Pertama Kalinya Hari Raya di Perantauan


Tidak terasa sebentar lagi kita sudah harus berpisah lagi dengan bulan Ramadhan. Sedih? Tentu saja, semoga tahun depan kita masih bisa berjumpa kembali dengan bulan penuh berkah dan ampunan ini dalam keadaan sehat wal afiat. Aamiin.

Hari Minggu insha Allah kita akan menyambut kehadiran hari raya Idul Fitri 1441 H, hari dimana kita seperti dilahirkan kembali dan kembali fitrah. Apa saja persiapan yang dilakukan untuk menyambut lebaran tahun ini?

Bagiku, tahun ini merupakan sesuatu yang baru untukku dan keluarga kecilku. Kami tidak pulang ke kampung halaman kami baik ke Jogja maupun Bandung. Kami memilih untuk tetap diam di Sukabumi hingga pandemi mereda, mendukung program pemerintah untuk tidak mudik. Tapi sedih deh, melihat masih ada ribuan orang yang mudik tanpa memikirkan efek jangka panjangnya di tengah wabah virus seperti ini.

Terserah orang-orang itu deh ya, mungkin mereka punya pertimbangan sendiri untuk tetap mudik. Aku dan keluargaku memilih untuk diam di rumah guna menghindari efek yang tidak diinginkan. Mencoba menyelamatkan diri sendiri, suami dan anak dulu deh daripada mengorbankan banyak hal demi mudik.

Tahun-tahun sebelumnya, setelah menikah aku selalu menghabiskan momen hari raya Idul Fitri bersama keluargaku di Jogja. Aku berterima kasih sekali pada ayah mertuaku yang selalu mengijinkanku mudik karena katanya kalau kumpul di Bandung bisa kapan pun, tidak harus saat lebaran.

Rasanya senang sekali bisa menghabiskan waktu 2 tahun terakhir berlebaran bersama bapak, ibu dan adik-adikku karena tanpa tau apa yang terjadi, tahun ini kami tidak bisa bersama-sama lagi. Tahun ini, bapak meninggalkan kami untuk selamanya sebulan sebelum Ramadhan tiba. Tahun ini pula, aku tidak bisa pergi ke Jogja supaya tetap sehat agar bisa berkumpul lagi nanti.

Pertama kalinya lebaran tanpa ada saudara sama sekali di perantauan, jujur membuat aku bingung. Nanti gimana ya pas hari H? Apa masih ada halal bi halal antar tetangga? Apa kami akan menerima tamu? Apa aku harus memasak macam-macam masakan seperti keluarga lain memasak saat hari raya?
Yang jelas, kami tidak membeli baju lebaran dan berbelanja ala ala seperti yang dilakukan bejibun orang di mall dan pusat perbelanjaan. Heran, sudah tau lagi banyak virus yang belum ditemukan obatnya namun mereka masih sempat berpikir untuk belanja baju baru dan rela berdesak-desakan. Kalau pun mau belanja, online saja lebih aman daripada mengacuhkan aturan social distancing dengan tawaf di pusat perbelanjaan.

Persiapan kami menyambut lebaran yang pertama adalah belajar ikhlas dan legowo karena tahun ini, kami hanya lebaran bertiga saja di rumah. Mulanya aku dan suami berpikir berulang kali untuk pulang ke Bandung dan berkumpul dengan keluarga disana.

Akhirnya, melihat kondisi masyarakat Indonesia dimana masih banyak yang pulang kampung, kami menjadi khawatir akan keselamatan keluarga kecil kami sehingga ketok palu untuk tidak kemana-mana. Harapannya agar pandemi ini segera berlalu sehingga kami berkesempatan mudik dalam waktu dekat. Huhu.

Persiapan kedua menyambut lebaran adalah dengan beres-beres rumah. Hehe. Setelah pindahan bulan Oktober tahun lalu, rumah kami belum benar-benar dirapihkan. Masih banyak barang-barang di dalam kardus yang belum di tata, masih banyak yang perlu dipilah-pilah mana yang masih terpakai dan yang tidak.

Waktu libur suami yang tidak lama membuat aku dan suamiku membuat target kapan rumah kami selesai dibereskan. Tentunya sebelum lebaran tiba ya. Berhubung kami berdua dibantu oleh seorang asisten kecil yang kerjanya bisa lebih sibuk, pastinya acara beres-beres ini tidak cukup memakan waktu satu hari. Alasannya karena harus mengkondisikan asisten kecil agar bekerja dengan benar. Haha.

Baca tentang : Weekend at Home

Ketiga dan yang terakhir, persiapan aku dan suamiku berlebaran di perantauan adalah dengan belajar memasak makanan khas lebaran. Selama ini, aku tidak mau repot memasak menu yang susah-susah seperti opor ayam dan rendang karena mengandalkan menu sederhana dan cepat.

Lebaran kali ini, meskipun jauh dari keluarga dan tidak bisa merayakannya beramai-ramai pastinya aku ingin juga menyantap makanan khas hari raya di Indonesia. Kalau di Jogja dan bapak masih ada, biasanya beliau lah yang paling sibuk menentukan menu apa yang harus disajikan di rumah saat hari raya.

Kalau di Bandung, keluarga suamiku biasanya bergotong royong masak untuk disantap satu keluarga besar dengan menu yang bervariasi seperti rendang, bakso, opor ayam, pempek dan masih banyak lainnya. Wah! Seru ya kalau bisa seperti itu lagi.

Tidak apalah, semoga next time bisa lebaran ramai-ramai lagi dengan mereka semua. Tahun ini, aku akan mencoba mengasah skill memasakku dengan membuat rendang dan sayur labu siam kuah santan. Sebagai pelengkap mungkin ada opor ayam agar anak balitaku bisa ikut makan serta sambal goreng kentang dan hati. Semoga terealisasi nih!

Segitu saja deh cerita persiapan keluargaku menyambut hari raya Idul Fitri 1441 H tahun ini. Dimana pun kita dan bersama siapa pun kita merayakan hari kemenangan semoga bisa mengambil makna sesungguhnya dari Idul Fitri ya, kembali bersih dan fitrah serta menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

Sekian dulu.

Sukabumi, 19 Mei 2020

Posting Komentar

0 Komentar