Strategi Pemasaran Efektif untuk Mendapatkan Klien Pertama sebagai Virtual Assistant

Strategi Pemasaran Efektif untuk Mendapatkan Klien Pertama sebagai Virtual Assistant

"Mba, tulis dong pengalaman dapat klien pertama jadi Virtual Assistant.."

Seorang teman blogger yang juga tertarik dengan dunia VA request untuk dibuatkan artikel tentang saat saya pertama kali mendapatkan klien dari salah satu platform freelancer. Permintaan tersebut datangnya setahun yang lalu, dan baru saya realisasikan tahun 2025 ini. Mianhae..

Nggak apa-apa, karena berkesan banget jadi masih ingat deh pengalamannya. Hehe. Btw, kalau Mae frens baca artikel ini, kemungkinan kalian juga penasaran ya gimana caranya dapat klien pertama sebagai seorang Virtual Assistant (VA)?

Sedikit sharing, kalau di awal perjalanan jadi VA, saya nggak banyak belajar skill baru dan justru memanfaatkan skill blogging yang sudah saya miliki selama ini. Modal saya saat itu adalah kursus gratisan dan praktik langsung. Di tahun awal saya belajar VA, kelas-kelas VA masih pada mahal-mahal, nggak seperti sekarang yang mana banyak kelas dengan harga terjangkau yang bisa kita ikuti.


Jujurly, tantangan yang bikin saya agak melempem untuk apply kerjaan di platform freelancer saat itu adalah gimana caranya membuat calon klien ini percaya bahwa saya bisa bantu dia dengan skill yang saya tawarkan.

Punya klien pertama itu ibarat pintu gerbang ke dunia kerja VA yang sebenarnya. Begitu pintu gerbang ini terbuka, maka pintu-pintu berikutnya akan ikut terbuka.

Selain mau cerita tentang pengalaman pertama dapat klien, saya juga mau share beberapa strategi pemasaran yang udah terbukti ampuh (di saya) untuk membantu teman-teman semua membuka pintu gerbang itu. Menurut saya tips-nya realistis dan semoga beneran bisa membantu kalian ya!

Pecah Telur Sebagai Virtual Assistant

Sekitar awal atau pertengahan 2023 yang lalu, saya melihat iklan-iklan mengenai pekerjaan VA lalu lalang di IG Story saya. Berhubung penasaran nih, saya ikutlah free course-nya dan berkenalan dengan dunia Virtual Assistant untuk pertama kalinya.

Nggak berapa lama, bagian marketing mereka menawarkan kelas berbayarnya ke saya. Harganya? Ulala banget sih menurut saya! Saat itu saya masih bekerja di sebuah agensi dan menjadikan hal tersebut sebagai alasan untuk menolak ikut kelas versi berbayarnya. Padahal, nggak berapa lama saya memutuskan resign sih dari agensi tempat saya bekerja tersebut. Wkwk.

Awal tahun 2024, saya kembali mengikuti kelas gratis mengenai Introducing to Virtual Assistant yang diadakan oleh salah satu blogger, di mana beliau juga merupakan seorang VA profesional. Setelah mengikuti kelasnya, nggak pikir panjang saya langsung membuat akun dan mengisi laman profil di salah satu platform freelancer (if you know, you know).

Saya juga mengalokasikan waktu untuk menyusun portfolio. Begitu semua siap, saya pun mulai mendaftar satu per satu pekerjaan yang ada di platform tersebut. Pekerjaan apa yang saya incar? Tentunya yang berkaitan dengan kepenulisan dan skill blogging saya.


First Client as Virtual Assistant
My very first international client :)

Apakah prosesnya mulus? Ya jelas enggak lah ya! Haha.. Dari sekian puluh proposal yang saya kirimkan ke calon klien, akhirnya pecah telur pertama kali di bulan Februari 2024. Alhamdulillah! Klien pertama saya dari Filipina dan yang saya kerjakan berkaitan dengan optimasi blognya yang berbasis di Wordpress.

Strategi Pemasaran Efektif: Kunci Dapat Klien Pertama sebagai Virtual Assistant

Selain dari platform freelancer seperti yang saya lakukan saat pertama kali terjun sebagai VA, teman-teman bisa memanfaatkan pintu lain untuk mendapatkan klien pertama. Sebut saja networking atau circle terdekat kalian, memanfaatkan branding di media sosial atau reach out satu per satu calon klien yang sudah kalian incar.

Dapat klien pertama itu seringkali terasa kayak mission impossible. Padahal, kalau kita punya strategi pemasaran yang tepat, jalan menuju proyek pertama bisa jadi lebih cepat dan nggak ribet. Ada beberapa cara realistis yang sudah saya terapkan dan coba saya bagikan di sini:

Virtual Assistant

1. Tentukan Layanan dan Target Klien

Strategi yang pertama ini wajib banget kalian set di awal. Ibarat blogging, kita pilih dulu mau fokus di niche apa? Sebagai Virtual Assistant, akan lebih mudah mencari klien ketika kita sudah tau jasa apa sih yang akan kita tawarkan? Target kliennya jadi lebih jelas, bukan?

Ibarat dunia transportasi, sebelum kalian naik bus untuk sampai ke tujuan, tentunya harus tau dulu dong ya mau naik bus apa dan ke mana? Kalau mau berwisata ya naiknya bus pariwisata, kalau mau keluar kota ya berarti cari bus antar kota/propinsi yang sesuai dengan tujuan kalian.

Virtual Assistant itu luas banget, ada yang fokus di administrasi, ada yang ngurusin media sosial, ada juga yang bantuin riset atau mengatur jadwal meeting. Kalau semuanya dicoba sekaligus, bisa-bisa kalian sendiri bingung dan calon klien pun nggak tau kalian jagonya di bidang apa?

Jadi, langkah pertama yang termudah adalah memilih layanan yang paling kalian kuasai atau suka. Misalnya:
  • Kalau jago bikin caption dan desain sederhana → bisa fokus ke layanan Social Media Management.
  • Kalau rapi dan detail → coba tawarkan Data Entry atau Email Management.
  • Kalau komunikatif → bisa jadi Customer Support VA.

Setelah itu, tentukan siapa nih kira-kira yang paling butuh bantuanmu. Apakah pebisnis online shop? Content creator? Atau start-up kecil yang butuh admin tambahan? Setelah tau target klien kalian siapa, strategi promosi juga jadi lebih terarah.

2. Bangun Personal Branding Online

Di era serba digital seperti sekarang ini, lapangan kerja remote banyak dan begitu pula remote worker-nya. Sebelum percaya bahwa kita bisa bantu calon klien sebagai Virtual Assistant, biasanya calon klien akan melihat seperti apa sih branding kita di media sosial.

Kita pakai analogi transportasi umum yakni bus lagi ya. Personal branding itu ibarat warna dan papan trayek bus di jalanan. Kalau bus kalian polos tanpa tulisan, sudah pasti orang-orang bakalan bingung, "Ini bus jurusan mana? Bisa dipercaya atau nggak nih kalau naik bus yang ini?"

Menurut survei LinkedIn, 70% perekrut dan klien melihat profil online dulu sebelum memutuskan bekerja sama dengan pelamar. Maka, di zaman sekarang ini jangan lagi meremehkan personal branding dan jangan ragu menjadikannya sebagai online presence.

Cara sederhananya seperti ini:
  • Optimasi profil LinkedIn atau Instagram → ibarat papan trayek bus, tuliskan jelas “jurusan” kalian. Misalnya: Virtual Assistant khusus Social Media untuk UMKM.
  • Deskripsi diri → daripada hanya menulis “Saya VA”, lebih baik jelaskan, “Saya VA yang siap bantu kelola Instagram biar UMKM makin dikenal dan penjualan naik.”
  • Foto profil yang ramah dan profesional

Selengkapnya mengenai personal branding ini sudah pernah saya tuliskan di artikel berjudul Pentingnya Personal Branding di Dunia Remote Work . Baca di sana aja ya supaya kita bisa lanjut ke poin berikutnya.

3. Aktif Networking dan Promosi Diri

Setelah banyak ngobrol dengan teman-teman sesama VA, saya mendapati sebagian besar dari mereka mendapatkan klien pertama justru dari networking atau circle terdekat. Ada banyak cara ya supaya kita bisa memperluas jaringan, salah satunya adalah dengan mengikuti komunitas.

Sekarang ini, bukan hal yang sulit bahkan untuk seorang ibu rumah tangga seperti saya sekalipun, untuk bisa bergabung dalam komunitas di bidang yang kita minati. Nah, jangan cuma gabung lalu jadi SR alias silent reader aja, coba aktif deh.

Ikut nimbrung, kasi insight dan jawab pertanyaan atau topik yang dilemparkan di grup. Lama-lama, member komunitas akan notice kalau kita punya skill tertentu nih. Bukan hal yang mustahil, salah seorang dari rekan komunitas kita akan menjadi klien kita suatu saat nanti.

Promosi diri juga nggak harus selalu hard selling atau yang gimana banget gitu. Bisa coba mulai dengan cerita ringan di media sosial. Misalnya, share tips produktivitas, cara atur email, atau behind the scene kerja VA. Itu udah cukup bikin calon klien mikir, “wah, kayaknya dia bisa bantuin bisnis saya nih.”

4. Gunakan Platform Freelancer

Atau.. kalau teman-teman mau mengikuti jejak saya, bisa dengan memanfaatkan platform freelancer untuk mendapatkan klien pertama sebagai VA. Di sana (sebut saja Upwork, Fiverr, Sribulancer, We Work Remotely, dan lainnya) banyak klien yang memang lagi aktif nyari VA. Jadi peluang untuk mendapatkan klien lebih terbuka.

Meski demikian, tentu aja tantangan yang kalian hadapi adalah saingan dari seluruh penjuru bumi. Jadi pastikan, profil kalian sudah teroptimasi dan penawaran atau proposal yang kalian buat beda dari yang lain.

Akan tetapi, di platform mana pun kalian harus berhati-hati dengan job scam ya! Kalau pekerjaan yang kalian apply meminta bayaran, mengharuskan kalian mengirimkan identitas diri, atau mengajak berdiskusi di luar platform, itu sudah tanda-tanda red flag!

Menjadi Virtual Assistant di era digital seperti sekarang memang tampak menjanjikan. Namun, kayaknya nggak ada yaa pekerjaan yang hasilnya instan. Butuh kesabaran, terutama di awal ketika mencari klien pertama.

Paham banget kok, gimana gemesnya ketika proposal nggak tembus-tembus dan rasanya kok susah banget ya?! Tapi percaya deh, begitu kamu berhasil mendapatkan klien pertama, langkah selanjutnya akan terasa lebih mudah.

Tips terakhir dari saya, setelah pecah telur sebagai Virtual Assistant, manfaatkan testimoni dari klien-klien awal untuk meyakinkan calon klien berikutnya!

Sekarang, saya yang penasaran nih, strategi mana yang paling pengen teman-teman coba duluan? Atau kalau sudah pernah coba, pengalaman dapat klien pertama kalian kayak gimana? Cerita di kolom komentar ya, siapa tahu bisa jadi inspirasi buat Mae frens yang lain juga!

Posting Komentar

0 Komentar