Pengalaman Vaksinasi Covid-19 Dosis Pertama


Dua do'a yang sering kali aku panjatkan sejak pandemi Covid-19 ini adalah, pertama agar pandemi ini segera berakhir dan tidak berkepanjangan, kedua agar aku segera mendapatkan vaksinasi Covid-19.

Alhamdulillah, Allah menjawab do'aku yang kedua. Tanggal 20 Juni 2021 lalu, aku dan suamiku mendapatkan bagian untuk vaksinasi Covid-19 dosis yang pertama.

Berawal dari pikiran-pikiran akan kapan rakyat jelata seperti aku mendapat giliran vaksin? Membayangkan dapat giliran vaksin di akhir tahun saja sudah seram. Secara, grafik penyebaran Covid-19 di Indonesia terus meningkat secara tajam dan nggak ada tuh tanda-tanda melandai apalagi menurun.

Kaum overthinking macam aku udah berpikir ke mana-mana. Awalnya optimis karena suami sudah didaftarkan vaksin oleh perusahaannya (doi doang, istrinya nggak keangkut). Nggak apa-apa, at least dalam keluarga kami sudah akan ada satu yang memiliki perisai imunitas dari virus SARS-CoV-2.

Macam-macam vaksin Covid-19

Kemudian, bulan demi bulan berlalu namun suamiku tak kunjung mendapatkan jadwal kapan akan divaksin? Mulai deh pikiranku berkelana lagi. Tidak lagi optimis, malah semakin pesimis. Apa kabar keluarga gue?! Suami masih work from office setiap hari, kabar kapan vaksin malah makin nggak terdengar.


Aku sendiri, siapa aku? Lansia bukan, guru bukan, pegawai BUMN bukan, pedagang juga bukan. Entah kapan lagi dapat giliran vaksinasi? Makin overthinking ketika mendengar teman-teman di kota lain sudah bisa divaksin dengan hanya menunjukkan KTP. Sukabumi kapaaan?

Sampai akhirnya, sebuah pesan singkat masuk di tanggal 19 Juni 2021 malam. Dari seorang teman komunitas yang kebetulan rumahnya satu komplek denganku. Mengabarkan bahwa besok di masjid komplek akan ada vaksinasi masal untuk pralansia dan lansia, beserta pendampingnya.

"Kalau kuota masih ada, di atas 18 tahun juga boleh katanya, Teh. Coba datang aja ke masjid dan bawa surat keterangan domisili."

Membaca pesan tersebut, I felt so excited! Oh my God! Akhirnya ada kesempatan emas di depan mata untuk vaksin. Aku langsung mengabarkan suamiku, tanggapannya not so interested as I was.

Tapi, doi nggak berani nolak juga. Hehe. Suamiku kemudian sepakat untuk bersama-sama berangkat ke rumah Pak RT keesokan paginya guna meminta surat keterangan domisili. Sebab KTP kami masih beralamatkan di Bandung, bukan Sukabumi.

Kenapa Ingin Sekali Vaksin?

Untuk memaksimalkan ikhtiar pencegahan Covid-19 dan menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga (kecil)ku. Selama pandemi ini, aku termasuk orang yang parno dan takut untuk ke mana-mana. Liat tempat ramai sedikit saja rasanya sudah pusing dan dahlah mending balik.


Sakit memang merupakan ujian dan takdir yang sudah ditentukan oleh Allah SWT, dalam artian siapa pun bisa kena. Diam di rumah pun bisa saja terpapar, tapi bukan berarti aku nggak melakukan usaha apa-apa untuk mencegahnya.

Di tengah banyaknya masyarakat yang sudah menganggap ringan pandemi ini, sudah banyak orang yang enggan menggunakan masker dan tidak ragu untuk berkerumun, yang bisa aku lakukan adalah memaksimalkan usaha agar tetap sehat dan menjaga jarak sejauh mungkin dari kemungkinan tertular penyakit tersebut.

Aku tidak mampu mengontrol orang-orang yang tidak percaya Covid-19 atau tidak percaya dengan efektivitas vaksin, yang aku mampu adalah tetap menjalankan protokol kesehatan dan menjalankan vaksinasi dalam upaya mencegah penularan dan penyebaran Covid-19.

Di lingkungan terdekatku sendiri, masih banyak yang beranggapan bahwa vaksin tidak membawa pengaruh besar terhadap penekanan laju Covid-19, "Si A, B, C sudah divaksin tapi tetap kena Covid-19..." Wes lah no debat. Semoga semua sehat selalu.

Persiapan Sebelum Vaksinasi Dosis Pertama

Persiapan Jasmani

Berhubung vaksin dosis pertama kemarin bisa dibilang dadakan dan tidak terencana sebelumnya, jujur aku nggak mempersiapkan apa-apa.

Nggak berekspektasi akan sukses divaksin juga karena melihat pengumumannya kan untuk lansia dan pralansia, ya.

Aku sendiri baru mengetahui berita vaksinasi tersebut sekitar jam 9 malam, mau persiapan apa coba? Haha.

Membuat Surat Keterangan Domisili

Tanggal 20 Juni pagi harinya, sekitar pukul 08.00 WIB, aku dan suamiku menyambangi rumah Pak RT untuk meminta surat keterangan domisili. Kami sudah mempersiapkan KTP dan Kartu Keluarga.

Ternyata, Pak RT-nya sedang tidak di tempat. Akhirnya, kami langsung menuju masjid di mana kegiatan vaksinasi ini akan dilaksanakan. Di sana kami bertemu Pak RW yang tampak sibuk wara-wiri.

Berhubung kami belum memiliki surat keterangan domisili dan bukan termasuk lansia atau pralansia, Pak RW meminta kami untuk menunggu sampai kuota lansia dan pralansia terpenuhi.

Pak RT meminta kami untuk menunggu di selasar masjid atau datang kembali sebelum pukul 12.00 WIB, sebab pihak puskesmas yang bertugas akan kembali melanjutkan kegiatan vaksinasi di tempat lain.

Aku dan suamiku memilih untuk pamit terlebih dulu dan kembali lagi nanti. Sekitar pukul 09.00 WIB, kami kembali lagi ke masjid dan mendapati orang-orang sudah ramai di sana.

Keramaian di masjid komplek, tempat diadakannya vaksinasi Covid-19 (kita sih mlipir aja, cari area sepi)

Kami akhirnya bertemu Pak RT di masjid tempat kegiatan vaksinasi dilaksanakan. Alhamdulillah, semua urusan dipermudah oleh Allah SWT melalui Pak RT dan Pak RW.

Pengurusan surat keterangan domisili sangat mudah, hanya mengisi blanko dan meminta tanda tangan Pak RT dan Pak RW. Selanjutnya, urusan pendaftaran vaksinasi dibantu oleh Pak RW.

Jadi, bagi yang ingin vaksin tapi butuh surat keterangan domisili, jangan jiper duluan ya. Coba urus saja dulu, siapa tau ternyata cepat dan mudah seperti pengalamanku kemarin.

After Effect Vaksinasi Covid-19

Sebelum proses vaksin, aku diminta untuk mengisi sebuah form yang berisi seputar data diri. Selanjutnya, ada petugas yang melakukan pemeriksaan kesehatan meliputi suhu tubuh, tekanan darah, kadar gula darah dan mengajukan pertanyaan seputar riwayat penyakit bawaan serta pola makan dan hidup sehat.

Suamiku saat mendapatkan vaksin Covid-19 dosis pertama

Aku ditanya apakah rutin mengkonsumsi buah dan sayuran, merokok atau tidak lalu rutin berolahraga atau tidak? Setelahnya, aku pindah ke pos berikutnya yaitu vaksinasi.

Jujur aku nurut aja diberikan vaksin merk apa. Haha. Apa pun insha Allah yang terbaik saat ini. Prosesnya cepat sekali, nggak sampai semenit dan suntikan di lengan kiri bagian atas juga nggak berasa pada saat itu.

Hari H

Aku mendapatkan vaksin lebih dulu daripada suamiku. Setelah kami berdua selesai divaksin, masih ada proses untuk menunggu pembagian kartu vaksinasi. Petugas administrasi melakukan pencatatan kartu secara manual alias tulis tangan, ada pula proses input data menggunakan laptop. Jadi, lumayan memakan waktu untuk menunggu.

Kartu vaksinasi yang diisi secara manual, minusnya banyak tulisan yang dikoreksi. Hmm..

Efek yang langsung terasa setelah aku mendapatkan vaksin adalah rasa kemeng dan pegal di area bekas suntikan. Kadang, untuk mengangkat tangan kiri terlalu tinggi saja rasanya pegal banget. Suamiku berbeda, ia bahkan tidak merasakan efek apa-apa yang berarti.

Sertifikat vaksinasi Covid-19 dikirimkan melalui SMS

Kami melakukan vaksinasi sekitar pukul 9 atau setengah 10 pagi, hingga malam tiba tidak ada efek berarti yang kami rasakan.

H+1

Subuh-subuh sehari setelah vaksinasi, aku merasa seluruh tubuhku pegal-pegal. Mata berat banget rasanya buat dibuka, rasanya lemas dan ingin rebahan aja. Combo karena saat itu aku sedang menstruasi hari ke-2, berasa juga sakit perutnya.

Suamiku juga merasakan hal yang sama, ia merasa badannya lelah dan pegal-pegal. Namun, apa daya ia harus tetap berangkat ke kantor. Aku yang tinggal di rumah seharian itu tidak melakukan aktivitas yang berarti. Hanya mencuci baju dan mengurus anak.

Mager banget mau ngapa-ngapain. Nggak ada cerita hari itu beres-beres rumah, cucian piring pun kupasrahkan saja teronggok di wastafel cuci piring, makan pagi-siang-malam delivery. Haha.

Sepulang kerja, suamiku bercerita kalau rasa pegal-pegalnya sudah berkurang tapi ia merasa seperti akan flu. Nggak enak tenggorokan dan hidung berasa mau mampet. Kalau aku, sampai malam tiba rasa pegal-pegal dan ngantuknya stay nggak hilang-hilang.

Anak semata wayang kami yang masih berusia 2 tahun sih yang kasihan, kedua orang tuanya nggak ada energi lagi untuk mengajaknya bermain seperti biasa. Akhirnya, kami memberikan screen time dengan durasi yang cukup berlebih-lebih di hari itu. Mianhaeyoo..

H+2

Alhamdulillah hari kedua setelah vaksin semua rasa pegal dan ngantuk-ngantuk hilang. Badan sudah terasa segar seperti biasa lagi, kayak nggak terjadi apa-apa. Suamiku pun demikian, yang katanya ada rasa nggak enak tenggorokan dan mau flu, hilang semua di pagi hari esoknya.

Fyi, adanya efek samping dari vaksinasi ini adalah hal yang normal ya. Artinya respon imun di dalam tubuh kita bereaksi terhadap vaksin yang disuntikkan. Efek samping yang ditimbulkan setelah vaksinasi sendiri bisa ringan atau lebih berat.

Ringan atau beratnya efek samping dari proses vaksinasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti genetik, level stress, seberapa sehat tubuh seseorang saat mendapatkan vaksin dan seberapa sensitif sistem imun seseorang dalam merespon vaksin.

Oiya, saat vaksinasi juga dijelaskan apabila terjadi efek samping yang berat seperti sesak nafas hingga hilang kesadaran, langsung dibawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang telah ditunjuk.

Persiapan Sebelum Vaksinasi Dosis Kedua

Jadwal vaksinasi keduaku insha Allah jatuh pada tanggal 19 Juli 2021 nanti. Mungkin, sebelum vaksin yang kedua aku dan suamiku ingin lebih mempersiapkan diri. Misalnya saja dengan mengkonsumsi vitamin beberapa hari menjelang vaksinasi, perbanyak konsumsi buah dan sayuran sama jogging-jogging dikit lah. Haha.


Entah berpengaruh terhadap efek samping yang akan terjadi atau tidak, seenggaknya ya ingin lebih fit saja kondisi tubuhnya saat vaksin dosis kedua nanti.

Begitulah sedikit pengalamanku tentang vaksinasi Covid-19 dosis pertama yang ingin aku bagikan pada teman-teman semua. Setelah vaksin, tentu saja kita tidak bisa begitu saja langsung melonggarkan protokol kesehatan.

Tetap terapkan 5M (Memakai masker, Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan dan Membatasi mobilisasi serta interaksi). Stay at home masih jadi pilihan yang terbaik.

Sehat-sehat selalu ya teman-teman! Semoga pandemi ini secepatnya berlalu. Aamiin.

Sukabumi, 23 Juni 2021

Posting Komentar

21 Komentar

  1. Wah Alhamdulillah mba ims udah vaksin. Kalau di cimahi udah bisa yg umum u/ semua orang. Kmrn aku jg vaksin tanpa persiapan. Si bapak yg ngajak anak QA pas jam kantor ����

    BalasHapus
    Balasan
    1. MANTAP BANGET Wu! Terdepan emang si Bapak. Haha, apa kabar Pak Jon?

      Hapus
  2. Saya juga masih menunggu giliran jadwal vaksin nih. Walopun kabarnya sekarang sudah banyak posko yg menyediakan layanan vaksin gratis untuk semua kalangan dan usia. Mdh2an saya segera bisa dapet vaksin juga dlm waktu dekat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Semoga segara ya Mbak dapat giliran vaksinnya..

      Hapus
  3. Alhamdulillah lancar ya mba dan badan segar kembali. Berarti suami vaksin 2x?

    BalasHapus
  4. Maaf mba baru baca lagi. Ya ampun kelewat. Alhamdulillah proses nya lancar ya mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, haha. Nggak apa-apa Mbak. Terima kasih sudah mampir..

      Hapus
  5. Alhamdulillah ya Mbak, udah dapat jatah vaksin dosis pertama, vaksinnya pun juga bekerja dengan baik ya itu karena keluhannya normal cuma di H+1 aja ya. Semoga sehat terus hingga hari H dosis kedua :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yeaay semangat untuk ikhtiar supaya tetap sehat, Mbak..

      Hapus
  6. Wah syukurlah sudah di vaksin sekeluarga, tinggal menunggu vaksin yang kedua yaa.. Efek sampingnya juga gak terlalu lama juga dirasakan, 1-2 hari udah hilang seketika. Semoga gak hanya kita, semua orang yang ada di Indonesia ini bisa mendapatkan vaksin dari kota hingga ke desa-desa. Dan dipermudah segala urusannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Semoga banyak juga yang makin sadar kalau vaksinasi akan lebih cepat meredakan masa pandemi ini. Huhu..

      Hapus
  7. Alhamdulillah dapat giliran vaksin juga ya. Semoga vaksinasi Covid19 di Indonesia makin meluas dan lancar , supaya semua terlindungi, deg-degan banget lihat situasi sekarang. Kita semua harus berikhtiar melawan covid ini, salah satunya adalah dengan divaksin. Semoga tulisan ini bisa menginspirasi banyak orang untuk divaksin juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Sedih banget dengar dan baca masih banyak yang takut bahkan percaya hoax-hoax yang beredar tentang vaksin..

      Hapus
  8. Alhamdulillah sudah dapat vaksin juga suami istri, kalau di keluarga saya baru saya aja yang sudah vaksin di kantor. Istri sempat jiper nggak mau vaksin karena melihat saya yang agak demam, lengan pegal setelah vaksin. Terpaksa melewatkan kesempatan vaksin di bulan Juni kemarin. Doakan semoga bulan Juli ini segera dapat giliran vaksin buat istri, aamiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Semoga segera dapat vaksinnya ya Mas. Efeknya memang nggak enak sih ya, sehari doang tapi insha Allah ke sananya baik-baik dan makin sehat..

      Hapus
  9. Alhamdulillah ya, mbak sudah divaksin. Kalau aku kemarin alhamdulillah difasilitasi sama kantor vaksinnya dan nggak terlalu berasa sih efeknya. Katanya kalau vaksin AZ memang lebih berat ya efek sampingnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah kantornya memberikan fasilitas vaksin ya, Mbak. Iya beberapa yang vaksin AZ ada yang demam dan kayak mau flu gitu. Beda-beda juga ya tergantung kondisi orangnya..

      Hapus
  10. Alhamdulillah, kak Ima dan keluarga, kini sudah tinggal menunggu vaksin tahap kedua yaa...
    Kami sekeluarga belum vaksin. Ada perasaan sama kaya kak Ima, tapi bismillah...siapa tau ada yang lebih butuh didahulukan daripada kami.

    Semoga sehat selalu dan dalam lindungan Allah selalu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Semangat semoga segera dapat giliran vaksin juga. Langsung ambil begitu ada kesempatan. Hehe..

      Hapus
  11. aku tuh kalau baca cerita orang pasca vaksin gini selalu detail soalnya aku juga belum vaksin. Deg deg an juga baca pengalaman mereka karena beberapa orang terdekat yang habis vaksin reaksinya macam-macam bahkan ada yang tanpa reaksi, hehehe. Semoga aku juga segera mendapatkan vaksin biar gak parno banget liat keramaian

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga segera tiba giliran vaksinnya ya Mbak. Abis vaksin tetep sih ngeri juga liat yang rame-rame. haha..

      Hapus