You Complete Me


1 Agustus 2020 lalu, suamiku bertambah usia. Tidak ada perayaan spesial di hari itu, hanya seucap kalimat selamat ulang tahun dan serentetan doa yang aku sampaikan padanya. Heheh, kami memang bukan tipikal pasangan suami istri yang sibuk memberi surprise di tengah malam untuk meniup lilin yang tersemat di atas kue ulang tahun.

Hari-hari sebelumnya, sebenarnya aku sudah memikirkan untuk membelikannya kado untuk hari ulang tahunnya. Ternyata, kelamaan mikir hingga akhirnya tanggal 1 Agustus pun terlewati begitu saja.

Hari itu aku potong rambut, setelah menidurkan bocah aku berangkat ke salon. Selain untuk me time, aku hair spa dan memotong pendek rambutku semata-mata untuknya juga. Supaya tidak bosan melihat penampilanku dan agar aku terlihat lebih fresh di matanya.

Tapi yang terjadi aku malah kena omel, karena pergi cukup lama sekitar hampir 4 jam untuk berdiam di salon sana. Dalam kondisi belum makan siang, suamiku khawatir maag-ku kumat dan berujung kambuhnya vertigo. Tentu saja kalau aku sakit, yang repot bukan hanya diriku sendiri melainkan suamiku juga. Haha.

Yasudahlah, biarkan tanggal 1 Agustus kemarin berjalan seperti itu. Kemudian aku berpikir untuk menulis sesuatu sebagai bentuk apresiasiku pada suamiku, meskipun mungkin ia tidak akan pernah membaca tulisan ini. Hehe, yaa dia bahkan tidak tau apa saja isi blog-ku ini loh!

Suamiku, bukanlah seorang yang sempurna. Dari sekian kriteria suami idaman yang dulu pernah aku impikan, mungkin dirinya tidak memenuhi kualifikasi tersebut. Tapi, Tuhan tau mana yang terbaik untukku. Bukan memberi semua yang aku inginkan namun Ia memberi semua yang aku butuhkan.

Allah Maha Baik Luar Biasa. Meskipun suamiku tidak memiliki wajah layaknya Lee Min Ho dan badan six pack seperti Kim So Hyun, beberapa sifatnya tidak kalah dengan yang tergambar di dalam drama Korea.

Sejak memiliki dia sebagai suami, aku pun tidak lagi berangan-angan ingin memiliki pasangan seperti dalam cerita dongeng ataupun drama. Wong kenyataannya jauh lebih baik, kok! Hehe.

Ada beberapa hal yang menonjol dalam diri suamiku dan biasa ia tunjukkan setelah kami menjadi keluarga. Hal-hal yang membuatku yakin kalau dia memang pilihan terbaik yang Allah berikan untukku :

Memasak

Salah satu hobi suamiku sejak dulu kala adalah memasak. Almarhumah ibu mertuaku dikisahkan merupakan seorang yang jago memasak. Keahlian beliau ini kemudian menurun ke-7 orang putera dan puterinya, termasuk suamiku sebagai anak bungsu.

Jika diriku memasak harus sesuai dengan prosedur alias resep dan kurang berani bereksplorasi dengan bumbu, suamiku kebalikannya. Tak jarang ia membuat masakan berdasarkan feeling dan hasilnya memuaskan.
Frekuensi suamiku turun ke dapur untuk memasak pun bisa dibilang cukup sering. Sekedar membuat ramyun instan atau nasi goreng, bahkan lauk pauk untuk makan malam bersama.

Dulu aku pernah memimpikan punya suami seorang pemain musik, sepertinya romantis sekali saat ia memainkan alat musik untukku dan anak-anak. Kenyataannya, suamiku tidak pandai bermusik. Tapi, melihatnya jago memasak seperti sekarang ini membuatku happy dan berpikir lebih baik punya suami jago masak daripada jago main musik.

Alasannya? Karena dengan memasak bisa bikin perut kenyang! Hehe.

Mengerjakan Pekerjaan Rumah

Lagi-lagi, aku harus berterima kasih banyak pada ibu dan bapak mertuaku karena sudah membesarkan anak laki-laki yang tidak gengsi untuk mengerjakan pekerjaan rumah.

Mulai dari menyapu, ngepel rumah, membersihkan kamar mandi, mencuci dan menjemur pakaian, serta banyak printilan lain yang berkaitan dengan tugas-tugas yang BIASANYA hanya disematkan untuk para ibu rumah tangga.

Tentu saat paling menyenangkan adalah di akhir pekan. Karena ada seseorang yang membantuku menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Biasanya kami bekerja sama berbagi tugas agar pekerjaan rumah cepat selesai. It's true that two is better than one

Secara kami tidak memiliki ART untuk membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, jadi sekecil apapun pekerjaan yang dilakukan suami untuk rumah adalah sebuah bantuan besar untukku. Terima kasih sudah menjadi partner-ku di rumah, hubby.

Merawat Saat Sakit

Ibu tidak boleh sakit! Kalimat itu sering kali aku dengar bahkan dari ibukku sendiri. Jangan sakit kamu, nanti kasian anaknya. Okeey, yang kasihan hanya anaknya sementara jika aku sakit tidak masalah?

Memang kalau seorang ibu sudah jatuh sakit, akan panjang urusannya. Terkadang ia harus tetap berjuang menyelesaikan pekerjaan rumahnya sembari mengurus anak karena jadi ibu itu tidak ada cutinya. Gimana caranya mau cuti dari pekerjaan sebagai ibu? Minggat dari rumah? Haha.

Saat aku sakit, bahkan sebelum menjadi seorang ibu maka suamiku dengan sigap akan turun tangan mengurus segala keperluanku dan memerhatikanku sampai rela cuti atau bolos dari kantornya.
Untungnya, ia sudah punya skill memasak dan beberes rumah sehingga meninggalkan pekerjaan tersebut untuknya tidak membuatku begitu khawatir. Aku bisa beristirahat full, total tidur hampir seharian untuk memulihkan energi sementara ia sibuk menggantikan posisiku di rumah.

Bahkan setelah memiliki anak pun, ia akan dengan telaten mengurus anak, rumah serta diriku yang hanya bisa terbaring di kasur. Entah karena maag yang kambuh, flu menyerang atau vertigo yang sedang kumat.

Kadang aku tidak tega gajinya harus terpotong karena bolos dari pekerjaan kantornya. Setahun kemarin ia belum punya cuti karena masih terbilang karyawan baru di perusahaannya saat ini, dan entah berapa kali ia potong gaji karena aku sempat sakit beberapa kali.

Terima kasih karena sudah selalu sabar mengurus aku saat aku tidak bisa menjalankan peranku ketika sakit.

Sayang dan Perhatian

Mungkin ada beberapa yang membaca tulisanku yang berjudul Mengenang Momen Dalam Umbrella Scene. Disana aku bercerita kalau suamiku dulu adalah orang yang aku kenal sebagai seseorang yang menyebalkan.

That's true. Dulu sesebal itu aku padanya karena menganggapnya laki-laki yang terlampau cuek dan tidak peduli dengan perasaan orang lain. Tapi, mungkin itu juga yang membuatku tertarik padanya. Hehe.

Setelah kenal lebih jauh, ternyata dibalik sifatnya yang cuek dan sembrono ia memiliki kepribadian yang lembut. Ia juga jauh lebih sabar dibandingkan diriku dalam menghadapi anakku dengan segala tingkah polahnya di usianya yang masih batita sekarang. Wow! Amazing! Haha. Masha Allah.

Di depan keluarga besar aku maupun keluarga besarnya, ia tidak ragu memanggilku dengan kata sayang atau dengan sengaja mengelus kepalaku. Hoho. Kok so sweet sih, Mas?

Mengurus Anak

Alhamdulillah, pak suami termasuk golongan lelaki teladan dalam mengurus dan membersamai anak. Kasianan sama istrinya jadi kami berdua sering melakukan pergantian pemain ketika menyuapi anak, memandikan atau sekedar mengganti pospaknya.

Ia juga sangat mendukung saat aku ingin mengikuti kelas-kelas online seputar parenting atau yang ada hubungannya dengan tumbuh kembang anak. Kemudian, ketika kelas online dimulai aku juga tidak khawatir akan terganggu karena suamiku akan mengurus anakku dengan baik. Setelahnya, aku akan berbagi tentang apa yang aku peroleh dari kelas yang sudah aku ikuti barusan.

Suamiku orangnya open minded, kami sering bertukar pikiran tentang masalah pengasuhan anak. Bagaimana baiknya menurut aku dan dia, membaca banyak sumber mengenai parenting kemudian belajar bersama-sama menerapkannya di rumah.
Tanpanya, mungkin aku bisa stress sendiri mengurus rumah dan anak. Di saat aku menahan emosi karena tingkah polah anakku, suamiku akan memberikanku ruang untuk menyendiri dan menenangkan diri agar emosiku tidak meledak di depan anak. Begitu pula sebaliknya. Semoga kami bisa terus bekerja sama dengan baik seperti ini atau bahkan lebih baik lagi.

Di luar hal-hal tersebut, masih banyak lagi sifat dan karakter dirinya yang membuatku bahagia menjadi istrinya. Segala kelebihan dan kekurangannya melengkapi diriku. Couldn't ask for more, deh!

Selamat ulang tahun ya, my dear. Semoga apa yang menjadi do'a dan cita-citamu bisa terwujud. Sehat selalu, panjang umur, berkah rezekinya dan selalu bahagia bersama keluarga kecil kita.

Sukabumi, 5 Agustus 2020

Posting Komentar

0 Komentar