Anak Bermain, Ibu Bisa Me Time Sejenak


Menghabiskan waktu bersama anakku alias si bocilita selama 7x24 jam tentu saja menjadi hal yang begitu berharga. Meskipun lelah, ngantuk dan kadang tidak mood, melihat ia yang selalu semangat jika minta ditemani bermain semua rasa itu pun berusaha kusingkirkan. Aku berusaha menemaninya dengan hati yang juga gembira.

Selama masa pandemi, kadang aku merasa kasihan dengannya yang lebih sering berdiam diri di rumah. Paling banter ikut membeli sesuatu di warung tetangga. Pagi dan sore masih bisa lah jalan-jalan di sekitar komplek perumahan. Namun tetap saja most of his time dihabiskan di dalam rumah. Huhu.

Ada sedikit cerita sebelum sampai pada inti tulisan. Saking lamanya anakku ter-lockdown di rumah, ia terlihat sangaaat gembira dan semangat ketika aku dan papanya mengajak ia ke Bandung menggunakan mobil pribadi. Dari binar matanya jelas sekali bahwa ia merindukan jalan-jalan naik mobil. Hiks, Mama juga rindu, Nak, pepergian kemana-mana tanpa khawatir akan Covid-19.


Banyak berdiam diri di rumah membuatku harus semakin pintar dan tidak boleh malas mengajak bocilita beraktivitas. Aku terus memutar otak agar anakku tidak terlalu lama menatap layar televisi. Iya anakku senang nonton terutama nonton iklan. Hehe.

Ternyata, ada beberapa permainan yang membuat anakku betah berlama-lama mengulik dan melakukannya. Lumayan loh, aku bisa meninggalkannya sejenak untuk masak masakan simple, mandi, sholat bahkan sesekali mengecek sosial media. Kegiatan tersebut adalah :

Mengelompokkan Warna


Aku sudah mencoba mengajari anakku tentang warna sejak sebelum ia berusia 1 tahun. Dulu, sabodo teuing jika ibunya memberitahu warna tembok, pintu, lemari dan benda-benda di dalam rumah lainnya.

Lupa sejak kapan pastinya, sedikit demi sedikit ia menunjukkan ketertarikannya pada warna. Meski ia belum fasih berbicara, jika aku memintanya menunjuk benda berwarna tertentu ia sudah bisa melakukannya dengan benar. Misal, "Warna biru mana ya?" lalu ia mengambil krayon atau mobil-mobilan berwarna biru.

Aku lalu mengajaknya untuk bermain mengelompokkan warna. Dengan semangat aku mencontohkan padanya, namun beberapa kali percobaan awal aku tidak dihiraukannya. Haha. Jadilah ibunya main sendirian sementara anaknya sibuk kemana-mana. Hiks!


Tak disangka, saat kembali mengajak bocilita bermain mengelompokkan warna, ia menanggapi dengan antusias. Saat aku selesai menyusun flash card warna, anakku mengambil krayon-krayonnya dan meletakannya di samping kartu yang warnanya sama dengan warna krayon. Omaygad! Terharu mamak, Nak!

Mungkin selama ini ia diam-diam mengamati ibunya main sendirian sampai akhirnya ia dengan sukarela bermain bersama ibunya mengelompokkan warna.

Sekarang, kemampuan berbicaranya sudah semakin baik. Ia bisa menyebutkan warna biru, ungu dan pink. Semakin senanglah jika diajak bermain mengelompokkan warna.

Kadang ia tidak lagi meminta bantuanku, sehingga tugasku hanya menyusun flash card warna atau wadah warna warni kemudian ia akan mencari benda-benda berwarna kemudian meletakannya di dalam wadah atau di samping flash card sesuai dengan warna benda yang diambilnya.

Bermain Puzzle


Aku mengenalkan puzzle pada anakku juga sebelum usianya genap 1 tahun. Sama seperti permainan sebelumnya, awalnya ia sama sekali tidak tertarik memainkan puzzle. Tertarik hanya membuka plastik sesaat setelah dibeli saja, lalu dicuekin atau hanya dihambur-hamburkan selama beberapa waktu lamanya.

Secara kontinyu aku terus mengajaknya bermain puzzle sampai akhirnya ia tertarik juga dan ikut mencoba memasang puzzle di tempat yang tepat. Practice makes perfect, ia yang awalnya kesulitan memasang puzzle lama-lama mahir dan dengan mudah menyelesaikan puzzle-puzzlenya.


Sampai sekarang, ia masih hobi memainkan puzzle miliknya dan bisa anteng menyelesaikan 2 hingga 3 papan puzzle. Lumayan yaa ibunya bisa ijin ke toilet sebentar. Hehe.

Mencocokkan Hewan dengan Gambar


Saat usia bocilita menginjak 1 tahun, aku melihat ia mulai tertarik pada hewan-hewan. Kucing, anjing, ayam, burung, kelinci, semua yang ada di sekitar rumah ia tunjuk-tunjuk.

Ketika membaca buku tentang hewan pun ia dengan antusias berusaha menirukan suara hewan-hewan tersebut. Untuk memfasilitasi agar ia lebih banyak belajar mengenal hewan, aku membelikannya miniatur hewan-hewan.

Seperti biasa, ia semangat membuka bungkus paket mainannya. Setelah bungkusnya terbuka, di menit-menit awal ia masih semangat melihat dan memegang-megang mainannya, selanjutnya ia hamburkan dan tinggalkan begitu saja. Haha.

Aku berusaha menarik perhatiannya dengan menyebutkan nama-nama hewan lalu menirukan suaranya, juga dengan mencocokkan miniatur hewan dengan gambar yang ada pada buku-buku tentang hewan miliknya.

Selain itu, aku juga mencoba menggambar habitat hewan-hewan tersebut dan bermain dengan hewan tersebut di atas gambarku. Anakku sih sering memperhatikan di awal dan sibuk melakukan hal lain di tengah-tengah. Memang rentang konsentrasi anak usia 1 tahun masih pendek, jadi aku maklum saja dan yakin kalau sebenarnya ia memerhatikan apa yang ibunya lakukan.


Sekarang, anakku sudah bisa mencocokkan miniatur hewan dengan gambar yang ada pada buku. Ia juga sudah hafal nama-nama hewan biarpun belum sepenuhnya bisa menyebutkan namanya.

Bermain dengan miniatur hewan bisa menjadi alternatif saat aku bingung mau main apalagi dengannya. Ia juga masih semangat dan suka sekali memainkannya, jadi yaa lanjuut!

Menyusun Menara


Kegiatan ini juga membuat anakku betah dan cukup lama sehingga aku bisa sarapan atau makan siang sambil menontonnya menyusun balok kecil atau stacking cups-nya.

Bermain menyusun stacking cups ini juga bisa sambil mengedukasi anak untuk mengenal besar dan kecil. Mengenalkan konsep logika matematika lah dari yang aku pernah baca. Harapannya agar ia bisa lebih mahir dalam bidang matematika dibandingkan aku dulu (sekarang pun). Haha.

Lucunya, ketika ia salah dalam menyusun cups-nya ia akan mengulanginya kembali sambil berlagak sedang berpikir keras. Menaruh jari telunjuknya di dahi kemudian berkata, "Aha!" jika menemukan cara untuk menyusun dengan benar. Gemaaas!

Kadang setelah ia selesai menyusun menaranya, ia akan mengambil bola kecil miliknya dan menghancurkan menara tersebut kemudian menyusunnya kembali. Suka-suka aja deh yang penting dia happy!
 
Selain mengajarkan konsep besar kecil, stacking cups yang berwarna warni ini juga bisa dipakai untuk melatih anakku belajar warna lagi agar lebih mahir mengenal warna.

Membaca Buku


Sejak sebelum anakku dilahirkan ke dunia, aku sudah bercita-cita ingin membuatnya menjadi seseorang yang mencintai membaca. Membaca adalah salah satu hobiku, jadi selain ingin mengajaknya berpetualang dengan travelling, aku juga ingin sekali melihat anakku memiliki hobi membaca.

Baca juga : Mencintai Membaca

Buku pertama yang anakku miliki adalah sound book berjudul Twinkle-Twinkle Little Star. Aku membelinya saat masih hamil, niat abis ya! Anakku juga sudah aku kenalkan pada buku ya sejak ia lahir, memang buku-buku yang ia miliki terlihat tidak berguna pada awalnya karena ia belum tertarik sama sekali.

Lama-lama, ia tertarik juga untuk memainkan bukunya. Lambat laun, ia mulai paham kalau buku itu untuk dibaca. Karena setiap hari ada sesi membaca buku, akhirnya sampai saat ini ketika ia sudah bosan dengan semua permainan yang ia punya maka ia akan menuju rak bukunya lalu memilih salah satu buku untuk dibaca bersama-sama. Senaang hati Mama!

Senangnya lagi, anakku termasuk anteng saat sedang berhadapan dengan buku. Meskipun belum bisa membaca, ia menunjukkan ketertarikan pada gambar-gambar yang ada di buku-buku miliknya. Kadang, aku bisa meninggalkannya untuk mandi bahkan keramas saat ia sedang asyik sendiri dengan bukunya dan masih sibuk dengan bukunya sampai aku selesai mandi. Hihi.

Menemani, mendampingi dan mengajari anak-anak adalah hal yang menyenangkan sekaligus melelahkan. Sebelum tau ternyata secapek ini menemani anak bermain, aku sempat bercita-cita ingin menjadi guru TK. Haha!

Meskipun demikian, aku yakin semua yang aku lakukan bersama anakku tidak ada yang sia-sia untuk masa depannya. Harapannya, semua kegiatan bersamanya ini membuat dirinya menjadi pribadi yang lebih baik dari kedua orangtuanya. Masih banyak PR yang harus aku pelajari dan kerjakan dalam proses mendampingi anak ini, salah satunya adalah management emosi. Hehe.

Itulah tadi, sedikit cerita tentang permainan yang bisa membuat anakku betah sehingga aku bisa mengerjakan beberapa pekerjaan rumah dengan tenang. Tentu saja setelah aku selesai dengan kegiatanku, aku akan kembali menemaninya bermain. Oiya, usia anakku saat ini 1.5 tahun dan mungkin permainan di atas bisa dicoba untuk ibu-ibu yang memiliki anak seusia dengan anakku. Atau ibu-ibu punya ide kegiatan bermain lainnya? Sharing yuk!

Sukabumi, 10 Juli 2020

Posting Komentar

0 Komentar