Review & Insight dari Menulis Ulang Mimpi di Rumah Sendiri

menulis ulang mimpi di rumah sendiri

Mendengar salah seorang teman kembali meluncurkan buku solo, rasanya hati ini ikut bahagia dan berbinar. Talitha Rahma, teman se-circle saya nonton dan mengulas drama Korea meluncurkan buku solo perdananya yang bertajuk Menulis Ulang Mimpi di Rumah Sendiri. Baru dengar judulnya saja sudah merasa so relate!

Saat ini, saya merasa sedang dalam fase harus berhenti sejenak. Mengambil jeda dan berpikir ulang mau diapakan mimpi-mimpi yang dulu sempat saya punya. Mengetahui Mbak Litha menulis buku ini, nggak pikir panjang saya langsung ikut PO-nya.

Saya merasa bisa banyak mengambil pelajaran dari perjalanan hidup beliau yang mengawali karir di ranah publik, memutuskan menjadi ibu rumah tangga dan kembali menjalani working life di ranah publik sekarang ini.

Di artikel ini, saya mau cerita sedikit review dan insight setelah baca buku ini. Siapa tau bisa jadi bacaan yang juga bikin Mae frens kepikiran untuk merawat lagi mimpi-mimpi yang sempat tertunda.

Tentang Buku Menulis Ulang Mimpi di Rumah Sendiri

Nama penulis: Lithaetr (Talitha Rahma)
Desain cover: Ima (bukan Ima saya ya! :P)
Diterbitkan oleh: CV. Win Media
ISBN: 978-634-232-162-1
Jumlah halaman: VI + 57 halaman
Harga: Rp66.000,- (masa PO)

Dari segi genre, bisa dibilang ini masuk ke kategori buku inspiratif sekaligus reflektif, self development gitu lah ya. Isinya banyak ngobrol soal perjalanan hidup Mbak Litha. Membahas mimpi-mimpi yang kadang harus di-pause dulu karena ada prioritas yang harus didahulukan, sampai bagaimana akhirnya kita bisa berdamai dengan diri sendiri dan mulai merajut harapan lagi dari rumah.

"Memilih komunitas yang tepat bagiku adalah salah satu cara dalam menjaga kewarasan. Walaupun hanya berbagai pengalaman dan cerita lewat dunia maya, tapi saat aku merasa kelelahan menjadi ibu, kumpul bersama dengan perempuan-perempuan hebat membuatku bangkit kembali."

Sungguh relate sekali apa yang disampaikan Mbak Litha dalam bukunya halaman 19 ini. Saya membaca buku ini nyaris sekali duduk, terjeda sebentar perkara ngasuh bayi. Bagi yang sudah sering mampir ke blog beliau, gaya bahasa yang dituliskan dalam buku ini mirip-mirip lah. Mengalir selayaknya sedang ngobrol bareng teman. Nggak kerasa tau-tau habis aja satu buku.


Nilai yang Ditawarkan dalam Buku

Merangkum dari apa yang saya baca, inti dari buku Menulis Ulang Mimpi di Rumah Sendiri ini adalah tentang bagaimana penulis melewati masa-masa transisinya dari seorang ibu bekerja menjadi ibu rumah tangga.

Tanpa ragu, penulis bercerita bagaimana awalnya ia masih terjebak ekspektasi harus menjadi seorang ibu rumah tangga yang produktif dan sukses mendulang penghasilan dari rumah. Setelah sadar bahwa apa yang dilakukannya justru mempengaruhi mental health secara nyata, akhirnya penulis mulai menata ulang kehidupannya sebagai ibu rumah tangga.

Rasanya apa yang terjadi pada penulis banyak sekali dialami oleh ibu-ibu di luar sana yang memutuskan resign dari pekerjaannya untuk fokus di ranah domestik. Banyak ibu rumah tangga baru yang kaget dengan realita mengurus rumah dan anak-anak. Akhirnya, mimpi-mimpi yang sempat dirajut, harus ditunda atau bahkan dipendam karena tidak tau harus diapakan kembali semua itu?

Gaya penulisannya juga enak banget diikutin. Nggak menggurui, justru berasa kayak lagi diceritain sama teman dekat. Jadi walaupun topiknya lumayan dalam, tetap terasa ringan buat dibaca. Beberapa bagian bahkan bikin ngerasa kayak lagi bercermin, ada kalimat-kalimat sederhana tapi maknyes banget ke hati.

"Menemukan renjana yang tepat semakin membuatku percaya diri setelah memutuskan berhenti bekerja. Bisa menekuni kegiatan yang kita sukai dan mengerjakannya dengan bahagia membuatku bersyukur menjalani setiap prosesnya, walaupun hasilnya belum seberapa, tapi memiliki karya sudah menjadi kebahagiaan tersendiri."

(Menulis Ulang Mimpi di Rumah Sendiri, hal. 34)

Ini yang bikin pembaca sadar, ternyata rumah bukan cuma tempat fisik, tapi juga ruang batin untuk kita ngumpulin lagi serpihan mimpi yang sempat hilang. Buku ini juga nggak sekadar menceritakan apa-apa yang dialami penulis saja, tapi juga mengajak pembaca untuk bisa lebih mengenali diri sendiri dan bertanya apa yang bisa pembaca ambil dari setiap bab yang dibaca. Pretty interactive!

Pelajaran yang Bisa Dipetik

buku solo lithaetr

Dari buku ini, ada beberapa hal yang saya highlight dan menurut saya menarik untuk dituliskan dalam ulasan di sini:

1. Tidak Ada Mimpi yang Kadaluarsa

Menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga dengan 4 anak nggak memupuskan langkah penulis untuk terus merawat dan merajut mimpi-mimpinya. Semangat dan energinya wow banget, sih!


Padahal belakangan saya berpikir untuk melepas sebagian besar mimpi-mimpi yang saya punya karena merasa nggak punya waktu dan energi lagi setelah punya 2 anak. Membaca buku ini membuat saya jadi punya perspektif kalau mimpi itu bisa kita tulis ulang kapanpun kita siap.

2. Rumah itu Titik Awal

Kembali ke rumah setelah bertahun-tahun menjadi wanita karir membuat penulis bisa berefleksi lebih banyak dan memulai langkah barunya. Meskipun awalnya berat dan butuh banyak adaptasi, namun rumah sangat bisa dijadikan sebagai ruang aman dan nyaman untuk tempat bertumbuh.

3. Jangan Takut Berubah Arah

Hidup nggak selalu lurus-lurus aja, ada kalanya mimpi juga bisa berubah haluan. Di buku ini, bisa kita lihat penulis mencoba berbagai hal untuk menemukan apa yang menjadi passion-nya. Penulis nggak ragu untuk banting setir ketika dirasa sesuatu yang dicoba dan diusahakannya ternyata nggak sesuai dengan kata hatinya.

4. Belajar Berdamai dengan Realita

Apa yang kita usahakan, upayakan, doakan terus, ada kalanya nggak langsung berhasil. Banyak mimpi yang meleset dari ekspektasi, nggak tercapai dalam target yang kita inginkan. Namun, justru dari sanalah kita belajar untuk sabar dan fleksibel, menurunkan ekspektasi tapi nggak menyerah gitu aja.

5. Setiap Orang Punya Ritme Sendiri

Saya spill sedikit bagian di mana penulis merasa frustasi dengan pencapaiannya saat menjalankan bisnis yang tidak sesuai harapannya. Semakin panas dan emosi ketika melihat pencapaian orang lain. Penulis bahkan sempat mengecilkan dirinya sendiri karena merasa tidak sepandai dan seberuntung yang lainnya.

Akan tetapi, akhirnya ia sadar bahwa setiap orang punya jalan dan ritmenya masing-masing. Nggak perlu menyibukkan diri dengan membandingkan dengan si A, B atau C. Setiap perjalanan pasti punya keunikannya sendiri, dan lebih baik fokus pada kemajuan-kemajuan kecil yang bisa diusahakan.


Penutup dan Rekomendasi

Secara keseluruhan, Menulis Ulang Mimpi di Rumah Sendiri menurut saya merupakan sebuah buku yang hangat, reflektif, dan pas banget dibaca oleh siapa pun, terutama ibu rumah tangga dan perempuan, yang butuh support untuk bangkit lagi.

Isi dari buku ini bukan motivasi-motivasi instan, tapi lebih kayak teman ngobrol yang bikin pembaca pelan-pelan paham kalau nggak ada kata terlambat buat merawat mimpi. Penulis bercerita sembari memandu pembacanya untuk bisa kembali menemukan mimpi yang mungkin sempat terkubur.

Kalau boleh kasih sedikit masukan, mungkin ada bagian tertentu yang terasa agak terlalu cepat, jadi pembaca yang suka bacaan padat bisa merasa plot-nya lompat cukup jauh. Di sisi lain, berhubung ini bukan buku biografi atau novel yang based on true story, sah-sah aja apa yang tertulis di dalamnya. Cuma saya aja yang masih kepo lebih lanjut. Wkwk.

Nah, buat Mae frens yang suka buku inspiratif dengan bahasa ringan tapi sarat makna, saya rasa buku ini layak masuk daftar bacaan. Gimana menurut pendapat kalian? Mae frens tertarik juga nggak buat menulis ulang mimpi versimu sendiri? Share di kolom komentar, yuk!

Posting Komentar

0 Komentar