Cerdas Emosi dan Spiritual, Tantangan Hari Ke-5


Hari ini adalah hari ke-5 aku menuliskan jurnal mengenai perjalanan mengajarkan kecerdasan emosi dan spiritual pada anak. Jurnal ini aku tulis dalam rangka memenuhi tantangan 15 hari di zona ke-3 kelas Bunda Sayang batch 6 Institut Ibu Profesional.

Selama 5 hari ini, aku mengajarkan anakku akan konsep mengenal berbagai emosi. Tantangan terberat yang dihadapi adalah ketika kami mencoba menerapkan ilmu di lapangan, terutama ketika anak sedang merasakan emosi kesal, marah dan sedih.

Saat anak sedang senang dan bahagia, tentu akan mudah menjelaskan padanya tentang perasaan yang sedang ia rasakan. Sedangkan saat anak sedang tantrum dan sulit dikendalikan, ini menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua (aku dan suami) dalam menghadapi emosi anak yang sedang meledak dan belum sepenuhnya ia pahami dan mampu ia kendalikan.

Besok, di tantangan hari ke-6 aku berencana untuk menjalankan project untuk mengasah kecerdasan spiritual sehingga kesimpulan yang dapat aku ambil dari 5 hari mengajarkan anakku kecerdasan emosional adalah :
1. Anakku lebih mudah diajarkan melalui media audio visual, dalam hal ini anakku mudah paham saat melihat ada gambar orang senang, bersedih dan lainnya.

2. Orang tua harus konsisten mengenalkan berbagai jenis emosi yang sedang dirasakan anak. Orang tua harus dapat menerima dan mengakui perasaan anak dalam kondisi apapun termasuk saat sedang tantrum dan menangis.

3. Orang tua dapat bertanya pada anak emosi apa yang sedang ia rasakan saat itu dan memintanya untuk mengungkapkan perasaannya supaya hatinya lebih lega.

4. Menetapkan batasan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat anak meluapkan emosinya. Misalnya tidak boleh menyakiti diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitarnya.

Cerdas Emosi dan Spiritual - Tantangan Hari Ke-5

Zona 3 Bunda Sayang IIP

Judul Project

Dipta Mengenal Emosi

Rencana

Mengajarkan pada anak untuk mengenalkan dan mengungkapkan emosi yang ia rasakan. Emosi ini dapat berupa tangisan, senyuman, amarah, kekecewaan atau ekspresi bahagia.

Mengenalkan berbagai luapan emosi dari gambar, buku maupun video yang sedang ia lihat.

Aktual/Kendala

Hari ini, anakku mengalami hari yang melelahkan dan kurang menyenangkan. Di pagi hari ia muntah setelah minum susu, badannya pun jadi hangat. Nampaknya ia masuk angin karena udara malam yang cukup dingin dan ia tidak mau pakai selimut sama sekali.

Ia pun menjadi susah makan dan rewel. Hal ini cukup menguji kesabaranku dan suamiku. Saat keinginannya tidak dipenuhi pun, ia tidak mau mendengar penjelasan kami dan langsung menangis hingga tantrum.

Suamiku beberapa kali memintanya untuk berhenti menangis dan melarangnya untuk menangis. Sementara aku mempersilahkan dirinya untuk menangis hingga puas, asal tidak memukul orang-orang disekitarnya.

Aku pun mencoba untuk meng-acknowledge perasaan marah, sedih dan tidak nyamannya saat itu dengan berkata padanya, "Kalau Dipta masih sedih dan marah silahkan nangis dulu, Nak. Mama tau Dipta lagi nggak enak badan ya,".

Dipta setelah selesai meluapkan emosi sedih dan marahnya

Setelah tangisannya berhenti, seperti biasa ia datang dan memelukku. Tak lama kemudian ia pun tertidur.



Refleksi


Aku dan anakku sama-sama sedang belajar mengendalikan emosi. Aku sebagai orang tua berusaha untuk tetap tenang dan membiarkan anakku meluapkan emosinya ketika menangis dan tantrum.

Anakku, sedang belajar untuk mengungkapkan rasa sedih dan kecewanya dengan menangis dan tantrum. Setelah tangisannya reda, baru aku menjelaskan padanya kalau apa yang ia rasakan tadi adalah campuran rasa sedih, kecewa dan marah.

Aku harap kami berdua, bertiga dengan ayahnya dapat terus belajar dan bijaksana dalam mengelola emosi.

% Antusiasme dan Pemenuhan Rencana

80% 🤩🤩🤩🤩

Imawati Annisa Wardhani
Regional Sukabumi

Posting Komentar

0 Komentar