Salah satu pertimbangan saya memasukkan anak saya ke SD yang sekarang adalah karena beragamnya pilihan ekstrakurikuler di sana. Sebagai ibu dari anak yang ekstrovert dan aktif banget, yakin banget nih saya kalau anak saya pasti semangat juga ketika tau ada banyak pilihan ekskul di sekolahnya ini.
Sesuai prediksi BMKG, lepas masa orientasi siswa (MPLS istilahnya), anak saya langsung bilang mau ikut macam-macam ekskul. Ya futsal, panahan, taekwondo, sains club dan sejumlah nama ekskul lain. Ckckck.. Senang juga sih karena anak saya tertarik untuk ikut kegiatan lain di luar kegiatan belajar. Mengingatkan saya semasa sekolah dulu. Hehe.
Meski demikian, nggak mungkin saya iyakan semua keinginan anak saya untuk ikut macam-macam ekskul. Sebagai orang tua, saya merasa sudah menjadi tugas saya untuk memberikan arahan kira-kira ekstrakurikuler mana yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
Mengapa Ekstrakurikuler Baik untuk Anak?
Anak saya sudah mengikuti ekstrakurikuler sejak TK. Dulu di TK A dia ikutan robotik, namun atas saran dari guru kelasnya, di TK B anak saya mengikuti ekskul futsal sehingga kebutuhan geraknya lebih tersalurkan.
Ngapain sih masih kecil begitu udah sibuk ekskul? Menurut saya pribadi ya, kegiatan ekstrakurikuler ini memberikan banyak manfaat untuk anak-anak. Kegiatan ini bisa membantu anak menemukan potensi dan minatnya yang mungkin nggak terlalu kelihatan di kelas.
Dari kacamata saya, ekskul ini bukan sekadar aktivitas tambahan di luar jam sekolah. Anak-anak bisa belajar banyak hal seperti mengasah keterampilan sosial, kerja sama tim, hingga manajemen waktu, yang mana semua ini penting untuk bekal mereka di masa mendatang.
Untuk anak ekstrovert seperti anak saya, kegiatan di luar kelas ini memberikan pengalaman sosial yang menyenangkan untuknya. Ia bisa bertemu dan berjejaring dengan banyak teman baru di luar lingkup kelasnya.
Selain itu, anak bisa tampil lebih berani ketika menemukan kegiatan yang sesuai dengan dirinya. Kegiatan ekskul ini cocok untuk membantu anak-anak menjadi lebih percaya diri.
Tips Memilih Ekstrakurikuler yang Tepat untuk Anak
Agar ekstrakurikuler yang dipilih sesuai dengan minat dan bakat anak, ada beberapa tips sederhana yang bisa diterapkan oleh para orang tua:
1. Observasi Minat dan Bakat Anak Sejak Dini
Aktivitas mengobservasi anak ini sebenarnya sudah bisa dilakukan sejak jauh-jauh hari, bahkan sebelum anak-anak masuk sekolah. Coba perhatikan aktivitas apa yang bikin mereka semangat.
Apakah anak-anak lebih suka dengan kegiatan yang melibatkan aktivitas fisik? Atau ia bisa lebih fokus ketika mengerjakan hal-hal yang bersifat nyeni seperti melukis, menggambar atau mewarnai? Jangan lupa libatkan anak dalam diskusi, biar mereka merasa punya pilihan.
2. Sesuaikan dengan Usia dan Tahap Perkembangan Anak
Penting juga nih untuk mengikutsertakan anak di ekstrakurikuler yang sesuai dengan usia dan tahap perkembangannya. Biasanya sih, di sekolah sudah dipetakan ya jenis-jenis ekskul yang sesuai dengan jenjang pendidikannya.
3. Pertimbangkan Kepribadian Anak
Pastinya yang paling mengenal kepribadian anak adalah orang tuanya. Jadi, jangan pernah memaksakan anak untuk melakukan hal yang membuatnya tidak nyaman menjadi diri sendiri. Contohnya anak saya sendiri nih, di mana saat awal memilih ekskul justru saya yang kekeuh ingin mengikutkan anak saya di klub matematika.
Anak saya menolak karena ingin mengikuti klub sains yang memang kegiatannya ia suka, yakni melakukan berbagai eksperimen. Namun saya bersikeras agar anak saya ikut klub matematika supaya ia tidak mengalami kesulitan berarti di pelajaran matematika. Saya sampai bilang kalau eksperimen bisa dilakukan di rumah bersama saya. Nggak mau dong dia. Haha!
Suami sayalah yang menengahi perdebatan ini. Anaknya masih kelas 1 SD, lho. Kasian juga kalau malah nggak enjoy ikut ekskulnya nanti. Kemudian saya diam dan berpikir. Yah, dari pada anak saya stress karena perilaku orang tuanya, ya kan? Setelah direnungkan, kayaknya ini adalah part of my inner child yang dulu semasa sekolah merasa kesulitan di pelajaran matematika.
Saya merasa, "Coba kalau dulu ikut les matematika sejak awal atau ikut ekskul matematika, pasti lebih tidak merasa bodoh di mata pelajaran tersebut!" Jadilah saya ingin anak saya melakukan apa yang tidak saya lakukan dulu. Padahaaal.. anak saya ya bukan saya, yang mana ia juga memiliki keinginannya sendiri. Maaf ya, boy!
4. Cek Jadwal dan Keseimbangan Waktu
Awalnya, anak saya mau memilih 5 ekstrakurikuler dalam seminggu. Like, what? Kamu mau pulang sekolah jam berapa, hey? Wkwk. Di hari Senin, Rabu dan Kamis, anak saya pulang pukul 12.30. Khusus hari Selasa, ia pulang pukul 14.00. Sementara Jum'at pulang paling cepat.
Setelah memberikan pengertian pada anak saya kalau nggak mungkin untuk memilih semua ekskul yang ia inginkan, akhirnya ia mengeliminasi 2 ekskul yang membuatnya pulang ke rumah terlalu sore.
5. Prioritaskan Kualitas Pembimbing dan Fasilitas
Sebenarnya saya yakin-yakin aja kalau di setiap sekolah, para pembimbing dan fasilitas untuk ekstrakurikuler anak pastinya sudah disediakan yang terbaik. Namun, tidak ada salahnya ini menjadi salah satu poin pertimbangan orang tua.
Perlu diberi pengertian juga ke anak-anak kalau memilih ekskul jangan hanya untuk keren-kerenan atau rame-ramean aja.
6. Perhatikan Biaya dan Komitmen Jangka Panjang
Meskipun sebagian besar ekstrakurikuler di sekolah biasanya difasilitasi sekolah alias gratis, namun ada juga yang berbayar. Misalnya biaya-biaya perlengkapan, turnamen dan sebagainya. Jadi, ini juga harus diperhitungkan agar bisa dipersiapkan.
7. Evaluasi Minat dan Perkembangan Anak
Berhubung ekstrakurikuler ini tujuannya membuat anak semakin bahagia dan bukan tertekan, maka evaluasi harus dilakukan secara berkala dan oleh orang tua.
Seperti saat saya melihat anak saya yang rasanya nggak cocok-cocok amat saat ikut ekskul robotik. Ia sih enjoy dan bilangnya seneng-seru aja, tapi setelah brainstorming dengan gurunya rasanya anak saya memang belum waktunya ke kegiatan tersebut.
Baca juga: Pengalaman SC ERACS di Awal Tahun 2025
Di ekskul robotik yang lebih banyak duduk dan fokus merakit, anak saya lebih senang jalan-jalan di kelas, melihat hasil kerja temannya yang lain. Wkwk. Untungnya, sekolah anak saya memfasilitas tes Diagnostic Assessment of Multiple Intelligences (DAMI).
Tes psikologi ini dilakukan untuk mengukur delapan jenis kecerdasan majemuk berdasarkan teori Howard Gardner. DAMI test ini membantu mengetahui kecenderungan bakat, potensi, dan gaya belajar anak.
Setelah hasilnya keluar, ternyata kecerdasan yang menonjol di anak saya adalah kinestetik atau gerak. Sehingga, kegiatan yang disarankan pun yang lebih banyak bergerak seperti olahraga. Jadilah ia saya arahkan untuk mengambil ekskul futsal.
Kesimpulan

Semoga tips memilih ekstrakurikuler untuk anak sesuai minat dan bakat yang dibumbui curhatan saya di atas bisa membantu teman-teman parents dalam membersamai anak-anaknya ya. Intinya sih nggak usah buru-buru karena perlu mempertimbangkan banyak hal, termasuk pendapat si anak sendiri.
Pastikan kegiatan yang dipilih benar-benar bikin mereka bahagia sekaligus berkembang. Kalau dari saya sendiri, saya juga menekankan pentingnya komitmen dan konsistensi pada anak. Mungkin ada kalanya dia akan bosan dengan apa yang dilakukannya, tapi bukan berarti bisa seenaknya berhenti dan gonta-ganti ekskul.
Baca tentang: Melatih Kepercayaan Diri dan Keberanian Anak Usia Dini
Selesaikan dulu sampai tuntas (semester berakhir), baru kalau memang benar-benar sudah tidak tertarik lagi, nggak usah dilanjutkan. Ini mengajarkan tanggung jawab juga atas apa yang sudah menjadi pilihannya.
Sebagai orang tua dan pendamping anak, sudah selayaknya kita mendukung dan mendoakan yang terbaik bagi mereka. Seperti yang pernah saya baca di blognya seorang Blogger Surabaya, di mana salah satu kunci sukses seorang anak adalah melalui doa dari ibunya.
Kalau kalian sendiri, punya tips jitu apa nih dalam memilih ekstrakurikuler anak di sekolah? Share dong, karena pengalaman saya sendiri masih sangat terbatas dan butuh insight dari parents yang lebih berpengalaman!
0 Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan saya 😊 yang mau ngobrol-ngobrol terkait artikel di atas, yuk drop komentar positif kalian di kolom komentar.
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya, Frens! 😉
Satu lagi, NO COPAS tanpa izin ya. Mari sama-sama menjaga adab dan saling menghargai 👍