Menekuni hobi menulis bisa membuka banyak peluang ke arah yang lebih profesional. Ketika Mae frens mulai melirik dunia kepenulisan profesional, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum akhirnya memonetisasi karya tulis kalian.
Di samping kemampuan menulis yang baik, teman-teman juga membutuhkan portfolio untuk menunjukan reputasi sebagai penulis. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Contently, sebanyak 63% klien akan lebih memberikan kepercayaan pada para penulis yang memiliki portfolio online dan dibuat secara terstruktur dengan baik.
Portfolio sendiri bisa dijadikan sebagai tools personal branding kita sebagai penulis. Jauh daripada itu, portfolio juga akan mempermudah penulis untuk mendapatkan kesempatan mendapatkan proyek dari klien.
Apa yang Harus Dilakukan Penulis Pemula Sebelum Membuat Portfolio?
Ketika mengetahui saya switch career dari seorang apoteker menjadi mom blogger, tidak satu dua orang yang bertanya,
"Apa yang harus dilakukan untuk membangun portfolio dari nol?"
Teman-teman saya hingga beberapa mentee di kelas menulis bertanya-tanya seperti apa caranya membangun portfolio yang membuat kita tampak kredibel di mata klien, meskipun tidak punya background sebagai penulis sebelumnya.
Saya coba ceritakan ya, langkah-langkah yang saya lakukan untuk membangun portfolio sebelum akhirnya bisa membuatnya, saat saya memulai aktivitas menulis 4 tahun yang lalu:
1. Tentukan Tujuan
First thing first, tentukan dulu nih Mae frens mau menekuni aktivitas menulis di jalur yang mana? Contohnya saya, yang mulanya tertarik untuk menulis fiksi, akan tetapi, makin dicoba makin nggak into dengan kegiatan tersebut. Akhirnya, saya menetapkan tujuan untuk menjadi seorang blogger.
Melalui blogging, saya memiliki tujuan untuk berbagi cerita. Ternyata, menulis di blog membuat saya merasa nyaman. Jika diibaratkan, saya seperti memiliki rumah kedua, tempat di mana saya bisa melarikan diri sejenak dari aktivitas harian yang sometimes membuat pikiran seperti benang kusut.
Dengan menulis, saya bisa mengurai benang-benang kusut tersebut. Pikiran pun jadi lebih fresh! Oleh karenanya, saya menetapkan untuk fokus menjadi seorang blogger. Menetapkan tujuan ini akan mempermudah kita dalam melakukan langkah-langkah selanjutnya dalam membangun portfolio.
Oiya, ada banyak sekali ya jenis kegiatan menulis yang bisa kalian pilih terutama di era digital seperti sekarang ini. Contoh-contohnya bisa dibaca dalam artikel yang berjudul 7 Peluang Karir Menulis di Era Digital yang pernah saya tulis.
Jadi, kalian ingin menjadi penulis apa nih?
2. Memilih Niche yang Akan Ditekuni
Bagi penulis pemula, penting bagi kalian untuk mulai memikirkan niche tulisan. Setelah memilih nih mau jadi penulis apa, tetapkan niche yang spesifik. Niche itu bisa didefinisikan sebagai topik atau bidang spesifik yang akan menjadi fokus utama seorang penulis ketika menghasilkan karya-karyanya.
Misalnya saja, Mae frens sudah menetapkan tujuan untuk menjadi seorang blogger, kalian bisa memilih salah satu niche seperti teknologi, kesehatan, fashion, kuliner, traveling, keuangan, pendidikan, parenting, dan lainnya. Atau, kalian memilih untuk menjadi penulis fiksi. Mae frens bisa menetapkan niche (genre) tulisan seperti horror, romance hingga sci-fi.
Memilih niche yang spesifik dapat membangun branding dan reputasi kalian sebagai seorang penulis yang ahli dalam topik tertentu. Misalnya saja, saya memilih niche tentang traveling. Maka saya akan fokus menulis di bidang tersebut, memperdalam riset dan pengetahuan-pengetahuan mengenai tempat-tempat wisata, rekomendasi akomodasi dan transportasi hingga cerita-cerita di balik kebudayaan tempat yang dikunjungi.
Jangan heran jika dengan memilih niche ini, pengunjung yang datang ke blog pun jadi lebih tertarget yakni orang-orang yang akan melakukan perjalanan, atau sedang mencari informasi terkait pengalaman traveling. Kita pun akan dikenal sebagai seorang travel blogger. Di kemudian hari, hal ini akan meningkatkan peluang kita untuk diajak berkolaborasi dengan berbagai klien.
Saran dari saya untuk teman-teman yang baru mau mulai menulis, pilih topik-topik yang memang kalian suka, kuasai dan selalu menyenangkan untuk ditulis. Ini akan sangat membantu untuk menjaga konsistensi menulis kalian.
3. Rutin Mempublikasikan Tulisan
Berikutnya, mulai menulis dengan rutin dan jangan lupa untuk publish tulisan kalian! Ingat, tulisan yang baik adalah tulisan yang selesai. Namun, nggak berhenti sampai situ saja, publikasikan juga tulisan-tulisan kalian ke platform yang kalian pilih.
Kalian bisa mempublikasikan tulisan melalui blog seperti yang saya atau Mbak Dian Restu Agustina lakukan. Selain itu, Mae frens juga bisa mengunggah opini maupun artikel-artikel dengan berbagai topik di platform seperti Kompasiana, Retizen, IDN Times, dan sejenisnya.
Bagi para penulis fiksi, saat ini banyak ya platform menulis fiksi. Pilih saja salah satu yang menurut kalian paling nyaman digunakan. Atau bisa juga memulai rutinitas menulis dengan memanfaatkan berbagai media sosial.
4. Percaya Diri untuk Melakukan Personal Branding
Sebelum benar-benar mendapatkan pekerjaan tetap, sebagian besar penulis memulai karirnya dengan menjadi freelancer. Langkah ini diambil terutama oleh teman-teman penulis dengan latar belakang pendidikan yang sangat jauh berbeda. Menjadi freelancer dianggap bisa menjadi batu loncatan untuk mendapatkan karir yang lebih baik sebagai seorang penulis di era digital, dan di tengah gempuran AI ini.
Contohnya saya lagi ya.. Dengan background pendidikan sebagai seorang farmasis dan apoteker, banyak perusahaan yang tidak menerima saya ketika saya mendaftarkan diri untuk menjadi seorang content writer maupun copywriter di sebuah perusahaan atau bekerja sama dengan klien.
Namun, ketika saya memulai langkah untuk menjadi freelancer melalui jalur blogging, pintu-pintu kesempatan itu lama-lama terbuka. Klien atau perusahaan yang saya incar bisa melihat karya-karya tulisan saya melalui blog, hingga akhirnya memberikan kepercayaannya untuk bekerja sama dengan saya.
Kuncinya apa? Percaya diri untuk melakukan personal branding. Meskipun masih awam banget, baru banget mulai menulis, it's okay. Spill aja melalui media sosial, tetangga, teman-teman dan keluarga kalau kalian menekuni pekerjaan ini. Tentunya sambil terus dibarengi dengan karya-karya tulis yang rutin dipublikasikan ya.
Baca juga: Mengenal dan Membangun Personal Branding
Supaya bisa lebih percaya diri, Mae frens bisa ikut komunitas menulis yang sesuai dengan tujuan awal tadi. Misalnya komunitas blogger, komunitas penulis novel, penulis cerita anak, dan sebagainya. You won't feel so alone dan bisa membangun personal branding dengan lebih optimal.
Seiring berjalannya waktu, kesempatan-kesempatan bekerja sama dengan brand maupun klien akan terbuka. Ini akan meningkatkan pengalaman, menambah jam terbang dan portfolio kita sebagai penulis pemula.
5. Jangan Langsung Berfokus pada Hasil
Langkah terakhir sebelum akhirnya portfolio kalian terbangun adalah menikmati proses perjalanannya. Tidak ada jalan instan menuju sukses, kecuali kalian anak sultan. Pewaris, bukan perintis. Hehe.
Jangan berharap bisa langsung membuat portfolio yang menarik dan ciamik jika kalian baru seminggu dua minggu memulai perjalanan menulis. Jalani saja prosesnya, step by step. Mulai kumpulkan portfolio melalui kegiatan pro bono, seperti:
- Menulis organik di berbagai platform
- Menjadi kontributor untuk website komunitas
- Menawarkan jasa copywriting untuk UMKM atau kenalan yang memiliki usaha
- Mengikuti internship di perusahaan
- dan lainnya
Kegiatan-kegiatan yang saya sebutkan di atas, meskipun tidak menghasilkan materi, akan membuat kalian kaya akan pengalaman. Bahan portfolio kalian pun akan bertambah dan kredibilitas sebagai seorang penulis juga akan semakin terbangun.
Tambahan lagi, jangan berhenti untuk belajar hal baru. Zaman sekarang sudah banyak sekali kelas-kelas menulis bertebaran baik online maupun offline. Sepengalaman saya, belajar hal baru akan membuat kita semakin sadar bahwa ternyata, skill yang saya miliki belum seberapa. Oleh karenanya, kita akan termotivasi untuk terus belajar dan melakukan yang lebih baik lagi.
Nah, setelah langkah-langkah sebelum membangun portfolio di atas sudah dilakukan, teman-teman sudah bisa mulai menyusun portfolio yang terstruktur dan menarik. Dengan demikian, peluang untuk mendapatkan pekerjaan melalui menulis akan semakin terbuka lebar. Selamat berproses!
16 Komentar
Sentilan banget sih langkah terakhirnya. Jangan langsung berfokus pada hasil. Banyak dari kita yang baru terjun di dunia blog eh pinginnya langsung punya portofolio bagus dan dilirik sama brand-brand besar. Hehehe
BalasHapusLangkah-langkah yang runut dan lengkap nih bagi siapa saja yang ingin membangun portofolio sebagai penulis pemula. Setuju jika mesti menikmati proses perjalanannya. Sebab sukses dengan jalan instan itu ga ada, kecuali kalo kita anak sultan andara 😁
BalasHapusHooh, Mbak Dian. Membangun portofolio menulis bagi pemula memang nggak bisa langsung jadi dalam semalam. Kita harus melalui prosesnya langkah demi langkah. Menikmatinya tanpa fokus sama hasil akhir yang harus begini atau begitu.
HapusNomor 4 sama 5 bikin aku ketampar kayaknya deh, ngoehehehe. Pertama, memang aku tuh kurang pedeee banget, dan akhirnya ngaruh ke progress yang kurang konsisten.
BalasHapuslalu yang kedua, aku juga suka bandingin hasil sama orang lain, padahal kan orang lain juga punya usahanya masing-masing yha...
Nice post mbak, makasih lhoo bikin aku jadi muhasabah diri.
Bermanfaat banget ini mbaaa buat aku yang bener2 baru di dunia perbloggingan ;)
BalasHapusAwalnya ya udah mo berbagi cerita tapi lama kelamaan kok pengen menghasilkan juga ya dari tulisan jadinya sekarang lg merintis biar blog nya makin banyak yg ngelirik buat kerjasana :)
Terima kasih untuk sharingnya ya,
BalasHapusTertarik dengan ==> Menawarkan jasa copywriting untuk UMKM atau kenalan yang memiliki usaha <<
Semoga ada kesempatan dan kalau bekenan mungkin lebih detail infonya tentang itu.
Aku masih sulit nih tetap konsisten di satu niche. Padahal sdh bertahun2 nge-blog. Mungkin karena kepingin aman aja, ada menulis beberapa topik. Tapi memang topik yg saya suka dan ada pengalamannya. Thx for sharing the info ya, semoga bisa bener2 aku praktekkan nih
BalasHapusArtikel ini sangat cocok dengan situasi aku selaku blogger pemula nih mba. Bener sih emang harus punya tujuan yang jelas dan niche. Sayangnya part niche ini aku masih gado-gado. Awalnya ingin bahas seputaran travelling dan kuliner. Tapi kadang suka ngulas soal event juga.
BalasHapusInsightfull sangat artikelnya. Bisa aku praktekin nih. Memang jangan langsung mikirin hasil ya mesti berproses.
Aku rebranding myself as a parenting blogger karena emang suka dunia parenting dan anak2. Lalu untuk portofolio sebaiknya bikin sendiri ya? Maksudnya biasane aku kalo diminta portofolio tulisan ya udah kasih link blog aja
BalasHapuspercaya diri sama personal branding, aku rasa ini perlu juga ya. Kadang aku sendiri merasa kayak ada yang kurang aja, levelku masih newbie gitu, tapi kalau kita yakin dan percaya diri, ada aja client yang nawari kerjaan lewat jalur blogging.
BalasHapusseperti temenku yang aku kenal ga sengaja waktu ikutan trip, tiba tiba nawari buat jadi narasumber. Asli ga nyangka banget ini
dan konsisten ini perlu juga ya, aku kayak mendapat semangat lagi setelah membaca ini
Setuju dengan tipsnya. Cuma bingungnya untuk blog pribadi aku yang gado2, nichenya apa hehe.. makanya ditulis niche lifestyle aja yg mencakup semuanya. Mamang portofolio itu penting klo mau dapat peluang2 job yg sebenernya banyak bertebaran di dunia maya..
BalasHapusSetuju ttg 1 niche. Biasanya yg menulis di 1 topik , artinya dia memang menguasai bidang tersebut. Dan biasanya lebih dipercaya. Klien juga lebih suka dengan penulis yg fokus ke 1 tema kan. Kalopun mau menulis banyak tema, aku prefer utk membuat blog lain atau menulis di platform lain ttg tema yg dimaui lainnya
BalasHapusIya, walaupun gado-gado banget blog kita memang sebaiknya ada niche utama yang menjadi branding kita biar dikenali diantara banyaknya blogger saat ini ya biar bisa banyak job dan klien memang harus sabar dalam berproses..
BalasHapussetuju banget itu juga langkah-langkah yang saya lakukan ketika awal-awal menulis, pokoknya fokus dulu menulisnya lain-lainnya nanti juga mengikuti dan paling penting lakukan semuanya dengan hati senang dan konsisten
BalasHapusBeneran yaa.. kalau baru nulis tuh kayak yang semangaaat pissaan..
BalasHapusTapi kalau lihat hasilnya ((misal, tolak ukurnya PV, trus PV-nya ga bagus)) biasanya langsung merosot semangatnya.
Yang paling nyaman memang menulis sesuai passion.
Jadi, idenya ngalir terus dan semoga seiring berjalannya waktu, bisa menjadi portofolio sebagai penulis untuk bisa meraih tujuan masing-masing.
Setuju banget mba, sebelum nulis kita harus punya niche yang mana itu juga membuat kita fokus dan terasah dengan hal tersebut. Terus kemudian, jangan fokus ke hasil. Wong belum gimana-gimana, itu aku dulu sih. Sekarang lebih ya nulis karena senang gitu bisa bahas sesuatu untuk di bagi dengan teman.
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan saya 😊 yang mau ngobrol-ngobrol terkait artikel di atas, yuk drop komentar positif kalian di kolom komentar.
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya, Frens! 😉
Satu lagi, NO COPAS tanpa izin ya. Mari sama-sama menjaga adab dan saling menghargai 👍