mau usul untuk fot-fotonya disetting lebih besar aja Mbak agar pembaca bisa lebih puas melihat keindahan kota yang ditampilkan.

    BalasHapus
  17. Swiss terkenal dengan pemandangan yang indah ya mbak. Dan juga bersih kalau ga salah yang saya baca. Duh kapan ya saya bisa ke Swiss, baca ceritanya aja saya sudah senang.

    BalasHapus
  18. menakjubkan sekali mba swiss bikin seger mata memandang deh hijau-hijau, bersih banget pula pasti disana yah, btw mba keren sekali deh bisa mewakili kampus untuk ketemu dg temen2 seluruh dunia fakultas kesehatan semua yah mba ?

    BalasHapus
  19. Wah aku terkagum-kagum membaca kisah perjalanan yang sudah 7 tahun ini lho kak, hihihi keseruannya tak berubah.
    Jadi terinpirasi buat mengorek-orek kenanangan juga nih. Hihihi

    BalasHapus
  20. Swiiisss..
    Negara impian para traveller.
    Ya iya si, negerinya cantik. Pemandangan alamnya rasanya auto cantik terus di semua musim.
    Mudah2an dpt rezeki kayak mbak juga, bisa jalan jauh sampe ke Swiss.
    Aamiin ya Allah

    BalasHapus
  21. Lumayan juga ya mbak masih inget tih sama perjalanan yg udah lama gitu. Aku jadi suamiku pernh ke sna, ada bngnan tua memang di sana tuh.

    BalasHapus