Pengalaman IG Live Bersama Drakor Class

IG Live Drakor Class

Hari Jum'at malam tanggal 20 November yang lalu adalah hari yang membuatku demam panggung. Bagaimana tidak, setelah sekian lama tidak berbicara di depan banyak orang, pada hari tersebut aku melakukan sesi bincang-bincang di Instagram Live bersama Drakor Class.


Sejak bergabung dengan KLIP dan Drakor Class, aku memang sangat banyak belajar. Selain tentang tips seputar blogging, menulis dan mereview drama Korea dari sudut pandang yang berbeda, teman-teman Drakor Class tidak pernah berhenti meng-update ilmunya tentang hal-hal lain seperti membranding diri melalui social media, membuat Podcast dan saat ini merambah ke dunia TikTok. Haha.

Drakor Class setiap hari menghasilkan tulisan di blog yang dapat teman-teman baca, aktif juga di berbagai social media seperti Instagram, Twitter dan Facebook. Di Instagram sendiri, kami membuat talkshow kecil-kecilan berjudul "Annyeonghaseyo Chingudeul" di mana isinya teman-teman dari Drakor Class yang berbagi seputar pengalaman mereka menulis dan disambung-sambungkan dengan drama Korea tentunya.


IG Live Annyeonghaseyo Chingudeul dilaksanakan setiap hari Jum'at dengan waktu yang disesuaikan dengan jadwal teman-teman yang tampil pada hari itu. Saat ini, IG Live Drakor Class sudah menghasilkan 3 episode.

Pada episode ke-3 kemarin, aku mendapat giliran untuk tampil live bersama dengan Mbak Dea Adichita. Host IG Live Annyeonghaseyo Chingudeul tiada lain adalah Cho Sweeney alias Dwi eonnie. Tema yang dibawakan dalam IG Live hari Jum'at tanggal 20 November 2020 kemarin adalah "Drakor dan Pulih".

IG Live Drakor Class
Flyer IG Live Annyeonghaseyo Chingudeul!


Di sesi live ini, aku hadir di sesi pertama untuk menceritakan tentang antologi terbaruku yang berjudul PULIH. Selama kurang lebih 30 menit, Kak Dwi mengupas berbagai hal mengenai proses menulis antologi ini dan harapan-harapanku setelah buku ini diterbitkan.


Di akhir sesi, aku sempat menghubung-hubungkan cerita yang ada di antologi PULIH dengan drama Korea yang menurutku setipe kisahnya dengan yang dialami oleh tokoh yang diceritakan dalam beberapa cerita di buku PULIH. Aku sempat menyebut drakor It's Okay That's Love yang bercerita tentang penderita skizophrenia dan It's Okay Not to be Okay dimana beberapa cerita pasien RS. Jiwa OK mengangkat tema pengasuhan orang tua saat kecil.

IG Live Drakor Class
Berbagai ekspresi selama Live

Di sesi berikutnya, Mbak Dea lebih banyak bercerita dari sisi psikologisnya karena Mbak Dea adalah sarjana lulusan Psikologi dari Universitas Indonesia. Mbak Dea sempat menyebut-nyebut kalau cerita bertema psikologis yang diangkat ke dalam drama Korea saat ini sudah memiliki banyak kesamaan dengan apa yang terjadi di kehidupan nyata.

Riset yang dibuat oleh tim sebelum membuat drama sudah cukup mendalam sehingga karakter serta penyakit-penyakit psikis yang diangkat dapat menjadi gambaran sebenarnya bagaimana penyakit tersebut terjadi dan bagaimana cara penanganannya.

Selain itu, melalui drama Korea, kampanye akan pentingnya kesehatan mental dan perlunya bantuan profesional dalam mengatasi kesehatan mental sudah cukup tersampaikan secara baik. Hal ini tentunya berdampak baik di mana akan lebih banyak orang yang aware akan isu tentang kesehatan mental ini.

Mbak Dea juga menyebut bahwa menonton drama Korea adalah salah satu bentuk katarsis dimana orang-orang dapat melepas stress dan membuat pikiran menjadi lebih rileks. Wah! Benar banget nih. Begitulah yang kurasakan setelah menonton drama Korea. Hehe.

IG Live Drakor Class
Artikelnya juga ada di www.drakorclass.com


Terima kasih Drakor Class sudah memberikan aku kesempatan untuk mengisi IG Live Annyeonghaseyo Chingudeul. Dari kegiatan ini tentunya aku belajar untuk lebih percaya diri tampil di depan umum, juga memberanikan diri untuk membranding diriku sendiri sebagai penulis buku antologi.

Bagi yang kemarin belum sempat menonton acara live Annyeonghaseyo Chingudeul episode ke-3 bisa menonton rekamannya di IGTV Drakor Class atau Youtube Channel Drakor Class.

Gomawo, chingudeul. Annyeonghaseyo!

Sukabumi, 23 November 2020

Posting Komentar

0 Komentar