Pendidikan Seksualitas, Tantangan Hari Ke-10


Assalammualaikum,

Hari ini adalah hari ke-10 di tantangan 15 hari menuliskan jurnal zona ke-7. Zona ke-7 ini berbicara mengenai Pendidikan Seksualitas. Berbeda dengan 6 zona sebelumnya, di zona ke-7 ini para petualang di Pantai Bentang Petualang dibagi ke dalam kelompok-kelompok untuk membahas topik yang berbeda terkait dengan pendidikan seksualitas.

Jika di hari ke-9 kemarin kami membahas mengenai "Pentingnya Peran Ayah Dalam Pengasuhan Untuk Pendidikan Seksualitas", maka di hari ini kelompok 20 yaitu teman-teman dari Lamongan dan Lampung, membahas tentang "Pentingnya Aqil dan Baligh Secara Bersamaan."

Pengertian Aqil dan Baligh

Aqil

Aqil merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Arab yang berarti berakal, cerdik dan pandai. Secara umum, aqil diartikan sebagai kesiapan/kedewasaan secara psikologis, emosional, rasional, sosial dan finansial.

Ada beberapa tanda untuk menunjukkan bahwa anak sudah memasuki fase aqil, yaitu :
1. Mengenal Tuhannya
2. Bisa membedakan dan mengkomunikasikan hal yang ia sukai dan tidak ia sukai
3. Menjauhi sesuatu yang ia rasa berbahaya dan mengancam dirinya
4. Mampu belajar dari pengalaman
5. Mendengarkan perkataan dan mengikuti apa yang paling baik untuk dirinya, apabila melihat kebaikan ia akan mengijutinya
6. Jika melihat hal buruk maka ia akan menjauhinya

Baligh

Yang di maksud dengan baligh adalah suatu kondisi di mana seseorang sudah mencapai usia tertentu dan dianggap sudah dewasa, atau sudah mengalami perubahan biologis yang merupakan tanda-tanda kedewasaannya.

Ketika sudah dipandang baligh maka seseorang sudah dianggap siap melakukan transaksi sosial (muamalah) seperti jual beli, pernikahan, kerja sama dan sewa menyewa serta lainnya.

Tanda Baligh

Berdasarkan Usia
Tanda baligh berdasarkan umur memiliki beberapa pendapat di mana menurut mahzab Syafi'i dan Hanafi adalah 15 tahun untuk laki-laki dan perempuan. Mahzab Hanafi sendiri memberikan batasan di mana usia minimal baligh untuk perempuan adalah 9 tahun dan 12 tahun untuk laki-laki, sementara usia maksimal adalah 19 tahun untuk perempuan dan 18 untuk laki-laki.

Pendapat berikutnya adalah menurut mahzab Maliki yang mengatakan bahwa usia baligh adalah saat genap 17 atau 18 tahun.

Berdasarkan Aktifnya Organ Reproduksi
Allah SWT telah berfirman dalam Al-qur'an surat An-Nur ayat 59,

"Dan apabila anak-anakmu telah sampai ikhtilam (usia baligh) maka hendaklah mereka meminta izin seperti orang-orang sebelum mereka meminta izin."

Anak perempuan mencapai usia baligh ketika telah mengalami menstruasi sedangkan untuk anak laki-laki, tanda bahwa dirinya sudah memasuki usia baligh adalah saat terjadi mimpi basah yang ditandai dengan keluarnya mani.

Pentingnya Aqil Sebelum atau Saat Baligh

Pentingnya seorang anak sudah berada pada tahap aqil sebelum atau saat baligh adalah kematangan fisik saat baligh akan melahirkan nafsu, maka perlu aqil untuk mengendalikannya.

Selain itu untuk mempersiapkan diri agar mampu mengemban amanah khalifah untuk menjalankan visi hidup spesifik di bumi yang membutuhkan keselarasan kematangan fisik dan akal serta mental dan spiritual.

Aqil sebelum atau saat baligh juga sebab setiap diri memahami hak dan kewajiban sebagai hamba Allah, sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Terakhir adalah agar setiap diri siap memikul beban kehidupan seutuhnya seperti definisi mukallaf itu sendiri.

Sehingga jelas sekali jika baligh tidak diimbangi dengan aqil hasilnya ambyar karena dapat timbul bernagai permasalahan antara lain generasi muda yang mengalami krisis identitas (bingung arah dan tujuan hidup), problem oriented (tidak fokus mencari solusi), perilaku kekerasan dan bullying, penyimpangan perilaku seksual (homoseksual, biseksual, sex bebas)dan gangguan kesehatan mental (depresi, kecemasan, galau, dsb).

Di awal abad ke-20 saat terjadi revolusi industri, anak-anak remaja mendapat cap dan pandangan yang sangat buruk sebab mereka sudah berada di fase baligh namun tidak diiringi dengan kehadiran aqil.

Untuk menghadirkan peran aqil saat anak sudah masuk fase baligh maka peran orang tua sangatlah penting dalam mendampingi anak-anaknya melalui masa tersebut.

Peran Orang Tua Dalam Keseimbangan Aqil dan Baligh

Orang tua harus menyadari terlebih dahulu bahwa pendidikan dan pengasuhan utama harus dihadirkan dari rumah dan oleh kedua orang tua. Kemudian, orang tua harus mendidik anak sesuai dengan kenyataan yang ada dan harus menyesuaikan dengan zaman di mana anak-anak hidup.

Hadirkan pendidikan yang berani dan tega, tegas serta konsisten. Bukan pendidikan yang keras dan kasar. Selanjutnya adalah mengajari anak sejak usianya 7 tahun untuk bertanggung jawab atas perbuatannya.

Tidak kalah penting adalah mengajari anak bagaimana menalar, berpikir, memecahkan masalah, mengambil keputusan dan memikul resiko atas apa yang ia pilih untuk lakukan.

Jangan lupa untuk selalu mendukung anak, terutama untuk bersosialisasi dan berorganisasi. Ajari anak bagaimana cara mencari nafkah yang halal serta mengembalikan peran ayah dalam pendidikan anak-anaknya.

Persiapan Menuju Aqil Baligh

Persiapan Ideologis

Orang tua dapat memulainya dengan membawa anak-anak sholat di masjid, mengajak anak atau mengikutsertakannya dalam kajian keagamaan, menerangkan mana yang boleh dan tidak, salah dan benar.

Yang paling penting adalah kedua orang tuanya harus paham terlebih dahulu terutama masalah agama.

Persiapan Psikologis

Orang tua dapat memulainya dengan membangun komunikasi yang hangat dengan anak, kemudian membuat kesepakatan-kesepakatan, memuaskan waktu bermain anak serta meluangkan waktu untuk melakukan quality time dengan anak dengan special time (ayah-anak atau ibu-anak).

Jika orang tua memiliki anak perempuan, peran ayah adalah untuk menyanjung anak agar kelak ia tidak mudah tergoda dengan rayuan lelaki.

Persiapan Sosial

Ini dilakukan dengan melatih tanggung jawab anak, memerhatikan dengan siapa saja anak bergaul, menyediakan lingkungan pergaulan yang sehat dan mengajak anak untuk bersosialisasi dan membangun silaturahim.

Persiapan Kognitif

Persiapan ini dapat dilakukan dengan membimbing anak untuk berpikir kritis dan realistis, mengarahkan anak untuk menetapkan tujuan setiap kali melakukan sesuatu dengan cara selalu menjelaskan apa tujuan dari kegiatan setiap acara yang dibuat dalam keluarga.

Cukup panjang ya materi kali ini, semoga bermanfaat!

Sukabumi, 12 Maret 2021

Posting Komentar

0 Komentar