Anakku, Rezeki Terbaik Dalam Hidup


Baru sebulan setelah menikah di tanggal 14 Januari 2018 silam, aku dinyatakan positif hamil. Campur aduk semua perasaan menjadi satu. Ya senang, bersyukur, tapi juga kaget dan tidak menyangka akan datang keajaiban secepat ini.

Jujur saat awal menikah, aku tidak ingin buru-buru memiliki momongan. Karena baru sebulan menjalankan peran sebagai istri, senang rasanya bisa beberes rumah, mencoba-coba berbagai jenis menu untuk dimasak dan jalan-jalan berdua dengan suami. Aku baru mulai bisa beradaptasi dengan predikat baru sebagai istri dan baru mulai menikmatinya.

Namun, tidak ingin menundanya juga. Hehe, plin plan. Ya maksudnya mau punya anak tapi tidak menyangka akan secepat itu diberikan kepercayaan oleh Allah swt. Aku pikir aku akan punya cukup waktu untuk merasakan yang namanya pacaran halal dengan suami, berhubung proses kedekatan kami hingga akhirnya menikah cukup singkat.
Kunjungan pertama ke dokter kandungan, membawa kabar gembira sekaligus kabar yang membuatku stress. Dokter mengatakan ada kista coklat atau endometriosis di dalam rahimku. Ia bahkan terheran-heran bagaimana aku bisa secepat itu hamil.

"Biasanya yang punya kista coklat ini nggak subur dan susah hamilnya,"

"Ini saya kasih obat penguat dulu, semoga janinnya kuat ya. Karena kadang kalau kistanya lebih kuat, bisa keguguran," mendengar perkataan dokter seperti itu calon ibu manaa yang tidak sedih?!

Sepulangnya dari dokter, aku membaca-baca artikel mengenai endometriosis dan yang aku temukan adalah bahasan-bahasan yang mengerikan dan membuatku semakin tidak tenang. Aku dan suamiku memutuskan untuk mencari dokter obsgyn lain yang bisa lebih membuat kami merasa nyaman dan tidak tertekan.
Dokter kedua yang kami temui adalah dr. Yanne Trihapsari, Sp.OG di rumah sakit Santosa, Kopo. Pembawaan beliau begitu tenang dan menjelaskan bahwa banyak pasiennya yang hamil dengan kondisi seperti diriku bisa melahirkan bayi dengan selamat dan sehat.

"Semoga rezekinya ya, Bu.." dokter Yanne pun menyemangati sambil mewanti-wanti agar aku tidak kelelahan. Dalam beberapa kasus, apabila janin semakin membesar dan menekan kista maka akan menimbulkan rasa nyeri yang hebat pada perut.

Ternyata aku mengalaminya, setiap bulan seiring bertambahnya usia kandunganku maka perutku akan terasa sangat nyeri. Sakit sekali hingga aku tidak bisa bergerak. Memasuki usia 3 bulan aku harus menjalani rawat inap di rumah sakit karena nyeri yang tidak tertahankan tersebut.

Ketika melakukan pemeriksaan di rumah sakit, dokter memberikan diagnosa yang membuatku sedikit lega namun level stress tetap bertambah.

"Bayinya sehat, ukuran kistanya juga mengecil. Tapi, saya lihat ini ada miom yang ikut tumbuh bareng janinnya,"

"Semoga bayinya kuat ya, Bu. Biasanya bayi dengan kondisi ibu yang ada miom seperti ini berat badannya kecil karena rebutan makanan dengan miomnya di dalam rahim,"

Setelah beberapa hari down dan stress karena hal tersebut, aku berusaha menjadi lebih santai dan tidak terlalu menjadikannya beban pikiran. Wes, fokus sama anaknya aja deh! Aku nggak mau dong anakku ikut-ikutan stress di dalam sana karena ibunya galau terus.
Dari situ aku berkata pada suamiku kalau bayi kami lahir dengan sehat dan selamat, aku akan memberinya nama Rizky yang artinya rezeki. Rezeki yang Allah turunkan untukku, untuk suamiku dan menjadi bagian dari keluarga kecil kami.

Walau bolak balik merasakan sakit perut hebat yang kadang membuatku hanya bisa berbaring selama beberapa hari, ternyata bayi itu memang menjadi rezeki untuk aku dan suamiku. Meskipun aku memiliki endometriosis dan miom, ia bisa tumbuh dengan sehat dan sempurna di dalam rahimku.

Ia juga lahir dengan bobot yang jauh melebihi ekspektasi yaitu 3.2 kg, dimana dokter-dokter memprediksi beratnya kurang dari 3 kg karena kondisiku tersebut.

Ia lahir melalui proses c-section. Setelah dokter optimis aku bisa melahirkan secara normal, ternyata bayiku terlilit tali pusar sebanyak 2 kali sehingga pembukaan berjalan lambat dan stuck di pembukaan 5. Akhirnya c-section dilakukan sekaligus membuang miom yang ada. Ajaibnya, dokter yang melakukan operasi caesar mengatakan tidak ada endometriosis di dalam rahimku. Wow! Alhamdulillah.

Bagiku, anakku merupakan suatu keajaiban. Suatu anugerah dan rezeki yang khusus diberikan untuk keluarga kami, bukan untuk yang lain. Rezeki yang tidak dapat ditukar dan diganti dengan apapun. Anak ini adalah titipan yang diberikan Allah untuk aku dan suamiku jaga dengan sebaik mungkin.

Terima kasih, Nak, sudah menjadi anak yang kuat sejak di dalam kandungan. Terima kasih sudah menjadi bagian dari rezeki mamah dan papah. Love you ❤

Sukabumi, 22 Juli 2020

Posting Komentar

0 Komentar