Kehidupan
sebagai seorang buruh dikantor membuat hari-hariku dipenuhi dengan kejenuhan.
Jenuh karena setiap hari harus berangkat ke kantor sebelum sempat kulit ini
merasakan hangatnya sinar matahari dan pulang saat matahari mengucap salam
perpisahan pada langit. Tak jarang pekerjaan dikantor yang tiada hentinya
membuat kepalaku panas hingga hilang bernafsu untuk menyelesaikannya.
Jika sudah
mencapai titik ini, mau tak mau aku harus rehat sejenak. Aku harus mengembalikan
kejernihan pikiranku agar tidak sumpek dan stress,
aku harus travelling. Ya, travelling adalah obat yang paling
mujarab untuk menghilangkan penat dan kekorsletan otakku. Aku menghubungi teman
SMA-ku Evita, seorang buruh yang bernasib sama sepertiku, kurang piknik. Aku
mengutarakan rencana untuk pergi jalan-jalan mengusir kebosanan. Kami akhirnya
memutuskan untuk menjadikan Labuan Bajo,
Nusa Tenggara Timur sebagai tujuan plesiran kami kali ini.
Aku pun mengajak
Rani, teman kuliahku untuk turut serta melakukan perjalanan kali ini.
Sebelumnya aku memang berjanji akan mengajak dirinya jika nanti liburan lagi.
Kami memilih sailing Komodo dan live on board menggunakan agen wisata
yaitu Longlasting Trip, dengan biaya
trip sebesar Rp. 2.500.000,- per
orang untuk 4 hari 3 malam. Dihari terakhir, kami akan menginap disebuah resort di Labuan Bajo yang bernama Sylvia Resort. Aku mengambil open trip menggunakan agen wisata ini
karena trip ini dibatasi hanya untuk
9 peserta, sehingga akan menjadi lebih private
dibandingkan dengan open trip
yang pesertanya belasan atau bahkan puluhan. Aku dan kedua temanku juga tidak
memilih untuk menjadi backpacker,
karena kami memang berniat untuk menikmati hidup dengan ‘liburan enak’ dan
tidak mau ribet sehingga kami menyisihkan tabungan sejak jauh-jauh hari untuk
perjalanan kali ini.
Berangkatlah
kami pada tanggal 10 Mei 2017. Aku dan Rani berangkat dari Bandara Soetta, Cengkareng,
sementara Evita berangkat dari Bandara Juanda, Surabaya. Kami bertiga bertemu
di Bandara Ngurah Rai, Bali, sebelum melanjutkan perjalanan menggunakan pesawat
baling-baling menuju Bandar Udara Komodo di Labuan Bajo. Oiya, Rani juga mengajak pacarnya
bernama Gerry dalam perjalanan ini. Gerry yang ditempatkan kerja di Gorontalo
mengambil pesawat yang juga transit di Bali sehingga kami berempat pergi menuju
Labuan Bajo bersama-sama.
Perjalanan
sailing Komodo kami dimulai keesokan harinya yaitu tanggal 11 Mei 2017. Dihari
itu, kami mengunjungi Taman Nasional
Komodo yang berada di Loh Buaya,
Pulau Rinca dan menikmati sunset
di Pulau Padar sebelum bermalam
disana. Sayangnya, kami terlambat tiba di Pulau Padar sehingga setelah lelah
mendaki ke puncak Padar kami tidak sempat lagi memandangi indahnya sunset dari atas sana. Pendakian ke
puncak bukit Padar memakan waktu sekitar 30-40 menit dengan jalan setapak yang cukup
curam tapi masih mudah dilewati namun tetap harus berhati-hati karena
bebatuannya lumayan licin dan banyak ranting-ranting semak dan pohon yang bisa membuat
langkah kita terjerumus.
Aku, Evita dan Rani Sebelum Memulai Perjalanan Live on Board yang Tak Terlupakan
Ada
kejadian miris sekaligus lucu saat kami melakukan pendakian ke puncak Padar
pada sore itu, temanku si Evita sempat berganti baju (dress) sebelum kami naik ke atas bukit. Dengan bangga ia
berfoto-foto OOTD sesaat sebelum kami mendaki. Namun karena track ke puncak yang cukup curam dan
berbatu-batu, ia pun kesulitan tiba dipuncak bukit Padar sehingga sebelum ia
tiba dipuncak, matahari sudah tenggelam dan langit sudah berubah gulita. Terpaksa
ia turun lagi dan dengan kesulitan lagi karena gelapnya malam dan rempongnya
pakaiannya saat itu. Setelah tiba didasar pulau, seorang teman trip kami berkata, “Aneh-aneh aja trip yang sekarang, masa ada naik bukit
pake daster!” katanya sambil geleng-geleng melihat Evita dengan dressnya. Aku pun tertawa mendengarnya,
mengingat dia yang begitu bangga mengenakan baju tersebut pada awalnya dan
malah menjadi bahan bully. Selain
itu, terdapat pula sobekan dibeberapa bagian bajunya. Mungkin karena tersangkut-sangkut
ranting pohon atau terkena tajamnya batu-batuan selama perjalanan mendaki dan
menuruni bukit Padar.
Menangkap Sisa-Sisa Sunset Dari Atas Bukit Padar
Kami
yang tidak puas mendaki bukit Padar sore hari itu memutuskan untuk kembali
melakukan pendakian ke puncak Padar untuk melihat pesona sunrise dari atas sana. Yap!
Sekali tidak cukup untuk menikmati panorama yang luar biasa dari atas sana. Pendakian
keesokan harinya dilakukan pukul 04.00 waktu setempat. Sayangnya, tidak semua
anggota open trip ikut naik lagi ke
puncak Padar karena kelelahan termasuk Rani dan Gerry yang memilih untuk stay dikapal.
Pendakian
diwaktu gelap gulita tentunya lebih menantang dibanding pendakian sore hari
kemarin. Kami yang ditemani oleh tour
guide yaitu Bang Iyus, dibekali senter yang dipasang diatas kepala sebagai
alat penerangan. Walau pun sudah mendaki hingga puncak dihari sebelumnya, tetap
saja aku kesulitan menemukan jalan yang tepat untuk menapak sehingga sempat
terpeleset beberapa kali. Berkat bantuan teman-teman yang mendaki, akhirnya aku
tiba juga di puncak Padar sebelum matahari terbit.
Angin
dingin yang berhembus tidak berasa dingin karena peluh yang bercucuran hasil
pendakian tadi. Dengan sabar dan santai, kami mencari spot duduk-duduk sambil
menunggu sang surya menampakkan dirinya. Tak berapa lama, matahari yang dinanti
pun muncul. Tanpa malu-malu, sedikit demi sedikit ia menampilkan diri dengan
cara yang menakjubkan. Pemandangan yang tidak mungkin aku lupakan sepanjang
hidupku. Kapan lagi melihat sunrise
dari puncak bukit Padar? Walau pun saat itu semua anggota trip bersama pasangannya masing-masing. Mas Rahadi dengan istrinya,
Mbak Fika. Mas Fariz dengan pacarnya Mbak Rizka, sementara aku? Dengan Evita
dan Bang Iyus saja tidak mengurangi kebahagiaanku diatas sana.
Bang Iyus Mengabadikan Momen dari Puncak Padar
Setelah bermandikan cahaya matahari diatas sana,
kami kembali menuruni bukit untuk mengejar tujuan selanjutnya. Sungguh pengalaman
dua kali naik turun bukit Padar di Pulau Padar ini akan selalu terkenang dan
tak terlupakan. Nggak akan move on
deh pokoknya!
0 Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan saya 😊 yang mau ngobrol-ngobrol terkait artikel di atas, yuk drop komentar positif kalian di kolom komentar.
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya, Frens! 😉
Satu lagi, NO COPAS tanpa izin ya. Mari sama-sama menjaga adab dan saling menghargai 👍