Pantulan Warna Zona 5 : Project Literasi


Alhamdulillah! Satu zona kembali terlewati. Kali ini, aku berhasil menyelesaikan tantangan zona kelima mengenai "Membentuk Karakter Melalui Stimulasi Baca Tulis dan Literasi Digital". Selama 10 hari kemarin, secara berturut-turut aku melaksanakan project literasi bersama anakku yang saat ini usianya 2 tahun 2 bulan.

Ada 2 project yang aku jalankan kemarin yaitu Read Aloud dan Story Telling. Sebenarnya, di luar tantangan bersama para petualang di kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional ini aku sudah sering melakukan dua kegiatan tersebut. Hanya saja selama 10 hari kemarin aku mencoba menjurnalkan kegiatan kami. Setelah membaca ulang dan mendengarkan kembali podcast i_maesha saat aku membacakan buku untuk anakku, rasanya lucu sekali ya.

Ada kalanya di mana anakku terdengar bersemangat saat dibacakan buku, ada kalanya ia jenuh dan ingin segera mengakhiri sesi membaca buku yang baru berjalan sekitar satu atau dua menit. Haha. Tidak apa, mungkin belum waktunya ia bisa duduk fokus membaca buku akan tetapi aku juga yakin bahwa kelak kami berdua akan merasakan manfaat dari kegiatan ini.

Banyak hal yang membuatku takjub dari kegiatan mengenalkan literasi sejak dini pada anakku. Sebelum bisa berbicara, awalnya ia tampak tidak antusias saat dibacakan cerita. Namun, kebiasaan membaca buku ini terus saja aku lakukan dan hasilnya terlihat saat usianya menginjak hampir satu tahun.

Anakku sudah bisa bermain-main dengan bukunya, bisa aku tinggal mandi atau masak singkat sementara ia sibuk dengan bukunya. Setelah ia bisa berbicara, ia dengan semangat bisa meminta aku atau suamiku untuk membaca buku bersama dirinya. Ia akan ikut bernyanyi ketika membaca buku "Twinkle-Twinkle Little Star" dan sudah bisa menyebutkan nama-nama tokoh atau hewan yang ada di dalam buku cerita.

Aku dan suamiku juga membiasakan untuk bercerita pada anakku, tentang apa saja. Terutama pada saat kemampuan bicaranya masih pada fase reseptif atau menyerap kata-kata yang didengarnya. Kami bercerita tentang apa yang terjadi hari itu, bagaimana perasaan kami, tentang hewan yang kami temui atau hanya sekedar tentang benda yang berada di rumah.

Hasilnya mulai bisa aku rasakan setelah ia melalui fase ledakan bahasa. Sekarang, ia sudah bisa ikut bercerita setiap malam padaku atau suamiku tentang hal-hal yang membuatnya senang, sedih atau bahkan marah. Ia bisa membedakan antara pohon yang tinggi dan pohon yang pendek, benda yang besar dan benda yang kecil. Seru sekali!

Tujuanku mengenalkan anak pada literasi dini bukan supaya ia segera bisa membaca atau menulis, bukan agar ia buru-buru mengenal alfabet atau angka tapi agar ia bisa lebih mempersiapkan dirinya di saat sudah waktunya ia belajar membaca dan menulis kelak.

Aku ingin menumbuhkan karakter cinta membaca sejak kecil, bukan hanya sekedar membaca tapi juga memahami bacaan. Bisa mengambil banyak sekali pelajaran dari apa yang dibacanya, bisa membedakan mana bacaan yang bermanfaat dan mana yang harus dicari lagi kebenarannya. Goal-nya adalah agar anakku kelak "melek" literasi dan tidak mudah terprovokasi isu-isu yang bisa kita lihat sendiri banyak ditimbulkan dari media terutama media online.

Tentu saja melewati masa-masa membacakan buku, bercerita serta melakukan kegiatan pra-membaca dan pra-menulis lainnya bukan hanya happy-happy saja yang aku rasakan, kadang melelahkan dan sering juga tidak mudah.

Ada kalanya aku merasa ingin, "Udah deh anak gue kasih hape aja biar diem bentar!". Tapi, karena aku lebih takut menyesal dikemudian hari dengan tidak memberikan anakku asupan stimulasi yang cukup, tidak apa bersakit-sakit dahulu baru nanti insha Allah bersenang-senang kemudian. Hehe. Aamiin.

Untuk para orang tua yang sedang membersamai anak-anaknya menuju generasi "melek" literasi, tidak apa jika sekarang anak kita tidak memperhatikan saat diajak membaca buku, atau asyik sendiri menggigit-gigit bukunya atau melengos saat diminta untuk memerhatikan gambar yang ada di buku cerita. It's okay!

Rentang konsentrasi anak usia dini memang masih sangat pendek, tidak perlu tergesa-gesa dengan memaksanya ikut duduk diam membaca buku bersama. Namun, jangan juga mudah menyerah dengan kapok membelikan anak buku bacaan atau membacakan buku untuk anak. Yuk tetap semangat demi dunia literasi Indonesia yang semakin baik di masa yang akan datang!

Sukabumi, 27 Januari 2021

Posting Komentar

0 Komentar