6 Tradisi Ramadan di Berbagai Daerah di Indonesia

6 Tradisi Ramadan di Berbagai Daerah di Indonesia

Salah satu pertanyaan yang sulit saya jawab adalah ketika ada yang bertanya saya orang mana? Jawabannya ribet, sehingga saya selalu bingung menjawab pertanyaan tersebut. Saya lahir di Sumatera Utara, besar di Banten, kemudian pindah ke Yogyakarta, sementara kedua orang tua saya berasal dari Kalimantan Selatan dan Jawa Timur. Hehe.

Tentu saja saya pernah merasakan momen-momen Ramadan di daerah tempat saya berasal tadi. Setelah lulus kuliah, saya pun bekerja di Jawa Barat. Masing-masing daerah ternyata memiliki tradisi Ramadannya sendiri. Setiap tradisi unik dan mengandung nilai-nilai spiritual yang ternyata sangat bermakna.

6 Tradisi Ramadan di Berbagai Daerah di Indonesia

Berhubung saya pernah merasakan suasana Ramadan di 6 provinsi yang sudah disebutkan sebelumnya, jadi saya akan bercerita tentang tradisi Ramadan dari daerah-daerah tersebut.

Marpangir - Sumatera Utara

Di daerah Sumatera Utara, tepatnya warga Mandailing dan Simalungun, dikenal tradisi Marpangir. Tradisi serupa dilakukan oleh masyarakat Karo disebut dengan Erpangir. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat menjelang Ramadan.

Masyarakat akan membersihkan diri ketika akan memasuki bulan suci Ramadan dengan cara mandi menggunakan air yang didalamnya sudah ditambahkan dengan berbagai rempah-rempah dan dedaunan. Rempah dan daun-daunan ini disebut sebagai Paket Pangir.

Paket Pangir ini isinya daun serai, daun pandan, jeruk purut, daun limau, akar wangi, bunga pinang, mawar dan kenanga. Menjelang bulan Ramadan, hampir semua pasar tradisional akan menjual Paket Pangir ini dengan harga yang terjangkau.

Maksud dan tujuan dari tradisi Marpangir ini tiada lain adalah untuk membersihkan diri seorang individu baik secara fisik maupun bathiniah sehingga siap melangkah ke bulan Ramadan dalam keadaan bersih.

Qunutan - Banten

Jika umumnya kita baru menyantap ketupat pada saat hari raya Idul Fitri, berbeda dengan masyarakat Banten yang menyajikan ketupat pada hari ke-15 Ramadan. Tradisi ini disebut dengan Qunutan dan sudah dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat Banten, terutama di Serang.

Tradisi ini juga disebut dengan Kupatan. Dalam tradisi ini, masyarakat akan membawa ketupat ke masjid pada hari ke-15 di bulan Ramadan dan membagi-bagikannya pada jamaah yang datang ke masjid.

Baca juga: Takjil Ramadan Favorit dan Resepnya

Qunutan dianggap sebagai tradisi yang mengandung makna ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT karena sudah berhasil melewati separuh bulan Ramadan. Dalam tradisi ini pun, masyarakat akan berdo'a bersama di masjid untuk diberikan kelancaran menjalankan sisa hari di bulan Ramadan tersebut, yang dianggap memiliki lebih banyak godaan.

Munggahan - Jawa Barat

Setelah menikah dengan Aa Sunda, saya jadi ikutan merayakan tradisi Munggahan menjelang bulan Ramadan di Bandung. Saya sudah pernah menuliskannya dalam artikel yang berjudul Tradisi Munggahan, Tradisi Jelang Ramadan di Jawa Barat.

Dalam tradisi ini, biasanya masyarakat akan berkumpul bersama keluarga, kerabat atau teman-temannya dan menyambut bulan Ramadan dengan botram (makan-makan bersama).

Lebih jauh daripada itu, makna dari tradisi ini adalah mensyukuri segala pemberian Tuhan dan upaya membersihkan diri menjelang datangnya bulan suci Ramadan.

Nyadran dan Padusan - Yogyakarta

Di daerah Yogyakarta, tradisi yang dilakukan masyarakat setempat menjelang bulan Ramadan adalah Nyadran dan Padusan. Nyadran adalah kegiatan yang umum dilakukan di desa-desa, di mana masyarakat desa akan bergotong royong membersihkan lingkungan tempat tinggal, tempat ibadah, hingga ke jalan-jalan.

Setelahnya, masuarakay ini akan mengunjungi makam keluarga atau kerabat yang sudah berpulang lebih dulu sambil tabur bunga (nyekar). Berbeda lagi dengan Padusan, yang mana masyarakat akan turun ke sungai untuk mandi dan berendam sebelum memasuki Ramadan, sebagai tanda bahwa mereka sudah membersihkan dan mensucikan diri.

Unggahan - Jawa Timur

Berhubung Bapak saya berasal dari Blitar, saya akan menulis tradisi Ramadan yang biasa dilakukan di daerah Blitar, Jawa Timur, yakni Unggahan atau Megengan.Dalam tradisi ini, masyarakat akan berkumpul bersama sembari membawa nasi berkat (nasi kotak) untuk didoakan bersama-sama.

Isi dari nasi berkat ini sendiri terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah-buahan. Akan tetapi, terdapat beberapa makanan yang wajib ada di dalam nasi berkat tersebut seperti pisang, telur dan kue apem.

Tanglong - Kalimantan Selatan

Kalau mudik ke Banjarmasin, yang saya ingat saat Ramadan di sana adalah adanya Pasar Wadai yang hanya dibuka selama Ramadan. Di sepanjang jalan yang berlokasi di tepi sungai Barito, ada banyak sekali pedagang yang menjajakan makanannya untuk berbuka puasa.

Setiap sore, daerah tersebut akan ramai dikunjungi masyarakat yang ingin war takjil atau sekadar ngabuburit. Duh, jadi kangen suasana Ramadan di sana.

Baca tentang: 7 Momen Ramadan yang Paling Dirindukan

Selain Pasar Wadai, ada juga festival Tanglong yang diadakan pada malam ke-21 Ramadan. Tujuannya adalah untuk menyambut malam Lailatul Qadar dengan melakukan pawai setelah sholat tarawih.

Akan tetapi, saat ini Tanglong sudah menjadi festival budaya yang bisa dilakukan kapan saja, sebagai salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Banjarmasin.

Benar, kan, bahwa masing-masing daerah memiliki tradisinya tersendiri dalam menyambut atau menjalankan ibadah Ramadan. Setiap daerah pun unik dengan masing-masing tradisinya. Kalau di daerah kalian, ada tradisi apa nih?

Posting Komentar

0 Komentar